Arga mengemudikan mobilnya membelah luasnya jalanan Kota Yogyakarta yang sedikit lengang pagi ini. Ia bersenandung kecil mengikuti lagu yang ia putar sejak tadi sembari sesekali menggigit roti yang tergeletak di dashboard mobil, sisa hang outnya kemarin bersama kedua adiknya. Sedikit memekik saat selai coklat yang ada dalam roti itu jatuh mengenai kemejanya dibagian dada. Bodoh atau apa, Arga justru mengusapnya berkali-kali sehingga meninggalkan jejak kecoklatan yang melebar.
"Bodoamat lah, ntar juga mau ganti. Btw, suara gue enak juga hehe"
Seperti orang gila Arga berbicara sendiri, menurunkan cermin dihadapannya agar menghadap ke wajahnya, lalu cekikikan sendirian. Saat sendiri seperti inilah Arga tidak perlu jaim, menjadi dirinya sendiri yang ternyata tidak se-cool namanya.
Arga menyalakan sein kanannya lalu membelokkan mobilnya memasuki sebuah gedung dengan lapangan terbuka yang terlampau luas. Menempelkan tanda pengenal yang ia dapat saat melakukan pendaftaran di tempat ini ke sebuah scanner yang tersedia.
Tidak perlu menunggu lama, portal yang ada dihadapan mobilnya otomatis terbuka, membawa Arga memacu mobilnya memasuki gedung parkir. Sudah cukup banyak mobil yang terparkir sampai-sampai di lantai 4 ia baru menemukan parkiran kosong. Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan aman, Arga celingukan mencari tempat yang sekiranya bisa ia gunakan untuk berganti baju. Matanya berbinar kala menemukan toilet dipojok ruangan, tanpa basa basi ia segera memasuki toilet itu.
Tangannya dengan cekatan melepas kemeja yang sudah kotor dan bau itu. Lalu membuangnya ke sembarang arah. Kemudian mengenakan kemeja baru yang adiknya berikan. Tapi tunggu, tangannya terasa dingin. Ia mengamati dirinya lekat-lekat melalui cermin dihadapannya. Pandangannya berhenti pada lengan kemeja yang hanya membungkus tangannya sebatas siku.
"Shit!"
Cepat-cepat Arga mengotak-atik hpnya lalu menempelkan benda itu ke telinga kanannya. Mulutnya terus saja mengeluarkan sumpah serapah yang entah ditujukan pada siapa, pasalnya didalam tempat ini ia hanya seorang diri.
"Halo"
"Ya?"
Orang diseberang telepon menyahut dengan suara khas baru bangun tidur.
"Sapi! Kurang ajar lu, ngapain dah lu ngasih gue kemeja pendek kek gini, gue kan butuhnya panjang"
"Woi Bang Sat, emangnya lu ngomong minjem kemeja pendek apa panjang, ya mana gue tau, lagian lu kan tau gue mana punya kemeja panjang ogeb"
"Aaahhhh bawain kemeja panjang cepet!"
"Mana ada woy!!"
"Ya cari dimana lah, awas lu jangan minjem bapak"
Bukan tanpa alasan Arga mengatakan itu, ukuran tubuhnya dengan bapaknya cukup jauh, entah kemana hilangnya tubuh atletis bapaknya hingga sekarang berganti menjadi timbunan lemak dimana-mana.
"Iyadeh gue cari, kayaknya ada"
"Cepetan!"
Arga menghembuskan nafasnya kasar, bagaimana mungkin ia memiliki adik yang bodoh seperti itu, tapi ia juga salah disini, tidak memberitahu dengan jelas kemeja yang ia maksud. Jadilah ia terduduk di lantai toilet yang kering, tidak peduli dengan celananya yang mungkin akan sedikit kotor, ia terlanjur kesal dengan keadaan ini.
Dddrrrrttttt..........
Arga melirik hpnya yang tergeletak begitu saja di lantai, sebuah panggilan masuk dari Mahesa.
"Lu dimana?"
"Gedung parkir lantai 4, toilet"
Pip
YOU ARE READING
The Air Force[d]
RomanceApa jadinya ketika seorang berandal harus menghadapi kerasnya kehidupan militer yang sama sekali tidak pernah ia mimpikan? Lalu bagaimana dengan perempuan yang tanpa sengaja ia angkat menjadi kekasihnya? Mana yang harus ia jaga kehormatannya? Pangka...