══════✮❁•°♛°•❁✮ ══════
"Seorang putri di kerajaan ini tidak boleh sakit."
Apa yang terjadi kepadaku sebenarnya?
kenapa diriku ini?Sooyoung membuka matanya. disana ibunya yang merupakan sang ratu mengamati dari jauh namun enggan untuk mendekat. Bentuk perhatian macam apa yang sebenarnya dia tunjukkan padanya. Gaun merah emasnya membuat mata Sooyoung menjadi lelah. Seorang pengawal membisikkan sesuatu, memberitahunya untuk meninggalkan ruangan segera.
Wanita itu kemudian mendekat, meski ditahan oleh sang pengawal dia tidak menghiraukannya.
"Sooyoung, aku benar-benar peduli padamu." Ucapnya lemah lembut. Selagi tangannya mendekat untuk membelai rambut putrinya. "Tolong, jangan membuat keadaannya semakin rumit. Raja akan menendang kita. Kakak mu akan segera menjadi raja. Bukankah kau harus mendukungnya?"
Sooyoung tidak memberikan reaksi. Hanya menatap ibunya, berharap wanita itu bisa mengucapkan kalimat yang dapat membuat dirinya tenang.
"Nanti aku akan mengunjungimu lagi, kalau kau sudah baikkan. Namun satu hal yang perlu kau tahu." Sang ratu berdiri tegap berbalik memunggunginya. "Aku menyayangi mu, sungguh. Aku menyayangimu." Dengan mengangkat wajahnya, wanita itu keluar dari dalam ruangan.
"Ratuku." Seorang wanita tua mendekat membungkuk mengangkat gaunnya.
"Mari kita ke kebun belakang Maria."
Wanita tua itu mengangguk, mengikuti sang ratu yang dijaga ketat oleh para pengawal yang sigap. Pedang yang berada di pergelangan tangan mereka membuat Maria menelan ludah beberapa kali. Menyentuh lehernya, berharap semua akan baik-baik saja sampai dia meninggalkan istana.
"Apa ramalan mu kali ini."
Maria melirik kesekitar sebentar, mengumpulkan keberaniaannya untuk bersuara. Sang ratu menatap dengan tajam, kedua tangannya menyilang.
"Dia, maksudku Putri Sooyoung. Aku rasa ilmu hitam telah menguasainya."
Sang ratu terkejut, menyuruh pengawal untuk memberi mereka sedikit ruang. Dia memunggungi Maria, memijat keningnya perlahan. "Kau tahu, aku tidak menyukai ini."
"Ampuni aku ratuku." Maria berlutut, suaranya bergetar tanda dia benar-benar ketakutan. "Aku temukan sesuatu didalam kamarnya."
Sang ratu menoleh. "Sebuah kalung?"
Maria mengangguk cepat. "Kalung ini sudah ku bersihkan. Aku tak tahu dimana putri mendapatkannya. Namun dia harus menolak apapun yang diberikan orang asing padanya. Seperti hal ini."
"Jangan beritahu raja mengenai hal ini. Dia tidak akan pernah percaya." Ratu mengamati benda pada tangan sang cenanyang. "Seseorang berani melakukan ini pada putriku. Bila saja aku tahu, aku akan memenggal kepalanya dengan tangan ku."