9. Berita Mendadak

2.9K 261 0
                                    

Seperti ada bohlam yang tiba-tiba menyinari pikiran temannya. "Kecuali kalau dicari lagi di dalam perangkat yang membuat laporan data itu!"

"Siapa yang membuatnya?"

"Sebentar, biar ku ingat-ingat..." Ucapan Krist menggantung beberapa saat. "Seingatku sih Singto?"

"Singto? Pacarmu itu?"

"Pacarku? Hell, no!" jawab Krist seraya melihat Tay dengan tatapan tak percaya. "Bisa-bisanya kau berkata seperti itu ya!"

Tay hanya mengangkat kedua bahunya santai, "Ya kalian terlihat dekat sih, jadi kusimpulkan saja begitu."

Krist memutar bola matanya, "Dekat apanya? Bertengkar sih iya! Dia menyebalkan. Aku tak suka."

"Terserah kau saja lah," ucap Tay. "Ya sudah, kalau begitu kau cob—"

Bunyi ponsel seseorang terdengar. Ada yang menelfon. Krist sedikit terkejut, ponselnya lah yang berbunyi. Layar menunjukkan nama kakak kandungnya. "Kakak?" gumam Krist sebelum akhirnya mengangkat telfon. "Halo? Ada apa, Kak?"

"..."

"Hah?!"

Tay menoleh. Kali ini wajah Krist dipenuhi rasa khawatir yang sangat. Temannya itu sampai menggigit bibir.
"A-Aku akan segera ke sana, Kak. Love you."

Sambungan telfon dimatikan.

"Krist? Ada apa?"

Krist menoleh, perasaan bersalah menyelimuti hatinya. "Ibuku masuk rumah sakit."

"Ya Tuhan, barusan?"

"Iya, barusan. Kakak memintaku untuk segera menyusulnya," ucap Krist kemudian mengalihkan pandangan ke arah sepatu pantofel hitamnya. "Tay, maaf—"

"Jangan. Tak apa, Krist. Lebih baik kau segera kesana," ucap Tay berempati. "Aku tidak masalah mengurusnya sendiri."

Krist menghela nafasnya lega lalu tersenyum tenang. "Terkadang aku bersyukur sekali bisa berteman denganmu."

"Terkadang? Jahat sekali,"

Terdengar suara kekehan keluar dari mulut Krist. Setelah berpamitan pada Tay, ia dengan langkah cepat segera meninggalkan ruangan. Tak lupa ia memberikan kunci yang ia pakai untuk membuka pintu ruangan.

PULANG • taynew ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang