Novena keluar dari gerbang sekolah. Sudah jam pulang. Dia berjalan dengan wajah kusut. Semalam juga dia tidak tidur. Sudah dua hari sejak Kris mengatakan tentang kedatangan Alfandi. Laki-laki yang sumpah demi apa pun Novena membencinya.
Novena mengusap wajahnya kasar. Kenapa semua semakin mendesaknya? Kenapa keadaan tidak pernah membuathya bahagia? Kenapa selalu saja ada luka yang baru? Novena lelah, sungguh.
"Ven!"
Novena berbalik. Dia menangkap siluet Sehun di sana. Tersenyum lebar sambil menenteng dua buah tas yang Novena yakini berisi makanan yang bisa dipesan secara online.
Sehun berjalan mendekat. "Baru pulangkan? Makan dulu yuk!"
Novena sudah akan mengangguk mengiyakan ajakan Sehun, namun melihat siluet seseorang laki-laki yang berjalan mendekat dengan wajah angkuhnya, mengenakan kaos hitam besar dengan celana jeans dan rambut yang berantakan, membuat Novena mematung di tempat.
"Kenapa Ven?"
Novena menatap Sehun cemas. "Lo balik aja, Hun. Gue masih ada urusan."
Sehun mengerutkan kening. "Urusan apa?"
Laki-laki itu semakin mendekat. "Ada deh! Mending lo pergi!"
Sehun memandang Novena bingung. "Lo kenapa sih?"
Novena mendorong tangan Sehun. "Lo gak usah kepo. Sekarang mending lo per--"
"Hai bocah."
Saat itu juga Sehun membalikkan badan dan Novena menggigit bibir cemas.
"Lo siapa?" Sehun bertanya sambil menelusuri penampilan laki-laki itu. "Kita kenal?"
Laki-laki itu menyeringai. Ikut memandang Sehun dari atas sampai bawah. Melihat itu Sehun mendengus, "Lo apaan sih?!"
Laki-laki itu mengulurkan tangannya. Mengajak Sehun berjabat tangan. "Kenalin gue Tao. Tao Bethel Pindapata."
Sehun memandang tangan Tao lama kemudian mengulurkan tangannya. "Sehun. Sehun Nathanael Teofani."
Tao mengangguk. Lalu matanya beralih ke arah Novena. Dia mengulas senyum tipis. "Hai!"
Novena yang tadi memalingkan wajah kini memandang Tao datar. Tao mengusap kepala Novena, membuat rambut perempuan itu jadi berantakan. Melihat itu Sehun segera menangkap tangan besar Tao. "Apa yang lo lakuin?!"
Tao menarik tangannya dari cekalan Sehun. "Bukan urusan lo!"
Novena menghela napas. Dia menatap Sehun yang juga tengah menatapnya bingung. "Lo balik Hun. Gue pulang bareng dia."
Sehun mengangkat sebelah alisnya. "Lo balik sama dia?"
Novena mengangguk. "Hm."
"Lo kenal sama dia?"
Tao mendengus. "Ya kenallah, orang gue itu--"
"Iya, gue kenal! Makanya lo pulang aja sekarang. Bisa kan?" tanya Novena dengan Novena dengan penuh harap.
Sehun menggeleng. "Gue gak mau."
"Hun..."
Sehun menatap Novena dalam, kemudian menghembuskan napas kesal. "Gue balik. Ingat makan." Ucapnya seraya memberikan tas berisi makanan pada Novena.
Sehun kemudian berbalik pergi.
"Sebenarnya, apa yang bisa gue harapkan dari lo, Ven? Kenapa gue gak bisa tau apa-apa tentang lo?"
Karena Sehun lelah. Lelah dihantui oleh rasa penasaran. Lelah dikecewakan. Setiap Sehun mendekat, Novena selalu berusaha menjauh.
Dan yang membuat sakit itu semakin dalam, adalah karena Sehun tidak diberi alasan. Alasan mengapa Novena selalu menghindarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVENA | OSH
FanfictionNovena, kamu adalah alasan aku bisa hidup. Novena, kamu adalah satu dari berjuta alasan aku ada di sini, di depanmu. Novena, kamu adalah bait puisi yang pernah hilang. Novena, kamu adalah cahaya dalam terang. Novena, cukup katakan, "I am here, and w...