🌻P A R T 1🌻

9 2 0
                                    

"Mengharapkan kamu sama saja mengharapkan hujan uang dari langit" -unknown-

              Seorang gadis berwajah cantik sedang duduk dibangku taman dengan telingga yang ditutup headset dan ditemani buku tebal yang sedang dibacanya. Gadis itu adalah Fradella Audrey, anak yatim piatu yang ditinggal orang tuanya karena kecelakaan. Sejak kecelakaan yang dialami orang tuanya dan orang tuanya dinyatakan meninggal dunia, Audrey dititipkan ke panti asuhan milik Hermawan dan Divya oleh keluarga ayahnya.

Audrey adalah gadis penyuka hujan, karena nenurutnya hujan akan membawa pergi masalah dan kesedihan yang dialaminya. Saat ini Audrey bersekolah di SMA SENJA MULIA dengan mengandalkan beasiswa. Walaupun tinggal di panti asuhan, Audrey tidak pernah patah semangat, justru hal itu dijadikannya cambuk untuk terus semangat menghadapi kerasnya hidup di dunia ini.

Angin sepoi-sepoi membuat Audrey betah berlama-lama duduk ditaman itu, walaupun cuaca saat ini sangat terik nanum Audrey tak mempedulikan itu, hingga sebuah bola mengenai kepala bagian belakangnya.

"Aduh." Audrey meringis mendapati kepalanya yang cenat-cenut.

Audrey mengambil bola yang tergeletak di belakang bangkunya itu, tak lama kemudian seorang pria datang dengan memakai kaos olahraga.

"Siniin bolanya!" Audrey menyerahkan bola itu ke orang yang sepertinya pemilik bola itu. Ooh noo, audrey bahkan baru menyadari kalau bola tadi itu adalah bola basket, pantas saja kepalanya masih cenat-cenut sampai sekarang.

Sementara di lain tempat, beberapa laki-laki sedang bermain basket, dan sekarang mereka semua sedang beristirahat karena sang kapten sedang mengambil bola yang tadi terlempar agak jauh. Kapten yang mereka maksud adalah Alvaro Hermawan atau yang akrab dipanggil Varo, anak kolongmerat yang tinggal diperumahan elite. Namun sayang, keluarganya tidak dapat bersatu. Orang tuanya bercerai karena orang ketiga, dan sekarang ayahnya menikah lagi dengan selingkuhannya, sedangkan ibunya sekarang menjadi gila kerja. Walaupun begitu tapi ayahnya tetap memberi uang untuk kebutuhan Alvaro.

"Duh, udah sore lagi mana nggak ada angkot lagi." Audrey menggerutu sepanjang jalan karena tidak menemukan angkot satupun.

Tanpa Audrey ketahui, ada mobil hitam yang mengikutinya dari belakang. Hingga satu jam kemudian Audrey sampai di depan panti asuhan.

"Gue bakal bikin lo menderita Audrey." Gumam seseorang dari dalam mobil yang dari tadi mengikuti Audrey.

                                                            ***
Alvaro melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan penuh amarah, ingin rasanya ia mengusir seseorang yang datang berkunjung kerumahnya saat ini.

"Mau apa lagi anda datang kesini?" Tanya Varo dengan datarnya.

"Ini rumah anak saya, jadi ini juga rumah saya."

"Pergi dari sini, saya tidak menerima tamu seorang penjahat." jawab Alvaro.

Dengan amarah yang menguasai dirinya, Varo menyeret tamunya keluar. Tak peduli lagi dengan status orang itu yang notabennya masih ayahnya, yang penting saat ini orang itu enyah dari gubuknya yang seharga 20 Milyar.

"ALVARO SAYA INI MASIH PAPAH KAMU"

"Kamu memang papahnya" ucap seseorang yang baru memasuki rumah Alvaro "tapi dulu. Setelah dengan teganya kamu pergi ninggalin kami, kamu bukan lagi papahnya Alvaro, dan lagi Varo sudah mencopot margamu dari namanya." Lanjut orang itu yang tak lain adalah Sinta,ibu Alvaro.

"Sebaiknya kamu pergi dari rumah anak saya!" usir Sinta.

Dengan kesal Hermawan pergi meninggalkan rumah milik anaknya, dia segera melajukan mobilnya kembali ke panti asuhan miliknya.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang