Pagi sekali, Aku dikagetkan dengan suara langkah berat yang berasal dari tepi jalanan. Perlahan, Aku membuka mataku yang membenci sinar matahari.
Aku melihat lelaki besar.
Lelaki bertopi itu berjalan dengan boots tingginya yang berat. Topinya yang besar menutupi wajahnya dengan sempurna. Coat hitam panjang yang dipakainya menutupi tiga per empat tubuh tingginya. Ia berjalan lesu sambil sedikit menggerak-gerakan mulutnya, seperti bernyanyi.
Aku keluar dari balik semak-semak. Pria itu segera melambaikan tangannya. Aku mendekat.
Ia mulai bernyanyi.
Sebuah lagu yang belum pernah kudengar sebelumnya. Lagunya sederhana, menceritakan tentang jungkat-jungkit. Betul sekali, permainan pengungkit untuk anak-anak. Aku sempat meremehkannya.
Lagu itu menceritakan tentang jungkat-jungkit yang berat sebelah. Tidak seimbang. Orang yang menempati sisi berat enggan 'menjadi ringan'. Orang yang berada di sisi ringan tidak berbicara apapun. Mereka terlihat akan selamanya seperti itu.
Pada akhir lagu itu, mereka perlu saling menatap untuk menentukan siapa yang perlu menyingkir, sehingga permaianan abadi itu bisa berhenti.
"Ini lagu penyanyi favoritku. Kuharap kamu menyukainya, kucing kecil." ujarnya, mengelus buluku yang botak. Perilakunya itu membuatku berpikir.
Apakah ini seperti jungkat-jungkit itu?
Apakah Aku dan Tuanku sedang berada di jungkat-jungkit itu?
Siapa yang 'berat'? Siapa yang 'ringan'?
Seperti lirik lagu itu, kami perlu saling menatap untuk menentukan siapa yang menyingkir.
Ah Aku baru ingat.
Aku terlalu lancang untuk menatap mata Tuan.
-----Lagu yang dimaksud : BTS (Suga)- Seesaw-----

KAMU SEDANG MEMBACA
Diari Kucing Jelek
Aktuelle LiteraturBuluku jelek sekali. Kusut, warnanya pun tidak rata. Pokoknya jelek. Tapi aku sombong. Aku tidak bohong. Aku besar kepala, gengsi. Buruk bukan?