Aku berhenti untuk memaksakan perasaanku, berhenti untuk memberi harap, karena aku tau. Sekeras apa aku mencoba, yang ketemui selalu saja derita. Meratap sepi kala waktu menimbunku dengan kamu yang tidak kunjung reda.
Maaf untuk segala harap yang hanya kusimpan rapat rapat. Hatimu bukan tempat ku menebar harap. Bukan tempatku untuk seenaknya memainkan hatimu dengan doa. Aku tak ingin perjumpaan kita kala itu, menjadi sebab kau dirundung pilu kesekian kalinya
Ing sandhinge mesem sing seneng, ana uga sing padha meneng uga ndedonga marang Gusti Allah. Muga-muga rasa seneng bisa luwih suwe tinimbang saiki wis kelakon. Sing; Sampeyan pancen ora perlu ngerti.
Teu pernah hate ieu ngarasa sedih, mun deket jeng anjeun. Anjeun ciptakeun tempat nu bener-bener endah pikeun kuring di haté anjeun.
Hanya karena tidak berbalas pesan, bukan berarti aku mengakhiri, bukan berarti aku tak ingin kita lebih dari ini. Aku ingin berhenti sejenak, lalu merenung sembari dihantam bingung. Maksud baik apa yang coba kau perlihatkan dibelakangku.
Masih diperasaan yang diumpat karena tak sempat, diredam karena sibuk melupakan, mencari jalan keluar karena tak kuasa menahan sayatan luka.
Aku sibuk berharap, sedang kamu hanya diam ditempat.
Semakin dewasa, semakin banyak cibiran dan dugaan. Semakin banyak yang harus didiami, dan semakin banyak yang harus dipendam
Senyum indah dan binar matamu, seketika mengguncang dimensiku. Menolak segala pemikiran tentang bagaimana orang lain menilaimu, seketika itu aku sadar bahwa kau istimewa
Jauh dimata
Dekat di doa
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIK - TITIK.
PoetrySebuah original, autentik, asli diketik oleh manusia bernama ibnnu dari twitter saya @ibnnuAS Selamat membaca, titik