Mengejar Puisi

12 1 0
                                    

"Eh?! Bukan puisimu?"

"Ah sial! Aku ga mau kehilangan kertas itu!"

Joel yang kehilangan kertas puisinya terlihat kebingungan. Joel begitu menghargai apapun yang dimilikinya, kehilangan puisi yang dia tulis sendiri seperti menjadi bencana baginya, walaupun itu terkesan sepele.

"Ya... apa boleh buat Jo, puisi doang, ikhlasin aja"

"Enak aja ikhlasin, aku buatnya mikir tau!"

"Yah mau gimana lagi? Emang kamu tau gimana cara dapatinnya? Kan bisa ditulis lagi!"

Joel tampak kesal. Ia tahu bahwa itu adalah masalah yang sangat sepele, tapi dia tetap tak terima atas hilangnya puisi itu. Joel melihat kertas yang dia salah ambil.

Jiwaku- Oleh Adelia

Matahari masih terlihat malu
Hari tertidur dikelilingi kelambu
Semua diam, tenang, damai, tanpa sayu
Hanya aku, sendiri berdiam batu

Pikiran ini mengusik sukmaku
Menggangguku tanpa rasa ragu
Aku tak bebas, terasa seperti belenggu
Ingin ku terbang, membuang jiwa berhantu

Aku bagaikan jalan yang berliku
Insan bingung, jiwa berwiru-wiru
Bebaskan aku, dari jiwa menggerutu
Aku ingin terbang, melepas rasa pilu

Joel terkagum-kagum dengan puisi itu. Walau maknanya berisi tentang kehampaan dan kebingungan, tapi Joel masih melihat keindahan dalam puisi itu.

"Adelia", sebut Rizky.

"Ha?", tanya Joel.

"Nama pengarangnya Adelia", jawab Rizky.

Joel begitu terpukau dengan puisi itu sampai ia tak sadar bahwa ada nama penulis di kertas itu.

"Wah iya! Jangan-jangan ini punya gadis tadi?" Tanya Joel.

"Masuk akal sih, dia mau ngembalikan kertasmu, tapi malah salah ngasih kertas", jawab Rizky.

"Gila tumben pintar kau Ky!" Kata Joel.

Bus berhenti, tanda telah sampai ke halte tujuan. Joel dan Rizky turun.

"Ky, ke Cafe ayo, kita selidiki"

Joel dan Rizky berjalan ke cafe yang dekat dengan halte, Cafe langganan mereka, "Cafe Makna".

Joel memesan kopi susu sementara Rizky memesan teh manis dingin.

"Aku ga suka kopi Jo", kata Rizky.

Kira-kira perempuan kayak dia mainnya Facebook apa Instagram?", tanya Joel.

"Kenapa?", tanya Rizky.

"Ini, aku mau cari sosmednya, siapa tau ketemu, mau chat dia"

"Bakal susah sih Jo kalau cuma tau nama depannya, apalagi nama dia pasaran"

"Iya sih... tapi mau gimana lagi Ky"

"Yaudah sama-sama cari deh... filter ke lokasi sekitar sini aja ya, siapa tau nemu", kata Rizky.

Mereka berdua fokus dengan gawai mereka masing-masing, mencoba menemukan akun sosial media gadis itu.

Beberapa menit berlalu, namun mereka tidak bisa menemukan akun sosial media gadis tersebut, Rizky tampak jenuh, Joel tampak kesal.

"Ikhlasin aja Jo", kata Rizky.

Joel terdiam, Ia mengambil kertas puisi itu dan melihatnya.

"Kenapa? Masih kagum?" Tanya Rizky.

"Engga Ky, coba deh perhatikan makna puisinya"

"Yaelah, malah nyari makna, sempat-sempatnya Jo"

"Maksudku liat deh makna puisinya, menceritakan tentang seseorang yang tampaknya putus asa, lelah, dan jenuh"

"Terus?" Tanya Rizky.

"Kalau jenuh orang biasanya ngapain?"

"Tergantung, tapi biasanya melakuin hobi, atau pergi ke tempat yang dia suka buat nenangkan diri atau menghibur diri"

Tiba-tiba, Rizky terpikirkan sesuatu setelah mengucapkan kalimat itu.

"Oh! Aku tau, maksudmu dia ke Museum Puisi untuk menghibur diri ya!

"Iya, menurutku dia besok bakal kesitu lagi buat menenangkan dirinya!", kata Joel.

"Kenapa ga dari tadi aja kita balik kesitu ya, pasti dia belum pulang", kata Rizky.

"Kayaknya sih udah pulang dari tadi, soalnya dia juga setelah ngasih puisi ini, langsung pergi", kata Joel.

"Yaudah kalau gitu kau besok kesana ya!", kata Rizky.

"Dih, parah masa aku sendiri. Temanin lah"

"Gak! Besok aku mau grinding gameku! Penting ini soalnya ada event double EXP!"

"Gak setia kawan"

"Bodo! Game adalah teman"

"Iya iya terserah"

Akhirnya Rizky dan Joel pulang ke rumah masing-masing.

Esoknya, Joel bergegas pergi ke Museum Puisi, ia berusaha untuk sampai secepatnya agar tak kehilangan kesempatan untuk menemui gadis itu.

Sesampainya di dalam Museum, Joel melihat seorang gadis yang mirip dengan Adelia, sedang membaca sebuah puisi.

"Maaf, Adelia ya?"






Joel dan Rumah Seni [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang