1. Naga Kecil, Satria Bergitar dan Dupatta

121 4 2
                                    

“Jika anda mencintai hidup, janganlah membuang waktu, karena waktu adalah pemberian hidup.”

- Bruce Lee -

Kerinci, 1994…

Siang itu kabut menyelimuti keindahan Gunung Kerinci, di bawah air terjun Telun Berasap persis di pelatarannya, Emir sedang memainkan nunchakunya, cukup mahir untuk anak yang masih berumur sepuluh tahun. Gerakannya indah, tapi cekatan, terarah, dapat menjatuhkan lawan main begitu saja. Dia percaya kalau terus berlatih di air terjun itu energinya akan meningkat seperti energi yang dimiliki Bruce Lee. Mimpi seorang anak laki-laki, yakin kalau Bruce Lee sedang mendampinginya berlatih. Gerakan-gerakan yang menyuarakan bunyi desingan tajam membuat kabut yang menyelimuti Gunung Kerinci, pelan-pelan menhilang, seolah gibasan nunchaku Emir yang membuat kabut itu enyah. Air terjun yang jatuh dari ketinggian menimbulkan kepulan menyerupai asap, bergoyang ketika nunchaku Emir berkelebat. Tumbuhan hijau yang mengelilingi air tejun seolah menari dengan bebas, terhempas derasnya guyuran air dan desingan nunchaku Emir.

            Dari ujung jalan, Uli berlari membawa sapu yang ujung-ujungnya di ikat tali dan terkalung dilehernya, seolah dia sedang menggendong sebuah gitar.

“Uda! Ayo pulang.” ucapnya sambil terengah-engah.

“Sebentar Uli! Bruce Lee masih minta Uda terus berlatih.” sahut Emir yang masih terus memainkan nunchakunya.

“Ini perintah Apak.”

Emir menghentikan gerakannya, berjalan mengambil kaus yang tergeletak tidak jauh darinya. Kaus itu basah kena percikan air terjun. “Aduh!” lalu memakai kausnya, tidak perduli kalau basah sampai terlihat lengket ditubuhnya.

            “Ayo!” kata Emir sambil berjalan begitu saja meninggalkan Uli.

“Alhamdulliah!” sahut Uli menirukan gaya Rhoma Irama.

Sambil berjalan di belakang Emir, Uli memainkan sapunya dan mulai berdendang, “SERIBU SATU MACAM ITU BIDANG PEKERJAAN, DARI JADI PENGAMEN SAMPAI JADI SEORANG PRESIDEN…” Uli memainkan cengkok suaranya, mendayu-dayu, sampai artukulasinya tidak jelas.

            Uli adalah adik kandung Emir, kecintaannya pada Rhoma Irama berawal dari Sang Raja Dangdut datang ke Kerinci untuk mengisi acara hajatan Bupati, Uli yang kala itu masih berumur empat tahun, sudah bisa merasakan gejolak alunan musik Bang Oma masuk ke dalam sanubarinya, sampai Uli berjingkat-jingkat di atas pundak  Ayahnya sambil tersenyum riang. Sampai saat ini, ketika ia sudah berumur sembilan tahun kebiasaan Bang Oma membawa gitar jadi bagian dari keseharian Uli. Sapu gitar miliknya tak pernah bisa lepas dari pundaknya, genggaman tangannya di kepala sapu bagai seorang gitaris ulung, sementara petikan tangannya bagian seorang maestro, setiap hari sepulang dari sekolah, pasti gitar sapu itu yang pertama dicarinya, sampai-sampai Uli tidak bisa tidur kalau gitar sapu itu tak ada, setidak-tidaknya bertengger disampingnya. Pernah sekali waktu Uli dan Ibunya terlibat pertengkaran kecil, hanya karena sapu yang biasa Ibu pakai untuk bersih-bersih disembunyikan Uli karena takut rusak. Dia ingin sekali dijuluki “Satria Bergitar” seperti Bang Oma yang dulunya dipanggil dengan julukan yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Balada Anak NegeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang