Februari,2019
"Halo? Key? Kamu disana? Kamu baik-baik aja?" Suara bernada menenangkan itu membuat Keysa tersadar, dia masih ada disini.
Keysa bangkit dari posisi semulanya, membenarkan anak rambutnya yang berantakan saat dia menoleh menatap cermin di depannya. Langkahnya membawa dia menghadap pada pintu kayu jati di hadapannya kini. Bibir Keysa bergetar, mulutnya terbuka ingin mengucap barang sepatah atau beberapa patah kata. Tapi yang keluar hanyalah suara hembusan nafasnya.
Dadanya terasa sesak membayangkan sosok yang akan dilihatnya begitu pintu di hadapannya terbuka. Tangannya bergeser, menyentuh ukiran halus di pintu, memaksa dirinya untuk tersenyum meski dia tidak kunjung membuka pintu itu.
"Key? Aku tau kamu disana. Bisa kita bicara? Are you okay? Really." Suara itu muncul kembali, dan kini di ikuti beberapa ketukan lembut. Selembut si empunya suara.
Keysa menarik nafasnya dalam. Setidaknya dia harus berbicara memberikan sebuah pertanda bahwa dia benar-benar baik-baik saja.
"I'm sorry."
Hanya itu, Keysa bahkan tidak tau lagi seperti apa suaranya terdengar atau apakah suaranya akan sampai ke luar ruangan?
"Aku gapapa Key. Kamu gaperlu minta maaf terus. Tapi setidaknya buka pintunya. Kita bicara. Aku gabutuh permintaan maaf kamu, aku cuma butuh penjelasan kamu." Suara di balik pintu semakin menciut.
Membuat siapapun yang mendengar tentu mengerti seberapa tulus lelaki yang kini berbicara dengan pintu itu.
Keysa di balik pintu sudah terduduk lemas. Tangisnya kembali membuatnya terisak. Bahkan kini untuk mendengar suara lelaki itu dia sampai tidak sanggup.
"GUE GAK BISA TERUS SAMA LO!"
Tanpa sadar dia membentak, terisak kembali dan menunduk lemas.
Berharap sosok itu segera pergi, meninggalkannya dengan pengertian teramat besar yang selalu dia berikan di masa mereka sebelum ini.
Sunyi menyambut. Keysa melap wajahnya pelan, menyingkirkan air mata yang menyisa di pipinya.
Matanya sembab, hidungnya merah bahkan warna kulitnya begitu pucat.Tanda tanya besar muncul di kepalanya. Apa dia sudah pergi? Atau dia memilih diam sampai Keysa membuka pintu? Atau lainnya?
Semua itu terlalu membebani Keysa.Dan dia bukanlah orang yang bisa bersikap peduli disaat hatinya sudah menolak. Maka yang dilakukan Keysa adalah berjalan menuju tempat tidurnya, duduk disana sambil tetap memperhatikan pintu itu, sampai akhirnya tanpa sadar dia sudah jatuh tertidur.
Lupa pada apa yang sudah dia lakukan tadi.
*****
April, 2011
Deg!
Keysa tersentak dari tidurnya. Matanya membelalak kaget pada apa yang baru saja dialaminya.
Tangannya meraba wajahnya keseluruhan, tidak basah, tidak ada bekas airmata. Keysa segera melompar dari ranjangnya. Duduk di depan meja riasnya yang kosong tanpa peralatan untuk merias diri dan hanya ada sebuah cermin dengan stiker.
Keysa menilik satu satu wajahnya, matanya tajam, bibirnya tipis dan pipinya sedikit berisi. Hidungnya tidak terlalu mancung. Dan rambutnya pendek dengan warna sedikit coklat.
Dia menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya menampar wajahnya sendiri.
"Gue gila." Ucapnya.
"Siapa yang gila?"
Keysa sontak menjerit begitu melihat wajah Kakaknya yang tiba-tiba saja muncul di cermin.
"Bang Afa kok masuk kamar gue gak ijin dulu?!" Keysa memukul bahu Aufa yang dengan sigap ditangkis olehnya.
Aufa terkekeh, ikut bercermin sebentar "Tadi gue udah buka pintu lo. Mau bangunin lo, eh taunya lo udah bangun. Dan gue khawatir liat lo yang melongo dan gak juga bangun dari tempat tidur."
Keysa mendengus, mengusap wajahnya dan menatap Aufa serius. Membuat yang ditatap merasa merinding sebentar.
"Bang, menurut lo tampilan gue di masa depan gimana?" Tanyanya.
Langkah Aufa semakin mendekat, tangannya terulur menyentuh pipi Keysa dan membelainya lembut. "Lo itu cantik Nca. Tapi sikap lo gak cantik!" Kedua tangannya dengan cepat menarik pipi Keysa dan membuat si empunya kesal.
"Buruan siap-siap kalau gamau telat!" Aufa lantas pergi setelah menyelesaikan tugas pagi harinya.
Membiarkan Keysa yang masih meringis sakit sambil mengusap-ngusap pipinya.
Dia menoleh sekali lagi, menatap cermin di depannya dan memastikan kembali sebelum akhirnya pergi bersiap-siap.
"Gue gak mungkin punya rambut panjang. Yaps! Gak mungkin sangat!"
****
Keysa menghela nafas lega begitu pelajaran yang paling sulit dipahami olehnya sudah berlalu. Tangannya merogoh kolong mejanya, menarik ponselnya keluar dan membuka aplikasi line.
Line!
Aditya kcmt : lo di kelas?
Keysaaja : lo dimana?
Aditya kcmt : jawab dulu pertanyaan gue.
Keysaaja : iya
Aditya kcmt : gue yang kesana apa lo yang kesini?
Keysaaja : kalau lo di kantin, gue aja yang kesana.
Aditya kcmt : ngga, gue di depan kelas lo.
Keysa tersenyum kecut begitu melihat pesan terakhir Aditya sahabatnya dan sosoknya yang sudah muncul di depan kelas.
Aditya tersenyum tipis, menghampiri Keysa yang menatapnya malas.
"Muka lo kenapa? Kusut amat." Tanya Aditya begitu sudah duduk di kursi depan Keysa. Sebelumnya dia sudah bernegosiasi menyuruh si empunya tempat duduk untuk menyingkir seperti biasanya.
Keysa menghela nafasnya. Mematikan layar ponselnya dan menjadikan layar gelap itu cermin sementara. "Perasaan gak kusut amat. Emang muka gue dulu gimana?"
"Lebih kusut dari sekarang."
Aditya tertawa kecil mengabaikan wajah Keysa yang semakin terlihat galau. Tawanya terhenti, dia tersenyum kecil.
"Serius, lo ada masalah apa?" Tanyanya lagi.
Keysa sudah pusing untuk memikirkan semuanya dan dia tidak betah jika belum bercerita apapun pada Aditya soal mimpinya semalam.
"Gue semalem mimpi deh, ngeliat orang nyebut nyebut dirinya itu gue. Atau dia diri gue di masa depan yah?" Keysa mengawali ceritanya, menatap Aditya yang menatapnya dengan serius.
"Emang dia yang nyebut dirinya sebagai lo itu penampilannya gimana? Cantik dia apa lo?"
Keysa menatapnya datar.
"Canda Key." Kekeh Aditya
"Rambut dia panjang, blonde gitu. Gue kan gak begitu. Dan disitu gue liat dia lebih mirip figur model. Cantik banget. Tapi sayangnya dia lagi nangis sepanjang gue liat dia. Dan dia lagi ngobrol sama orang di balik pintu. Ya tapi pintuny gak dibuka sama dia dan gue gabisa liat si orang itu."
Panjang Keysa menjelaskan. Semakin dia memikirkannya semakin dia penasaran dengan apa yang baru saja dia lihat.
Aditya tampak berpikir, wajahnya serius bahkan keningnya sampai berkerut.
"Kayaknya lo mimpiin diri lo di masa depan deh Key."
Keduanya sama-sama terdiam. Saling melihat satu sama lain sampai akhirnya tertawa kencang.
"Mustahil." Ucap keduanya bebarengan.
******
See you next chapterrr
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Back
Teen FictionKeysa Nanda Jahari, cewek tomboy penyuka segala hal berbau rock. Melihat dirinya di masa depan, mengalaminya dan melaluinya lewat mimpi. "Lo mau jadi kyk gue? Jangan deh!" Setiap kali dia bermimpi, dia akan selalu dihadapi pada kenyataan yang akan...