twenty seven

12.6K 1.4K 164
                                    

"Pak supir! Perbuatlah sesuatu! Bapak kan supir profesional, ayolah percepat laju mobilnya! Ayo pakk!" teriakku sambil memajukan badanku ke tempat duduk pak supir.

"Aduh, iya-iya. Lihat dong, ini sudah cepat kok." keluh pak supir.

"Tambah lagi kecepatannya, pak. Ini kurang! Apa bapak tega melihat lelaki polos seperti saya kehilangan cinta?! Ayo pak, cepat!!"

"Huhuhu" tangis pak supir menyesali ketidakberuntungannya hari ini.

"Sudah, sudah, Haechan. Jangan bicara yang menyusahkan pak supir begitu." kata Renjun sambil menarik bahuku untuk kembali bersandar pada jok belakang.

"Ugh, tapi tetap saja." keluhku.

"Hei, aku penasaran. Sebenarnya ini baju apa sih? Bagaimana bisa kau punya baju semacam ini?" kata Renjun sambil menarik-narik kostum beruang yang kukenakan.

Kutampik tangan Renjun, "Kau kira aku sudah tak waras apa? Tentu saja ini bukan milikku. Ini milik adik bodohku itu, cih."

"Lalu kenapa kau pakai?"

"Karena cuma ini yang ada digantungan kamar mandi! Aku kan harus cepat-cepat"

"Tapi tetap saja. Walaupun mendesak, tidak seharusnya kau memakai pakaian seperti ini. Apalagi kita mau ke bandara, pasti kau dianggap orang sinting."

"Aku tahu, aku tahu! Bisa gak sih jangan buat aku lebih despresi lagi?!"

"Iya, iya! Oh, sebaiknya kau pakai kupluknya! Nah kan, jadi seperti beruang sungguhan! Hahahahaha!" kata Renjun sambil menarik kupluk bajuku keatas kepalaku.

Yang benar saja, tidak akan kupakai kupluknya! Karena, kupluknya mempunyai sepasang telinga beruang kecil yang berdiri tegak. Pasti terlihat lebih sinting kalau memakai ini.

Aku menurunkan kupluknya dari kepalaku, "Sialan Renjun! Jangan bercanda lagi!" protesku.

"Hahahaha iya iya maaf. Habis kau bodoh sekali sih! Hahahahahahaha!" tawa Renjun.

Ingin sekali aku merobek mulut Renjun, tapi rasa malu yang kurasakan lebih besar dari amarahku. Lebih jelasnya, AKU SUDAH TERLALU MALU UNTUK BISA MARAH! AAAAAAAHH!

Tak lama setelah itu, tawa Renjun sudah diganti dengan mimik muka yang agak serius, dan dia berkata "Hei, aku agak penasaran tentang ini dan ini cukup penting."

"Apa lagi?!" tanyaku malas.

"Ehm, kau pakai baju ini karena terdesak kan?"

"Itu sudah jelas bukan?! Tadi aku sudah ngomong begitu, kenapa nanya lagi?!"

"Iyaa iya! Bisa gak sih tidak teriak-teriak?!"

"Hah."

"Nah, kalau kau saja tidak sempat mengambil baju, berarti kau tidak sempat mengambil uang dong?" tanya Renjun serius.

"YA TENTU SA— ja..." teriakku beriringan dengan sadarnya aku akan apa yang Renjun maksud.

"Sudah sampai." kata pak supir. Benar saja, kami sudah sampai di bandara.

"Jadi, bagaimana kita bayar taksi? Aku tidak punya uang." tanya Renjun.

Sial, aku benar-benar tidak memikirkan soal itu. Aku lngsung masuk ke taksi tanpa memikirkan soal biaya. Bodohnya kamu Haechan, kamu tidak punya otak!

Aku terdiam sambil menatap Renjun, keringat mengalir dari dahiku.

Renjun juga terdiam, dia menelan ludah.

Pak supir juga terdiam, sepertinya dia mulai mengerti apa yang terjadi sekarang.

Aku memegang gagang pintu dengan hati-hati, mataku masih terpaku pada Renjun.

CRAZY! [ nohyuck ] - under constructionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang