Jisung diambil Lucas. Bukan diambil paksa, tapi dijemput untuk katanya diajak jalan-jalan bersama Haechan dan Chenle juga, katanya juga mereka mau belajar mengasuh anak sebelum mengasuh anak sendiri.Jisung sendiri sudah sangat senang mendengar semalam om Lucasnya menelpon, yang berkata mau menjemput dua anak dari Jung bersaudara itu.
"Besok om ajak jalan-jalan sama Lele dan tante Chan mau kan?"
"Cung mau lan alan ma Lele" begitu kata Jisung, yang artinya dia mau berjalan-jalan dengan Chenle.
Dan pagi tadi bahkan sebelum Jisung sarapan, Lucas bersama Chenle yang lebih dulu dijemput, sudah membawa jagoan papa Mark itu pergi.
"Nanti sarapan di rumah aku aja, Haechan udah siapin makan buat mereka" begitu kata Lucas waktu Jaemin mau membuatkan sarapan Jisung.
Selanjutnya Jisung pergi dengan melambai dan tersenyum ceria. Meninggalkan Jaemin yang memasang muka ditekuk karena harus berpisah dengan Jisung padahal hari masih pagi.
Mark sih senang-senang saja. Jisung tidak akan kenapa-kenapa kalau itu bersama Haechan, kecuali pasangan itu yang suka tidak tau tempat bermesraan atau membuat keributan. Tapi Mark yakin sepupunya itu bisa menjaga Jisung dan Chenle.
Karena Mark cuma berdua dengan Jaemin, dan kebetulan juga hari itu juga jadwal check up kandungan Jaemin, Mark dengan senang hati mengantar dan menemani Jaemin pergi ke klinik.
.
.
Sepulang dari klinik Jaemin bingung harus apa. Biasanya dia akan menemani Jisung di ruang tengah sambil mengajari berhitung atau menghapal huruf. Tadi mereka juga sempat mampir ke kafe sebentar, cuma mengecek lalu pulang.
Sebenarnya sudah hampir jam makan siang, tapi karena nasi dan ayam kecapnya tadi pagi masih dan cukup untuk mereka makan siang berdua, Jaemin tidak akan memasak.
Kalau kalian bertanya dimana Mark, maka Jaemin akan menjawab kalau suaminya itu sudah kembali mendekam dalam studio kecilnya di rumah. Padahal jelas-jelas tadi Mark berkata kalau dia mau menemani Jaemin.
Tapi ya sudahlah, demi dompet mahalnya agar tidak melompong.
Jaemin memilih ke dapur. Dari pada cuma berdiam diri di depan televisi menonton drama picisan, Jaemin lebih memilih membuat kue kering, untuk nanti camilan Jisung juga Mark.
Hampir dua jam Jaemin berkutat dengan adonan tepung dan kini bau khas kue kering memenuhi seisi dapur begitu pintu oven dibuka. Jaemin tersenyum senang melihat kue coklat dengan coco chips diatasnya yang matang sempurna dan terlihat menggoda.
"Baunya enak"
Loyang di tangan Jaemin hampir mleset kalau saja tidak segera dia letakkan di pantry dapur. Jaemin menoleh sebal pada Mark yang baru saja membuatnya kaget.
"Rasanya enak juga nggak?"
"Kamu masih ragu sama kue buatanku"
Mark menyengir dan duduk di kursi tinggi. Menopang dagu sambil melihat punggung Jaemin di balik wastafel. Lalu turun ke bokong Jaemin. Duh, kenapa Mark tiba-tiba terpikir menepuk bokong sintal itu ya. Apalagi semenjak hamil ini berat badan Jaemin sedikit naik, membuat bokongnya semakin bulat.
Kenapa jadi bahas bokong Jaemin?
Mark menggeleng.
"Kenapa sih kak?" tanya Jaemin mengeringkan tangan dengan handuk. Mark menjawab bukan apa-apa lalu berkata kalau dia lapar.
.
.
"Om Cas, es kim. Es kim. Es kim"
Suara cempreng dan cadel Chenle terdengar nyaring di bawah pohon trembesi rindang di bangku taman. Chenle bersama Jisung terus meneriakkan es krim dan meloncat-loncat. Membuat Lucas harus berulang kali menghembuskan napas pasrah.
"Iya, tunggu tante Chan balik dari toilet dulu ya"
Dua anak itu lalu bersorak, masih meneriakkan nama es krim, tapi kini sudah lebih anteng sambil berceloteh, yang Lucas sendiri tidak terlalu paham.
Haechan kembali tidak lama kemudian. Calon ibu muda itu berjalan sambil memasang muka ditekuk. Lucas mengernyit bingung.
"Kamu kena—"
Kalimat Lucas terpotong, Haechan lebih dulu menggandeng tangan Chenele dan Jisung, berlalu begitu saja tanpa memperdulikan Lucas dengan raut bingungnya.
.
.
Mencuci piring itu tugas Mark, sebenarnya dia sendiri yang menawarkan diri untuk mencuci. Mengingat sudah sejak tadi Jaemin berkutat di dapur.
Tapi Mark tersentak, waktu tiba-tiba dia merasa ada tangan memeluk perutnya, disusul kepala Jaemin yang menyender di punggungnya. Mark tersenyun kecil. Jaemin sering manja kalau mereka sedang berdua di rumah seperti itu.
"Kenapa, hm?"
Gelengan kepala Mark rasakan dipunggungnya.
"Kangen"
Senyum Mark tidak bisa untuk tidak melebar.
Setelah mematikan kran air dan mengelap tangan dengan handuk, Mark berbalik menangkup pipi Jaemin dan mengecup pucuk hidungnya singkat. Selanjutnya masih dengan Jaemin dipelukannya, Mark membawa istri manisnya itu duduk di tempat makan.
"Manja banget sih istrinya Mark"
Jaemin menyembunyikan wajahnya di dada Mark.
"Adek didalam sini baik-baik aja ya, jangan nakal sama mama"
Tangan Mark menyentuh kulit perut dibalik kaos Jaemin, mengusapnya pelan. Jaemin tersenyum kecil sambil menjawab 'iya' dengan suara mirip anak kecil. Keduanya lalu tertawa bersama.
"Ke kamar yuk" ajak Mark setelah mencium sebelah pipi istrinya.
"Heh, masih siang. Mau ngapain?"
"Ya memang masih siang, aku mau tidur siang. Memang kamu mau yang selain tidur?"
Jaemin tersenyum malu menyembunyikan mukanya di leher Mark. Bukan begitu maksud Jaemin, tapi Mark malah menggodanya. Tapi Jaemin juga tidak yakin sih, mengingat tangan suaminya itu sedari tadi tidak beralih dari pantat bulatnya.
.
.
"Aku kangen Jisung" kata Jaemin menduselkan kepalanya di dada Mark, menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh suaminya itu.
Omong-omong, mereka sudah berbaring di kamar, dengan lengan Mark menjadi bantal Jaemin, dan Jaemin yang memeluk erat pinggang Mark. Mereka mengobrol panjang karena kantuk cuma alasan untuk mereka bermesraan seperti ini, mumpung Jisung juga dibawa Lucas, biasanya bocah itu selalu minta menyempil ditengah-tengah orang tuanya.
Baru saja Mark menelpon Haechan, menanyakan kabar anak-anak bersama mereka, masih utuh kah atau bagaimana. Dalam panggilan video Haechan, terlihat Jisung dan Chenle yang sudah tertidur pulas dengan boneka dipelukan masing-masing. Yang mana malah membuat Jaemin semakin rindu Jisung.
"Kita jemput Jisung aja yuk, kak"
Mark sambil matanya terpejam menggeleng, bukan tidak mau sih. Tapi Mark mau menggunakan kesempatan berdua mereka sebentar. Setelah kemarin gara-gara buah stroberi hasil rengekan Jisung menggagalkan bonus Jaemin.
"Jisung itu seneng kalau bisa main sama Chenle. Biarin aja dulu, lagian anaknya juga nggak rewel kan"
Bibir merah muda Jaemin mengerucut. Suaminya itu tidak tau kalau dia benar-benar rindu Jisung. Meski belum ada dua puluh empat jam mereka berpisah, yang namanya ibu pasti rindu dan khawatir kalau jauh dari anaknya.
Mark mencium bibir Jaemin. Lalu dia bawa istri manisnya itu semakin merapat ke pelukannya.
"Nana" Jaemin berdehem pelan, "Mau nggak??"
Kening Jaemin mengkerut, "sekarang?" dan Mark mengangguk. Masih siang sih tapi.. "ayuk lah"
...
Halo kawand semwah🤘
Semoga kaliand syukah🌼🌼
Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
MARKMIN DOOR
SonstigesCerita dibalik pintu rumah Mark dan Jaemin bersama keluarga kecilnya [⚠️bxb] [⚠️mpreg] (BUKAN GENDER SWITCH/GS)