Suara langkah kaki yang tegas dan cepat berdengung di telinganya. Sesekali kepalanya berputar ke belakang sementara tubuhnya terus melaju. Di ujung pandangannya, tiga orang tengah berlari, mengangkat sebuah obor. Wajahnya dipenuhi rasa takut ketika kakinya tersandung.
Dengan sekuat tenaga ia mencoba untuk mempertahankan keseimbangannya.
Suara musik elektronik bergema dalam telinganya. Sembari tangannya memegang gagang yang terdapat pada treadmill. Nafas yang awalnya teratur kini mulai menjadi tak karuan. Ia pun turun dari treadmill tersebut sembari mencoba mengatur nafasnya. Ia segera duduk di bangku terdekat. Sembari mengusap wajahnya, ia menarik nafas dan menghembuskannya kembali secara perlahan.
Tanah dan lumpur melumurinya seraya punggungnya bersandar pada dinding goa.
Suara tangisan terdengar. Seorang anak kecil yang tersesat, tak tahu arah yang ia tuju. Tak ada cahaya di ujung lorong yang terbelah dua. Tak ada harapan untuknya bisa keluar dari ruangan yang gelap tersebut.
Ia merangkak, bergerak menyusuri lumpur.
Tak bisa melihat, ia mengandalkan suara untuk menuntunnya. Terasa seseorang tengah menuntunnya, terdengar sorak sorai dari sekelilingnya.
Ia mencoba berdiri.
Suara angin terdengar seraya wajahnya menatap ke bawah. Sebuah jurang dengan air berada di hadapannya. Kakinya bergemetar hebat meski ia dapat merasakan sesuatu melilit tubuhnya. Seseorang di sampingnya mengencangkan sabuk yang melilitnya, memberikan rasa aman
Perlahan, ia mendorong tubuhnya.
Tepat dihadapannya, jurang tak berujung terlihat. Kegelapan menunggunya. Tiba-tiba, ia berhenti. Terdengar dibelakangnya orang-orang yang mengejarnya. Semakin keras suara mereka, semakin dekat mereka berlari, semakin cepat pula degup jantungnya.
Suara mereka menghilang seraya tubuhnya yang melayang di udara.
Tumpukan daun pun menangkap tubuhnya yang jatuh. Orang-orang disekitarnya nampak ketakutan. Tak tahu apa yang terjadi, mereka pun mencoba untuk menangkapnya. Ia pun berlari.
