july 14th

87 10 30
                                    

.

14 Juli, sebuah tanggal spesial yang selalu ia nantikan. Ya, seharusnya hari ini memang spesial sih, kalau saja--

.

ps: disarankan baca fanfik ini sambil dengerin lagu 花-0714- :)

.

Satu jam duduk di bangku taman dan selama itu Nishizawa Teruki menghabiskan waktunya untuk merutuki keteledoran dirinya.

Kenapa aku bisa sampai menghilangkan barang sepenting itu?!

Sial, sial, sial! Padahal Teruki sudah mempersiapkan semuanya dengan baik. Ia sudah siap secara mental dan modal. Semua sudah berjalan sesuai rencananya, dan hari ini ia tinggal melakukan bagian finalnya.

Namun, rencana Teruki untuk melamar Hiroki hari ini kacau balau karena ia menghilangkan cincinnya. Dan ia baru sadar kalau ia kehilangan benda penting itu saat tadi pagi. Dasar bodoh.

"Aaargh!" Teruki frustasi, mengacak rambut gondrongnya. Masa bodoh jika petugas taman yang memperhatikannya menganggap ia aneh--toh, kelakuannya sendiri juga memang acapkali aneh, ah sudahlah.

Teruki tak bisa memikirkan harus melakukan apa. Ia tak mempersiapkan rencana cadangan jika skenario semacam ini terjadi. Tak mungkin ia pergi membeli cincin baru ke toko--Hiroki bilang kalau sebentar lagi ia akan sampai. Meminta bantuan Shohei atau Nobu? Aish, bisa-bisa Teruki kena omel oleh mereka.

Apa sebaiknya rencananya dibatalkan, ya? pikir Teruki sambil mengernyitkan dahi. Ia berdecak, kaki mengetuk-ngetuk tanah karena bingung. Yeah, itu opsi yang paling tepat.

Baiklah... Teruki sudah memutuskan. Batalkan rencana lamarannya, anggaplah hari ini hanyalah kencan seperti biasa saja, lalu pergi ke toko untuk membeli cincin selepas kencan ini berakhir. Soal rencana melamar #2 bisa Teruki pikirkan nanti.

"Yosh!" Teruki mengambil buket bunga yang sedari tadi teronggok dan terlupakan di bangku taman, menggenggam buketnya dengan tenaga berlebih sambil menatap warna-warni bunga. "Tidak apa-apa, nanti kita bisa susun ulang rencananya--"

"Kemarin kau berbicara dengan ikan, dan sekarang kau berbicara dengan bunga? Bagus Teruki, kau memang perlu layanan servis otak."

Tersentak dari lamunannya, Teruki sontak menoleh pada suara yang bernada sinis itu. Moriuchi Hiroki tiba-tiba saja sudah ada di sebelahnya, menatap Teruki dengan tatapan heran plus menghakimi.

"Eh? Hiroki? Cepat sekali kau sampai--" Alis Teruki bertaut.

"Aku terbang kemari," jawab Hiroki sambil bersidekap.

Teruki manggut-manggut saja mendengarnya.

"Dasar bodoh! Mana mungkin aku bisa terbang!!" Hiroki geram sendiri, memukul bahu Teruki dengan tenaga yang sungguh tidak terkira-kira, membuat lelaki gondrong itu meringis kesakitan.

Buket bunga dijadikan tameng. Teruki menyembunyikan wajah dibalik kelopak-kelopak bunga yang beragam warna macam pelangi, ekspresi wajahnya seolah berkata "Ampuni aku".

Hiroki menarik tangannya, tak jadi memukuli kekasihnya. Ia beringsut mundur. "Jadi, kenapa kau mengajakku bertemu disini?" tanyanya.

Aduh. Teruki garuk-garuk kepala jadinya. Mau jujur soal lamaran, nanti salah. Mau berbohong dengan alasan lain, ia tak punya ide.

Teruki menghela napas. "Um, jadi begini--"

"Ah, omong-omong," Hiroki memotong perkataan Teruki, raut wajahnya mendadak serius, "ada dua hal yang mau kukatakan kepadamu."

愛の形 「ai no katachi」|| TeRokiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang