"Mama dasi Ano mana? Ini sepatu Ano kok ga ada satu?"
"Ini action figure Levi kok ngak ada. ANOO JANGAN NYEMBUNYIIN!!!"
"Maa Jas Papa mana? Papa ada operasi mendadak!"
Aldiandra kualahan menghadapi kedua anak dan suaminya yang saling bersaut satuan.
"Jangan teriak teriak kalian itu. Dasi Ano ada didepan TV, sepatu yang satunya ada dibawah rak sepatu lah, Ana jangan ngeributin Levi trus, mandi sana dan Papa Jasnya ada dibahumu itu"
Mungkin jika bisa dikondisikan Aldiandra tengah pusing tujuh keliling menghadapi keluarganya ini.
"Maa Ano berangkat dulu, nanti Ano pidato mangkannya Ano berangkat cepet"
Sekilas info Lean merupakan ketua osis di sekolahnya. Maka dari itu ia harus bisa datang lebih awal saat MOS.
"INI MASIH JAM SETENGAH 6 ANO KAMU MAU NGAPAIN KESANA SEKARANG!!"
"Ano harus jadi contoh buat adek kelas Maa. Ini Ano udah bawa bekal sama rotinya kok" Lean menunjukkan roti dan bekalnya ke Aldiandra. Aldiandra terkagum dengan sikap putranya yang sangat rajin.
"Yaudah sana berangkat hati hati"
Lean segera menyalimi tangan Aldiandra dan Alvaro "Itu pasti lah Ma. Ano berangkat Ma Pa Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" jawab mereka serempak.
"MAA LEVI BENERAN ILANG MAA!!!"
"Kamu itu ya, udah jangan Levi aja yang dipikirin. Mandi sana!" Suruh sang Mama yang langsung dituruti oleh Lian. Ia sangat takut bila sang Mama marah.
"Maa Papa berangkat!" Alvaro mengecek jam tangannya dan ternyata sudah sangat terlambat.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Kini Aldiandra tengah menunggu Lian untuk selesai mandi. Ini sudah jam enam lebih dan kenapa sang putri itu belum menampakkan diri.
"ANAA! CEPET TURUN!!" teriaknya.
Lian turun dengan wajah malas "Kamu kenapa masih belum mandi heh?!"
"Levi ilang Maa Ana ngak usah sekolah lah"
"Sekolah. Pokoknya harus sekolah, nanti waktu kamu berangkat bakal Mama cariin. Mama janji waktu kamu pulang Levi itu udah ada!"
Mata Lian berbinar dan segera menuruti keinginan Mamanya.
•••
Di sekolah Lean tampak santai menyusuri lorong kelas walaupun sendirian. Ia sudah terbiasa untuk melakukannya.
Dengan mendengarkan lagu favoritnya sebagai objek bersenandung. Ia sangat suka dengan lagu dari A great big world yang berjudul Say Something.
Dengan cekatan akhirnya ia sampai di ruang osis. Dan benar saja bahwa di dalam sini sangat berantakan.
Ia sebagai ketua osis yang rajin langsung membersihkan dan menata separoh yang diperlukan untuk kebutuhan Mos.
Ia hendak membuang sampah sampai saat langkahnya terhenti ketika melihat seorang siswi yang berjalan.
Perempuan itu berjalan dengan membungkuk sehingga rambutnya yang terurai menutupi wajahnya, menggunakan pita kuning, menangis, dan menenteng tas biru kecilnya.
'Ada yang mau berangkat sepagi ini selain gue?' batin Lean dan langsung kembali ke ruang osis.
Setelah selesai terkendali semuanya, teman teman Lean mulai berdatangan.
Acara Mos untuk kelas 10pun dimulai sedikit demi sedikit.
Untuk yang pertama sambutan dari Kepala sekolah untuk para siswa baru dan diakhiri dengan pidato Lean sebagai ketua osis.
Para murid perempuan pada histeris ketika Lean memberikan pidato.
Begitupun dengan Rin. Ia yang tadinya murung langsung berteriak ketika melihat ketampanan Lean.
"Udah ganteng, pinter, ketua osis pula. Kyaa idaman banget" Rin terus histeris ketika Lean berpidato.
"KYAA KAKAK GANTENG BANGET""TAMPANNYA"
Mereka yang disekitar Rin kesal dengan kealayan Rin tapi Rin tidak peduli.
Pembagian kelaspun dimulai, Rin mendapat kelas paling ujung atau bisa dibilang terendah.
Ia sangat bahagia meskipun ia mendapat kelas terendah. Tak luput karena ketampanan Lean yang membuat Rin histeris.
"E-eh nama lo siapa?" Rin melihat orang yang sedang menyapanya.
'Sok akrab banget sih' sudah Rin duga bahwa wajah seperti lelaki ini merupakan Fakboy.
Rin menatap sinis dia tapi tetap ia jawab "Erina"
"Gue Keanu salam kenal yah" Keanu tersenyum dengan menyodorkan tangannya. Erina menerima dengan ogah ogahan.
"O-oh ya, salam kenal"
Hening. Walaupun mereka duduk depan-belakang suasananya sangat hening karena di sebelah mereka sama sama kosong.
"G-gue boleh duduk di-
"Gak gak usah i-itu temen gue dateng"
Rin berbohong kepada Keanu agar dirinya bisa bebas tapi yang ia khawatirkan di sini adalah ia tak mempunyai teman di kelas ini.
Rin melihat sekitar guna mencari seseorang "WOY SINI!!" serunya kepada gadis berambut panjang yang sedang kebingungan.
Gadis itu langsung menoleh dan menunjuk dirinya sendiri. Rin mengangguk sebagai jawabannya.
"Kenapa?"
"Duduk sama gue yah, tadi ada buaya darat mau nyamperin" gadis itu seketika bingung dengan ucapan Rin.
Ia sama sekali tidak mengenal Rin tapi ia menuruti keinginan Rin.
Seketika gadis itu melihat seorang lelaki yang tersenyum dan ia tau maksud Rin "Ohh oke gue duduk di sini. Btw siapa nama lo?"Gadis itu mendudukkan dirinya di sebelah Rin "Gue Erina Van Mooz. Panggil aja Rin"
"Orang luar yah, udah keliatan sih. Gue Ratna Dwi Daryo. Panggil Ratna aja"
"Gue Keanu Arjuna, salam kenal"
"NGAK TANYA!!" jawab kedua perempuan itu.
Kedua perempuan itu sudah tertawa cekikikan sampai menjadi pusat perhatian.
Tanpa mereka sadari bahwa para osis telah berkumpul di kelasnya "KALIAN BISA DIAM TIDAK!!!" murka Lean dan menatap tajam ketiga juniornya.
Lean meneliti ketiga juniornya dengan perasaan kecamuk. Ia sangat marah karena mereka seakan akan mengabaikan arahan Lean sedari tadi.
Dan Lean menemukan seorang gadis dengan pita kuning dan tas biru kecil.
'Ekspresinya kenapa beda baget' batinnya sambil mengerutkan dahi.
Salam author
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
•LAMENT•
Teen Fiction[Sekuel dari WHY ME!] "Lo udah gue tolak berapa kali sih?" "Baru juga 21 kali kak" "Tapi ini masih 1 bulan sejak Lo sekolah disini bodoh!" Kisah Rin yang terus memperjuangkan cintanya kepada Lean.