Prolog

149 21 3
                                    



V o t e d u l u d o n g c h i n g u :*

.
.











     Gatara Arashka, lelaki bermata besar itu sedang menikmati pemandangan langka di hadapanya, yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, membuat matanya berbinar dengan pupil yang membesar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Gatara Arashka, lelaki bermata besar itu sedang menikmati pemandangan langka di hadapanya, yang membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, membuat matanya berbinar dengan pupil yang membesar. Semua orang yang melihatnya pasti langsung tahu kalau ia begitu mengagumi seseorang dihadapannya.

Pemandangan langka yang tak boleh dilewatkan sedikitpun olehnya, pemandangan yang hanya bisa disaksikan sekali seumur hidup oleh Arashka. Sederhana sebenarnya, hanya manusia kesukaannya yang sedang fokus bergelut dengan soal-soal dalam buku, namun telah membuat pikirannya entah melayang-layang menuju ke mana, ia sedang menikmati setiap pahatan di paras pemuda berahang tajam yang duduk di depannya.

"Selesai!" Arashka tersadar dari lamunan indahnya, ia spontan mengalihkan pandangannya pada buku yang di suguhkan lelaki di hadapannya.

Melihat orang aneh yang sedari tadi memperhatikannya terus mengukir senyum, si rahang tajam mengernyit, menduga-duga apa yang terjadi di kepala orang berambut merah ini.
"Lo gila ya? Yang lo liat tuh rumus, bukan novel cinta. Ngapain senyum-senyum, jatuh cinta lo sama rumus?"

Arashka tak mengindahkan ocehan yang ditujukan kepadanya, senyumnya justru kian melebar sambil tetap fokus mengoreksi isi bukunya.

"Kerja bagus Aletta, sekarang waktunya istirahat" Ujarnya lalu beranjak dari tempat duduk. Yang dipuji bukannya senang malah memasang raut wajah sengit, tak suka sama sekali.

"Nama gue Bima, berhenti panggil gue pake nama itu" Si rambut merah terkekeh dibuatnya, tangannya tanpa sadar mengacak-acak rambut lelaki yang berjalan di sampingnya.

Tak mendapat respon baik, tangannya dicengkram Bima kuat, tatapan nanar diberikan
kepadanya yang tidak mengerti mengapa pemuda berambut coklat ini marah.

"Sekali lagi gue ingetin lo Rash..." Bima menjeda kalimatnya, memejamkan matanya kesal seraya menghela nafas kasar.

"Gua laki, dan gue straight. Gue bukan uke seperti yang lo bayangin, jadi stop jadiin gue pemuas nafsu homo lo itu. Dan lagi, gue benci sama lo!" Lanjutnya menghempas tangan lawan bicara geram dan berlalu begitu saja.

Dan di sinilah Arashka, di bangku taman belakang sekolah, tersenyum miris meratapi betapa menyedihkan dirinya. Mungkin ini sudah kesekian kalinya ia menghadapi penolakan, hatinya sudah hancur berkeping-keping namun ia tidak kunjung menyerah.

"Kalo gue bisa nyuruh hati gue milih buat jatuh sama siapa bim... gue juga gabakal suka sama lo Argh!" Gusarnya. Ia marah, marah pada dirinya sendiri, menyalahkan dirinya sendiri karena jatuh pada orang yang salah. Terhanyut pada pikirannya sendiri sampai tak sadar seseorang menghampirinya.

Perempuan berambut ikal sebahu itu menaruh bokongnya di samping pemuda yang duduk lebih dulu di sana, ia langsung paham ketika melihat raut wajah sang lelaki.

"Patah hati boleh tapi jangan sampe lambung lo juga ikutan sakit gara-gara hati lo" Ujar si perempuan seraya menyodorkan sebungkus nasi dan lauk pada manusia menyedihkan di sebelahnya.

"Makasih" Singkat yang diberi.

"Kenalin, gue Revi temennya Van" Ia pun hanya tersenyum simpul melihat uluran tangannya hanya disambut dengan lirikan.

"Ah... mungkin lo ga kenal Van, gue temennya Bima, gue biasa manggil dia Van sejak kecil" Jelasnya namun sama sekali tak dihiraukan pria di sebelahnya yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Gue tau, sekarang pergi, gue ga butuh petuah dari lo dan makasih nasi bungkusnya, besok gue ganti" Ujar si laki-laki, Revi yang sedari tadi menunggu jawaban pun puas karena akhirnya orang ini membuka mulut. Ia pun beranjak dari tempat duduknya lalu berlari menuju orang yang dari tadi mengamati mereka berdua. Lelaki itu tersenyum ketika melihat Revi berlari ke arahnya dengan air wajah senang.

"Udah, sekarang mana upah gue?" Yang ditanya pun segera merogoh kantong celananya mengeluarkan beberapa uang kertas untuk di beri pada gadis ini.
"Yey, makasih vannn, lain kali kalo mau ngasih tuh langsung aja gausah pake gue biar ga bayar! Dah mo beli susu coklat" Celotehnya lalu pergi begitu saja, meninggalkan teman masa kecilnya sendirian.

"Gue mungkin benci sama lo, tapi gue ga sejahat itu buat ngasih harapan palsu ke orang" -Arbima


"Gue mungkin benci sama lo, tapi gue ga sejahat itu buat ngasih harapan palsu ke orang" -Arbima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tbc~

[]

Maaf pendek manteman hehew minggu depan double update kok! ><

Thanks for reading!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Addiction [Taegyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang