Gardenia

0 1 0
                                    

.

.

.

      Ara itu gadis yang sempurna, itu pendapat Jeffrey. Bagi lelaki berusia 14 tahun itu, Ara adalah gadis yang atensinya bisa mengalahkan ibunya sendiri.
Tidak ada yang salah dengan pemikiran Jeffrey tentang Ara. Hanya saja, sepertinya kata “sempurna” terlalu sakral untuk disematkan kepada manusia. Tapi, sekali lagi, itulah pemikiran Jeffrey tentang gadis berambut sebahu itu.

      Jeffrey mengenal  Ara sejak duduk di kelas 2 SMP. Kala itu Ara yang seorang siswa pindahan sekelas dengan Jeffrey, bahkan duduk bersebelahan. Sejak kedatangannya, Jeffrey selalu berusaha menarik perhatian gadis manis itu. Hingga saat kenaikan kelas, Ara memberikan sebagian atensinya kepada cowok dengan kedua dimple di pipinya itu.

      Ara bukan gadis seperti gadis lainnya. Ia bukan pribadi yang suka berada di tengah kerumunan, saling berceloteh tentang apa saja, menggosipkan para pria tampan di sekitar. Tidak. Ara itu bukan gadis yang introvert, hanya saja baginya kegiatan-kegiatan di atas hanyalah hal bodoh yang membuang-buang waktu berharganya. Gadis bermata bulat itu lebih suka menghabiskan jam istirahat dengan memakan bekal yang ia bawa dari rumah di dalam kelas. Bahkan saat jam kosong, ia akan bergegas ke perpustakaan, menghindari kekacauan kelas akibat guru tidak masuk. Hingga kebiasaan itu juga tanpa sadar diikuti oleh Jeffrey.

      Saat lulus SMP, keduanya sepakat untuk masuk di SMA yang sama. Sebenarnya, Jeffrey yang mendesak agar mereka kembali bersekolah di sekolah yang sama. Dan Ara tetaplah Ara. Membiarkan pria tampan itu terus menjadi bagian dari atensinya.

      Di SMA, Jeffrey tentu menjadi idola. Ia tampan. Tinggi. Pintar. Ramah. Hanya saja, keberadaan gadis “pendiam” itu di sampingnya juga menarik perhatian khalayak ramai. Tidak. Jangan berburuk sangka. Ara tidak mendapat perundungan di sekolahnya. Ia bahkan menjadi salah seorang siswa yang menyumbangkan berbagai piala untuk sekolah di berbagai kategori. Yang orang lain tahu, Jeffrey lah yang tidak bisa lepas dari si gadis. Banyak yang mengira mereka berpacaran. Baik Jeffrey maupun Ara tidak ada yang mencoba memberikan penjelasan tentang hal itu. Mereka membiarkan orang lain membuat anggapan tentang hubungan mereka.

      Kelulusan pun tiba. Ara mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya ke Jerman. Begitu juga Jeffrey, ia mendapat beasiswa ke negeri Paman Sam, Amerika. Keduanya hilang kontak. Baik Ara maupun Jeffrey tidak ada yang mencoba untuk saling mencari kabar tentang satu sama lain. Keduanya begitu sibuk dengan perkuliahan mereka. Tentu mereka harus serius, suatu keberuntungan mendapatkan beasiswa dan itu tidak akan datang dua kali.

11 tahun berlalu.

      Ara dalam versi 29 tahun kembali ke tanah air. Ia diterima oleh cabang perusahaan dan mendapat posisi yang menggiurkan. Seorang Chief Operating Officer, setelah melepaskan jabatannya sebagai Kepala Departemen Personalia di perusahaan pusat yang ada di Jerman. Jangan tanyakan mengapa ia bisa mendapat kedua jabatan tinggi itu di usia yang relatif masih muda. Kebiasaannya mendatangi perpustakaan setiap waktu senggang tentu bukan untuk numpang tidur.

      Di hari pertamanya bekerja, ia belum bertemu dengan CEO dari cabang perusahaan ini. Bahkan seminggu setelahnya. Hingga diminggu ke dua, 14 hari setelah ia menjadi COO, ia bisa bertemu secara langsung dengan sang CEO untuk melakukan tugasnya dengan benar, menjadi jembatan antara karyawan dan pemimpin perusahaan.

“Hai!”, menjadi kata pertama yang menyambut gadis manis itu saat memasuki ruang sang pemimpin perusahaan.
      Setelah 10 tahun tanpa bertukar kabar, akhirnya mereka kembali bertemu. Jeffrey masih sama dengan terakhir kali yang ia lihat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang