01

6 1 0
                                    

_happy reading_

Pukul 03.00

Kring.... Kring.... Kring....

Jam weker milik Alika berbunyi nyaring dan membangunkan sang pemilik. Pemiliknya pun terbangun dan melaksanakan rutinitasnya. Pertama ia melaksanakan sholat tahajud terlebih dahulu, setelah itu ia mulai membersihkan serta merapikan seisi rumah. Rumah yang Alika singgahi tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu mewah lebih tepatnya sederhana nan elegan. Jadi mudah saja bagi Alika untuk mengerjakannya sendiri dalam jangka waktu 60 sampai 90 menit. Dilanjutkan dengan kegiatan selanjutnya yaitu memasak untuk sarapan dan bekalnya nanti. Yaps Alika bisa memasak ... itu ia pelajari semasa di pesantren dan dari umi-nya kala ia sedang berada di rumah. Setelah semua siap dan Alika juga sudah melahap habis  sarapannya barulah Alika mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

Tepat pukul 05.50 Alika sudah rapi dan siap untuk berangkat ke sekolah. Sebelum itu Alika mengecek seluruh ruangan memastikan tidak ada yang terlewatkan untuk berjaga-jaga dari hal-hal yang tidak diinginkan. Semua sudah di cek, maka kini tinggal mengeluarkan sepedanya dan melajukannya kearah dimana sekolahnya berada. Jarak antara sekolah dan rumah dapat Alika tempuh dalam kurun waktu kurang lebih 20 menit menggunakan sepeda tentunya. Mengapa tidak menggunakan sepeda motor saja ? Mudah saja karena Alika tak punya sepeda motor itu jawabannya.

06.20 Alika sampai di sekolah. Ia memarkir sepedanya di tempat parkir khusus sepeda. Sekolah ini menyediakannya karena ada beberapa siswa juga yang memilih untuk bersepeda sebagai sarana keberangkatan mereka ke sekolah.
Suasana sekolah masih begitu sepi, hanya beberapa siswa yang datang. Alika menyusuri koridor yang menuju kelasnya, kelas XI MIPA 2 yang berada di lantai 2. Sekolah ini memiliki 4 gedung yang membentuk huruf U, setiap gedungnya memiliki 4 lantai. Sungguh mewah sekolah ini, dulu Alika sempat merasa minder untuk bersekolah disini namun berkat pertemuan pertama dengan para sahabatnya itu cukup untuk mengusir rasa minder dalam diri Alika.

Tak terasa Alika telah tiba didepan pintu kelas , namun ia mendapati sesosok gadis berambut panjang dan memakai seragam sama seperti Alika. Gadis itu duduk di sebelah bangku Alika sambil menundukkan kepalanya dan jari jarinya lihai memainkan suatu benda ditangannya. Alika mengerutkan keningnya kemudian menghela nafas dan melanjutkan langkahnya mendekat ke arah gadis itu dan duduk disampingnya.
Seakan sadar akan kehadiran Alika, gadis itu langsung menoleh dan tersenyum lebar kepadanya.

"Good morning Alika, i miss you so much" sapa dia tak lupa dengan senyum lebarnya yang menandakan ia sedang sangat bahagia pagi ini.

"Morning, setiap hari juga ketemu, tumben Sya jam segini dah ada di sekolah, biasanya juga masih santai di rumah" ucap Alika.
Gadis itu bernama Syafa teman sebangku sekaligus sahabat Alika.

"Hehe... Iya juga si. Gue juga ngga tau tiba-tiba aja gitu ada hasrat ingin berangkat pagi. Lu tau ngga kenapa ?"

"Lu tanya ke gue" tanya balik Alika.

"Ngga Al, gue tanya sama meja ini" Syafa menunjuk meja didepannya dengan sedikit kesal.

"Ouh ya udah" singkat Alika kemudian mengambil handphone dari dalam tasnya dan menyimpannya di saku seragamnya.

Syafa meenghela nafas panjang sudah ia duga dengan respon yang akan ia dapat. Dan ia tak habis pikir kenapa dia bisa bertahan menjadi sahabat Alika yang terkadang cuek seperti ini dan juga memiliki tingkat kepekaan yang rendah. Meskipun begitu ada beberapa hal yang membuat Syafa mampu bertahan bersahabat dengan Alika.

"Ada apa ?" Alika yang merasa dari tadi diperhatikan oleh Syafa pun bertanya.

Syafa segera menggelengkan kepalanya "Ngga ada apa-apa" Syafa pun tersenyum. Alika pun ber'oh'ria.

Siswa siswi lainnya pun mulai berdatangan dan terlihat sesosok gadis dengan rambut yang berkuncir kuda itu pun mendekati Alika dan Syafa.

"Morning Alika" sapaan manis dari gadis tersebut dan langsung duduk di bangkunya setelah mendapat balasan dari Alika berupa senyum yang tak kalah manis dari sapaan gadis itu meskipun hanya sesaat. Namun ia teringat akan sosok disebelah Alika, untuk memastikannya ia pun menoleh kebelakang.

"SYAFA!!" ia sedikit berteriak karena terkejut setelah melihat yang ada disamping Alika. Spontan Alika dan yang namanya terpanggil pun menutup telinga. Meskipun gadis itu hanya sedikit berteriak namun itu sudah cukup untuk membuat telinga seseorang merasa sakit. Beruntung didalam kelas baru 5 orang anak jadi ngga ada banyak korban.

"Brisik elah Put, Iya ini gue kenapa ? Hemmm" balas Syafa.
Gadis itu bernama Putri, seorang teman sekaligus sahabat Syafa dan Alika.

"Kesambet apaan lu berangkat lebih awal daripada gue ?" gadis itu membulatkan matanya tak percaya.

"Enak aja ngatain gue kesambet, tanya Alika gih"

Alika yang mendengar penuturan Syafa pun mengerutkan keningnya.

"Kok tanya gue si ? Kan lu ngga kasih tau gue" ucap Alika bingung.

"Lagian lu ngga tanya, ya udah gue ngga kasih tau" jawab Syafa santai.

"Yah-...."

"Syuttttttttt"

Belum sempat Alika melontarkan pertanyaan selanjutnya kepada Syafa namun sudah terpotong oleh Putri.

"Kalian kenapa si ? Kan di sini yang lagi tanya gue kenapa kalian yang ribut ?" Putri tak mengerti akan tingkah sahabat-sahabatnya itu.

Yang dilontari pertanyaan pun hanya menampilkan senyuman tak bersalah. Itu membuat wajah cantik Putri menampilkan ekspresi cemberut.

"Yah moodnya berubah" bisik Alika pada Syafa setelah melihat perubahan ekspresi Putri. Syafa mengangguk membenarkan perkataan Alika dan mereka mulai beranjak dari duduknya dan menghampiri Putri untuk menindaklanjutinya.

Putri masih menundukkan kepalanya dengan wajah cemberut yang masih ia tampilkan.

Alika menghela nafas panjang sebelum melakukan aksinya.

"Putri" yang namanya terpanggil pun menoleh ke sumber suara.

To be continued.......

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rubik Cinta AlikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang