Prolog

28 5 8
                                    

"Serius banget liatinnya, "

Gadis yang bersembunyi dibalik pohon jati itu tersenyum. Lelaki pujaannya tengah mengaji bersama teman-temannya.

"Gak panas dengernya? "

"Woy! Gue dari tadi ngomong sama lu kaya ngomong sama setan!" gadis yang diteriaki tersebut langsung berbalik badan dan menendang kaki temannya yang berada di belakangnya.

"Gue memang setan kalo lo lupa," ucap gadis itu santai.

Navisha Archana Anastasya, gadis yang sedari tadi memperhatikan pujaan hatinya, Syandan Axelle Rasendriya. Suaranya yang merdu, bahkan sangat merdu. Tetapi, Visha tidak bisa berlama-lama mendengarkan suara Syandan mengaji.

Bagaimanapun, Visha adalah hantu yang ditakdirkan tidak bisa mendengar suara ayat suci Al-Qur'an.

Suara dengusan nafas terdengar dari hidung milik Rai. Raihan Arrayan adalah teman sekaligus sahabat bagi Visha. Dia selalu mengerti bagaimana keadaan Visha dan selalu menemaninya. Dan Rai tahu jika Visha sangat mencintai manusia bernama Syandan itu.

Bagi Visha, Syandan adalah surga dunia dan akhirat. Namun, harapan Visha pupus saat kematian menjemputnya. Tetapi Visha tak pernah menyalahkan takdir, mungkin memang Visha ditakdirkan untuk meninggal di umur yang masih muda.
15 tahun, tiga hari sebelum hari ulang tahunnya, Visha harus kehilangan segala cita-cita dan harapannya di dunia.

"Rai, yuk pergi. Sebentar lagi mereka akan melaksanakan sholat ashar, " ajak Visha berbalik badan. Rai hanya mengangguk seadanya.

Kini, Rai dan Visha berada di atap Taman Kanak-kanak yang sudah tak dihuni.

"Lo gak sakit tiap hari harus ngeliat dia deket sama cewek lain? " Rai membuka suara.

Visha tersenyum, "Sakit, tapi mau gimana lagi?"

"Dulu, gue selalu meminta sama Tuhan agar disatukan di akhirat kelak, jika gue gak bisa disatukan di dunia bersama Syandan." lanjut Visha.

Rai mengerti, sakit rasanya mencintai tanpa dicintai. Bahkan tak pernah dianggap kehadirannya.

"Lo gak bosen ngikutin gue mulu? " Rai menggelengkan kepalanya.

"Kuping lo gak panas? Ngedengerin orang ngaji? " tanya Rai.

"Panas, tapi gue lebih memilih menikmatinya. Karena orang yang baca adalah orang yang gue sayangi, " Visha tersenyum, lagi.

Rai membuang nafasnya, "Udah yuk, kita jalan-jalan aja, " Rai tak ingin melihat Visha berlama-lama dalam kesedihannya.

Dasar setan bucin!

***

Gimana prolognya? Semoga suka:)

Visha StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang