Visha 4 || Dyena

0 2 7
                                    

"Ayolah manusia baik, gue mohon bantu temen gue ya ya ya, ".

Dimanakah Rai? Yap! Sekarang dia sedang membujuk manusia pendiam yang Visha dan Rai curigai bahwa dia bisa melihat mereka.

"Gue tau lo denger karena lo bisa lihat 'kita' semua." Rai membuang nafasnya kasar, ia hampir menyerah membujuk manusia itu.

"Gimana kalo kita bikin perjanjian? Lo bantu gue dan temen gue, dan gue bakal bantu apapun yang lo mau asalkan gue dan temen gue bisa bantu?" Ini adalah cara terakhir Rai untuk membujuk si manusia pendiam.

Baiklah, tak ada jawaban dari manusia tersebut. Namun, saat Rai hendak terbang, "Tunggu! " Rai memutar badannya.

"Apa yang dapat gue bantu? " Senyum Rai mengembang.

"Yes! Ternyata lo beneran bisa lihat gue. Tapi tunggu, supaya lebih mudah gue panggil lo siapa? "

"Dyena, panggil aja Na. " Rai hanya menganggukkan kepalanya.

"Jadi, apa yang harus gue lakukan? " tanya Dyena.

*****

"Anak sialan! Udah malem kerjaannya keluyuraann terus! " Visha tak berhenti menyumpah serapahi Rai yang sedari tadi belum muncul batang hidungnya.

Visha masih berjalan di pekarangan luas untuk mencari sahabatnya yang belum pulang juga.

"Hai neng!" Visha terkejut bukan main. Sebab ia melihat hantu yang ia takuti, tapi bukan setan gepeng ya.

"Aaaaaaa! A-aduh o-om! j-jangan ganggu saya, saya 'kan cuman lewat doang buat nyari teman saya yang belum pulang." Ucap Visha sambil menutup mukanya dengan tangannya.

"Ayo saya bantu cari, "

"E-eh gak usah repot-repot om, paling teman saya sedang berada di playground. Biasa, ngapelin pacarnya. " Namun, hantu itu masih belum pergi juga dari hadapan Visha.

"K-kalo gitu saya permisi ya om mau jemput teman saya. " pamit Visha, kemudian ia langsung ngacir karena ketakutan.

"Aduh, Rai kemana sih nyusahin banget elah! " Visha berjalan terseok-seok sambil menggaruk kepalanya.

"Baaaaaaaa!!" Visha terlonjak kaget.

"Gak ada otak lo! " Ucap Visha menggebu-gebu.

Rai tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Visha yang terkejut dan menatapnya tajam. Ia mengumpat di atas pohon rambutan dan turun dengan mengageti Visha

"Siapa yang di datengin om pocong? Hahahahah! " tanya Rai tak dapat menghentikan tawanya.

"Rasanya, ANJIMB BANGET! " ucap Visha menekan setiap katanya dengan sengaja.

"Udah deh udah ya, gue mau cerita ini penting banget ya kalo menurut gue sih, hahahah! " dan tawanya pecah lagi.

"Sekali lagi lo ketawa, mulut lo gue tebas! " seketika Rai kicep, tak melakukan pergerakan apapun. Visha tersenyum kemenangan.

"Tapi baiknya kita pulang dulu aja sih, jangan disini. Gak enak sama tetangga sebelah tuh pada liatin kita, " Visha menggaruk tengkuknya yang merinding dan ia menganggukan kepalanya.

Menatap bintang dan gelapnya langit malam adalah suasana yang Visha sukai. Visha sangat menyukai ketenangan dalam kegelapan, ya karena hidup Visha gelap.

"Jadi, lo mau ngomong apa tadi? " Visha membuka suara sambil terus memandang langit.

"Dyena, namanya Dyena. Lo benar, dia gadis indigo yang bisa melihat 'kita'. "

"Tapi, apa ini tidak terlalu sulit? Apa rencana lo berikutnya? " Visha menatap wajah pucat Rai.

"Ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang dan gue belum berfikir rencana selanjutnya. Tapi gue gak akan ngecewain lo Sha, " Visha tersenyum.

"Thanks udah selalu ada buat gue. " Rai mendekati Visha dan memeluknya erat. 

02.45
Suara alarm berbunyi memasuki indra pendengaran seorang cowok yang tengah tertidur pulas.

"Bangunlah, kamu ingin menjadi pria sukses bukan? " Namun angin dengan cepat membawa terbang suara khas itu. Bukankah sudah terbiasa?

"Nghhhh! " Syandan menggulingkan badannya ke kanan dan kekiri untuk mengurangi rasa kantuk dan berjalan ke kamar mandi.

"Aku akan kembali setelah kamu sholat, " bukankah ini hal yang biasa dilakukan Oleh Visha? Terdengar menyakitkan.

Usai melaksanakan sholat sunnahnya, Syandan duduk di kursi belajarnya. Lagi-lagi dia terfokus pada buku bersampul pink yang indah.

"Ahh! Tugas Ekonomi gue belum selesai," tanpa memedulikan buku itu lagi, Syandan mengambil buku mapelnya dan mengerjakan tugasnya.

Dua jam berlalu dan Visha masih setia menemani Syandan mengerjakan tugasnya.

"Aku tahu, aku udah gak punya harapan lagi bisa bersama dengan kamu. Tapi kenapa rasanya sulit meninggalkan kamu? Aku egois hiks-" Visha meneteskan air matanya. Mencerna semua yang ia katakan, sangat menusuk hatinya sendiri.

Tak berlama-lama Visha pergi mencari suasana yang menyenangkan untuk menghibur dirinya. Matanya menyipit saat melihat gadis, teman Syandan yang pendiam berjalan sendirian menuju sebuah playground.

"Untuk apa dia kesana? " gumamnya.

Visha yang merasa penasaran pun mengikutinya dari belakang. Tapi dia harus berhati-hati karena gadis itu bisa melihat dirinya.

Dyena terus berlajan dan mendekati sebuah ayunan. Dia mengeluarkan sebuah permen lolipop dan memberikannya kepada hantu kecil yang menggemaskan.

"Siapa dia? Apakah kakak datang bersama teman kakak? " Dyena sontak membalikkan badannya. Mata Dyena dan Visha bertemu.

"Lo ngikutin gue? "

"Iya, kenapa lo malam-malam jalan sendirian kesini? Bukankah ini kawasan rawan begal? Apa lo gak takut? " Dyena menatapnya tajam.

"Apa peduli lo? " Dyena menatapnya tidak suka.

"Hei, kita berteman, bukan? " Visha melembutkan suaranya, takut membuat Dyena makin tak suka.

"Berteman? Berteman dengan hantu maksud lo? "

Jleb!

Visha tersenyum, "Baiklah, lo benar gue emang hantu dan gak sepantasnya hantu seperti gue bisa memiliki teman, " Visha menundukkan kepalanya.

"S-sorry, gue gak bermaksud, " Dyena nampak merasa bersalah, dia berjalan mendekati Visha.

"Tak apa," Visha tersenyum meyakinkan Dyena.

"Hei, siapa dia? Dia sangat menggemaskan, " Visha mendekati hantu kecil yang sedang bermain ayunan.

"Hai, kakak cantik namaku Haikal. Aku suka bermain disini, "

"Hai, nama kakak Visha. " Visha tersenyum. Pandangannya kini beralih menatap Dyena yang sepertinya sedang menahan rasa sakit.

"Gue tau perasaan lo tanpa lo kasih tahu. Ikhlaskan dia agar dia tenang menuju alam berikutnya. " Visha berusaha menenangkan Dyena.

"Ngomong emang paling gampang. Tapi sulit melakukan itu semua, " tangis Dyena pecah, bertahun-tahun ia kehilangan adik kecilnya, satu-satunya keluarga yang ia punya.

"Kakak jangan nangis. Lihat, lukaku akan terlihat menyeramkan jika kakak menangisi aku, " benar, luka di bagian lutut yang sangat parah dan menyeramkan.

"Maafkan kakak, " Dyena menghapus air matanya dan berjalan meninggalkan playground.

Visha tidak yakin akan meminta tolong pada Dyena. Kehidupan Dyena bahkan lebih hancur dari dirinya. Tanpa teman dan adik kecilnya meninggalkannya.

"Apa emang aku harus ikhlaskan kamu, Syandan? "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Visha StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang