00;06 ﹄Peruranus﹃

44 30 7
                                    

"Kau gila?!" Celine berseru kesal setelah si tuan Peruranus itu mengutarakan bagaimana caranya agar kuncinya ada di tangan Celine. Cukup membahayakan memang.

"Oh, ayolah nona.. tolong aku, hanya kau harapanku satu - satunya. Kumohon."

Celine mendengus kasar, "Aku tidak mau."

"Huh! Memangnya apa susahnya hanya mengambil kunci saja? Itu mudah. Ayolah, nona."

Celine bersungut kesal, "Apa kau bilang? Mudah? Hei! Apa kau gila?! Itu tidak mudah, dan kau mengorbankan aku untuk mengambil kuncinya yang sekarang berada di dekat perapian.. oh, maksudku di dekat lava panas sebelas meter dari gunung Fuji, sedangkan jarak dari sini ke gunung Fuji itu jauh, perlu beberapa jam untuk aku sampai kesana. Hah! Aku tidak mau." tolak Celine keras.

"Huft.. kau tidak kasihan padaku?" Ugh, kenapa harus memasang nada bicara memelas, Tuan Peruranus? Celine tidak akan luluh begitu saja.

Lagipula, kenapa Celine harus kasihan padanya?

"Tidak." ujar Celine acuh.

"Benarkah?"

Celine mengangguk mantap, "Ya."

"Serius?"

"Hm."

"Yakin?"

"Tentu saja, aku sangat yakin sekali."

Terdengar hela nafas lemah, "Apa kau benar - benar tidak mau kesana? Uhm.. membantuku?"

Celine menggeleng pasti, "Tidak akan berubah pikiran, dan tetap pada pendirian pertama. Tidak mau."

"Berarti tidak ada harapan bagiku untuk keluar dari sini ya?" ucapnya terdengar melemah, pasrah.

Celine merotasikan bola matanya jengah, "Sudah hampir larut, aku akan pulang." sembari membenarkan kupluk Hoodie nya.

"Kau mau kemana?"

"Pulang." Celine menjawab singkat.

"Pertimbangkan lagi jika kau ingin membantuku atau tidak. Aku benar - benar sangat membutuhkan bantuanmu. Hanya kau. Bukan yang lain."

"Hm.." Celine hanya bergumam tidak jelas sebagai respon.

"Apa kau yakin ingin pulang sekarang? Di tempat ini sudah sangat gelap, dan kau tidak membawa penerangan apapun." ujar si tuan Peruranus.

Tapi, Celine ingin pulang sekarang juga. Lagipula, cacing - cacing di perutnya terus menari ria sedari tadi. Butuh makan untuk segera mengenyangkan perut. Ia sangat lapar sekali.

Benar juga. benak Celine membenarkan ucapan si tuan Peruranus.

Namun, sedetik kemudian. Celine tersenyum begitu mengingat bahwa ia kesini tadi juga membawa ponselnya.

"Kata siapa aku tidak membawa penerangan apapun?" Celine mengeluarkan ponselnya dari balik saku hoodie nya. Lalu menyalakan senter di ponselnya itu.

"Huh! tapi tetap saja, jika kau nekat ingin pulang sekarang, itu akan sangat membahayakan bagimu nanti."

"Tenang saja, tuan." Celine meniup pelan poni nya.

"Ah, agar lebih akrab lagi, panggil saja aku Zeba." ucapnya.

Eoh? Begitukah?

"Hm.. baiklah Zeba. Kau tenang saja, tidak perlu khawatir seperti itu. Aku akan baik - baik saja." Celine menggerakkan ponselnya memutari ruangan. Mencari pintu utama yang ia gunakan untuk masuk kesini beberapa jam yang lalu.

"Tapi, apa kau benar akan baik - baik saja? Sementara kau harus melewati hutan dulu untuk kembali pulang ke rumah. Kau tidak takut jika di tengah perjalanan menuju rumah nanti akan ada hal - hal aneh di sekitarmu?" Zeba berujar dengan nada bicara yang sirat akan kekhawatiran.

Peruranus √【On Going】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang