Prolog

19 2 1
                                    

Tempat untuk melepas kepenatan setelah seharian beraktivitas di luar, beristirahat mengisi tenaga agar bisa beraktivitas seperti biasa diesok hari.
Itulah rumah... secara harfiah.

Rumah bisa diartikan juga sesuatu yang terdapat keluarga yang tinggal didalamnya, menyambut setiap anggota keluarga ketika pintu masuk terbuka. Sapaan serta salam bersambut memberi warna tersendiri, rasa penat yang terbawa dari luar menjadi hilang dengan sambutan hangat itu. Bisa langsung ke meja makan, menonton televisi, mandi, atau langsung ke kamar untuk tidur... sesuai ciri khas keluarga itu sendiri. Sebuah gambaran yang harmonis bukan ?

Namun...
apa jadinya rumah yang kudapat hanya berupa sekat dinding antar ruang ?

Kemana orang-orang disebut keluarga yang biasanya datang menyambut membukakan pintu itu pergi?

Dan, apakah "rumah untuk pulang" sudah tidak ada lagi ?

.

.

.

Saya tahu ini sudah jam pulang sekolah, mungkin sudah ada janji dengan temanmu untuk main atau me-time di rumah. Tapi, saya panggil kamu kesini karena ada yang mau ditanyakan.

Kumpulan map ditaruh di atas meja sembari mengeluarkan secarik kertas dan diletakkan dihadapan orang yang duduk berseberang dengannya.

Grafik nilaimu akhir-akhir ini menurun drastis.

Tugas ujian praktek sama sekali belum dikumpulkan…jangan-jangan kamu sama sekali belum kerjakan ?

Daftar absensimu bolong-bolong begini...

Rapotmu masih di saya, belum diambil dari kenaikan kelas tahun lalu. Padahal banyak yang mau dibahas mengenai masalah ini.

Apa ada masalah ? jatah konselingmu belum dipakai. Kamu bisa ambil kapan saja, tinggal izin ke saya / guru yang sedang mengajar jam pelajaran saat dibutuhkan.

Nomor telpon wali murid di biodata kelas sudah dicoba dihubungi tapi ternyata tidak aktif, ibu minta nomor handphone mama atau papa yang bisa dihubungi sekarang !

Deretan pertanyaan yang sedemikian banyaknya namun tak kunjung ada jawaban bahkan sama sekali tidak me respon lawan bicaranya.

Lembar demi lembar diletakkan di atas meja sampai hampir menutupi seluruh permukaannya.

Kok diam saja, dari awal pembicaraan kamu hanya menunduk lihat ke bawah.

Mereka tidak akan datang.”, responnya   tidak berharap.

Mana mungkin? sesibuk apapun itu, kewajiban orang tua untuk memantau perkembangan anaknya.”, sahutnya tidak percaya.

Percuma, mereka tidak akan kembali.

------------------------------------------------------------
17 Juli 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang