《 chapter 2: denial》

332 116 232
                                    

H-7

Setelah pertandingan berakhir, tidak ada kejadian spesial lagi. Bisa jadi karena Ji Ah telah menggunakan semua keberuntungannya waktu itu. Singkat cerita, tim futsal sekolah mereka berhasil membawa pulang emas berkat Hyun Jin dan kawan-kawan. Popularitas mereka semakin melejit di sekolah, bahkan sampai ke sekolah lain di kawasan Seongnae, Seoul..

Hyun Jin juga semakin sibuk dengan jadwal latihannya. Pemuda itu hanya masuk kelas untuk memenuhi jatah absen dan hanya bisa ditemui di sekolah pada saat tersebut, selebihnya ia dan tim futsal sibuk berlatih di lapangan yang berbeda-beda, kebanyakan di luar sekolah.

Ji Ah mulai kehilangan motivasi seiring berjalannya waktu. Ia tidak lagi bisa menemui Hyun Jin semenjak sekolah mereka berinvestasi pada tim futsal, jadwal latihan tim semakin gila berkali-kali lipat. Dan karena popularitas pemuda itu, Ji Ah semakin kesulitan untuk menyapa Hyun Jin. Setiap kali pemuda itu menginjakkan kaki di sekolah, Ji Ah akan melihat Hyun Jin dikerumuni oleh sekelompok wanita yang mencoba menarik perhatiannya.

"SHIN JI AH!" teriak Dara, guru sastra Korea  kelas Ji Ah.

Ji Ah terkejut bukan main, sampai tangannya tanpa sengaja menyenggol kotak pensil hingga jatuh. Beberapa teman kelasnya tertawa melihat aksi gadis itu. Buru-buru Ji Ah memungut pulpen dan pensil yang berserakan.

"Kamu melamun, kan? Atau terbawa suasana puisi barusan?" Dara menatap tajam dari depan kelas. Ji Ah sampai tidak berani buka mulut dibuatnya.

Tepat di saat yang sama, bel tanda istirahat berbunyi. Sebagian besar murid memasukkan buku mereka dan bersiap menuju kantin.

"Tidak ada yang keluar sampai Ji Ah jawab saya!" titah Dara kepada seluruh murid di kelas. Tentu itu membuat semua orang menatap gadis rambut coklat itu sinis.

"S-saya melamun," cicit Ji Ah tanpa berani beradu tatap dengan guru sastra Korea-nya yang terkenal galak.

Dara bertepuk tangan dengan sudut kanan bibirnya terangkat ke atas. "Bagus-bagus, semua kecuali Ji Ah boleh keluar istirahat. Ji Ah, kamu di sini sampai hafal puisi barusan."

Ji Ah mendesah pasrah dan mulai menghafal puisi tersebut. Diam-diam ia mencuri pandang ke arah Ryu Jin yang memberi kode kalau ia akan ke kantin lebih dulu. Ji Ah membentuk tanda 'ok' dengan jarinya.

Ya, ini salah satu hasil tidak melihat Hyun Jin selama beberapa hari. Fokusnya jadi hilang dan ia sering mengacau di kelas, ini sudah yang ketiga minggu ini. Ji Ah jadi sering merutuki dirinya sendiri karena hilang fokus perkara seorang laki-laki, tapi ya itu adalah sesuatu yang sering terjadi pada gadis SMA ketika dimabuk cinta, kan?

Ketika Ji Ah masih terpaku pada buku sastra di hadapannya. Samar-samar ia mendengar bisikan teman sekelasnya. "Iya, paling dia mikirin Hyun Jin, keliatan banget gak fokusnya dari kemaren."

Sebelum Ji Ah sempat bertanya, sosok yang berbisik itu sudah meninggalkan kelas. Gadis itu jadi bertanya-tanya, darimana mereka tahu soal itu. Apakah selama ini sikapnya terhadap Hyun Jin kentara sekali?

‧₊ ☁️⋅♡𓂃 ࣪ ִֶָ☾。

Tim futsal SMA Seongnae baru saja menyelesaikan sesi latihan pagi mereka. Hyun Jin meraih botol minumnya dan menenggak air dalam jumlah besar, begitu juga dengan Jeong In di sampingnya—menjadi seorang goalkeeper tidak membuatnya lebih santai.

Kedua pemuda itu kemudian melakukan pendinginan seperti yang lain. Di sesi pendinginan ini akhirnya mereka bisa mengobrol. Jeong In yang masih duduk di kursi pertama sekolah menengah atas membuka obrolan. "Ka Hyun Jin, Kakak tau rumor soal Kakak, ga?"

Pemuda yang lebih tua melirik dan menggeleng, masih sambil pendinginan. "Enggak, emang ada rumor apa?"

"Katanya, Ka Ji Ah suka sama Ka Hyun Jin!" seru Jeong In antusias dengan senyum sumringah di wajahnya. Dia tidak sabar menunggu kakak kelas favoritnya untuk segera melepas status single yang telah lama melekat.

"Ah masa, sih?" Hyun Jin menutup mulutnya setengah berteriak. Mengundang beberapa pasang mata menatap bingung ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Chan.

"Gak, gak apa-apa." Hyun Jin mengibaskan tangan. Kemudian ia beralih lagi pada Jeong In. "Eh, lo jangan fitnah orang, dong! Fitnah tuh jatohnya lebih kejam dari pembunuhan, Jeong."

Jeong In mengerutkan dahi. "Apaan, sih? Sendirinya juga suka, kan? Ngaku deh, Ka Hyun Jin suka kan sama—"

Hyun Jin langsung membekap mulut Jeong In sebelum pemuda itu menyelesaikan kalimatnya. Namun, terlambat karena Ji Sung sudah mendengar potongan kalimat sebelumnya.

"Lo suka orang, Jin? Siapa-siapa? Kasih tau, dong! Masa suka orang diem-diem aja." Ji Sung merangkul Hyun Jin, lebih seperti mencekiknya.

"Gak, gue gak suka siapa-siapa!" Hyun Jin memberontak dari kekangan Ji Sung.

"Intinya Ka, kalo suka jangan ditutup-tutupin, nanti ketikung lagi sama Ka Min Ho." Jeong In masih lanjut dengan wajah tanpa dosa dan mengundang kehebohan dari teman-teman yang lain.

Min Ho yang namanya disebut pun turut serta. "Ya, bukan salah gue waktu itu, dia diem-diem aja, mana gue tau."

Hyun Jin semakin heboh berteriak marah-marah merutuki Jeong In yang membuka masalah asmaranya di depan teman-teman yang lain. "Bacot, Jeong! Gue sama dia temenan doang, anjir! Stop viralin masalah ini!"

"Oh ... temen, dianya anggep lo temen doang, gak?" ledek Ji Sung, masih setia mengekang Hyun Jin.

"Tau Jin, lo buruan dikit lah. Kalo ada apa-apa langsung diomongin, nanti nyesel lagi," tambah Chan dengan senyum meledek. Teman-teman yang lain bersorak membetulkan ucapan Chan.

Latihan sudah cukup menyiksa, sekarang ia harus disiksa lagi oleh rekan-rekan satu timnya perihal desas-desus tidak berdasar itu. Diam-diam Hyun Jin senang, tapi ia masih ragu-ragu dengan perasaannya sendiri dan saat ini dirinya masih terlalu sibuk dengan futsal dan sekolah, membuat Hyun Jin tidak yakin dengan apa yang diinginkan saat ini.

‧₊ ☁️⋅♡𓂃 ࣪ ִֶָ☾。

Vomment nya jangan dilupain ya gais ;)

ig: @/xtraordinary_hyun

Goodbye Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang