𝒞𝒽𝒶𝓅𝓉𝑒𝓇 𝟣 - 𝒩𝑒𝓌 𝒦𝒾𝓃𝑔

85.5K 6.3K 84
                                    


Aku berjalan gontai, menuju lorong berkubah yang menghubungkan ballroom dengan ruangan lain di istana seraya menyeret gaun gading berkerah rendah. Batu kristal berbentuk air mata memenuhi lengan rompiku dan cukup memberatkan pundak. Rasanya aku ingin melepas rompi tebal berwarna hijau ini. Belum lagi beberapa perhiasan kecil berwarna serupa hampir memenuhi seluruh rambut hitamku yang tergulung.

Hall istana yang mewah itu sudah dipenuhi oleh bangsawan dari setiap sudut Barbaria. Setelah acara penobatan selesai, Derich sengaja menggelar pesta di sini. Apa dia tidak merasa sedih ditinggalkan ayahnya baru-baru ini? Tentu saja dia sudah lupa kesedihannya karena mahkota besar sudah dimilikinya. Semua orang yang kulewati di ballroom itu tampak bergembira. Sepertinya hanya aku yang merasa muak dan berusaha keluar dari keramaian di istana malam ini. Rasanya aku tidak bisa bernapas dengan lega, tapi aku tidak mungkin melewatkan perayaan raja baru di kerajaan ini.

Tempat yang kutinggali ini merupakan kerajaan terbesar di dataran Earthcoal. Barbaria, begitulah mereka menyebutnya. Kerajaan ini juga dikenal dengan militer terkuat oleh orang-orang di luar sana. Tidak heran, kami memiliki pasukan dengan jumlah terbanyak dan terkuat di dataran ini, sehingga tidak ada lagi yang berani mengganggu wilayah kami setelah mengetahuinya. Sama seperti kerajaan lain, Barbaria dipimpin oleh seorang Raja dan Ratu sebagai pendukungnya. Dua ekor elang berbadan singa mengapit perisai emas merupakan lambang kerajaan ini.

Nama Barbaria sendiri diambil dari Barbarosa-raja pertama Barbaria yang merupakan keturunan Dewa Gunung. Patung Barbarosa berdiri di tengah alun-alun ibu kota. Dia digambarkan sebagai seorang pria bertubuh besar dengan rambut menyerupai singa. Satu tangan memegang pedang raksasa dan satu lagi menggenggam perisai. Karena tidak memiliki saudara kandung, banyak pengikut setianya yang diangkat menjadi saudara. Dia memberikan mereka gelar, serta kedudukan secara cuma-cuma.

Satu abad yang lalu, Barbaria hanyalah tanah subur yang dihuni oleh para nomaden-pengungsi perang. Mereka adalah orang-orang lemah yang mencari perlindungan sampai kemudian Barbarosa hadir di tengah-tengah mereka. Barbarosa yang diberkahi oleh kecerdasan dan jiwa kepemimpinan membuat suatu perubahan. Dari membentuk sebuah pasukan, hingga mendapatkan banyak pengikut dan harta rampasan. Semua didapat dari peperangan yang berlandaskan semangat bertahan hidup. Barbarosa juga memerdekakan para budak dan menjadikannya sebagai rekan setia. Mereka bekerja sama, membentuk sebuah kerajaan dengan tiga lapis benteng batu kokoh yang tidak tertandingi. Begitulah Barbaria yang kemudian berkembang pesat sampai saat ini.

Gelar bangsawan tidak hanya diperuntukkan bagi saudara Raja, tapi juga mereka yang memiliki prestasi untuk memajukan Barbaria. Barbarosa menanamkan bahwa yang terkuatlah yang berkuasa. Yang lemah pantas menjadi rakyat biasa. Untuk itu banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi kuat, bahkan tidak segan menyingkirkan sesama. Ya, kehidupan di sini begitu kejam, tapi cukup menguntungkan bagi beberapa orang. Contohnya ayah angkatku. Gelar Grand Duke dia dapatkan setelah memenangkan beberapa peperangan. Bertahun-tahun memimpin pasukan utama kerajaan, menjadikan dia sebagai pria terkuat di Barbaria. Kabarnya, ayahku sempat dicalonkan untuk menjadi raja, sebelum Derich-putra dari Raja Dogge-dilahirkan.

Meskipun tidak menjadi raja, Grand Duke Winterson berhasil mendapatkan banyak harta dan tanah rampasan. Tentunya, ini sangat menguntungkan Barbaria. Tidak heran jika kerajaan ini semakin meluas. Tidak sedikit juga kerajaan yang ingin menjadi sekutu kami setelahnya.

Aku memandangi kerumunan orang di sana, kabarnya ayah angkatku itu masih berada di istana setelah acara penobatan tadi. Aku tidak perlu takut bertemu dengan Ratu karena wanita berambut merah yang sudah tua itu dipastikan tidak menghadiri pesta ini. Dia sudah sadar dengan umurnya dan memilih berdiam diri di tempat yang tenang.

"Jangan ke sana, apa kau tidak lihat ada wanita licik itu..." Aku mendengar seseorang berbisik tidak jauh dariku.

"Mentang-mentang kekasih Yang Mulia dia bisa berjalan dengan angkuhnya."

Stop Being a Villain (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang