Pantai

351 14 0
                                    

Setelah jam istirahat . .


"Dee,, gue mau nanya sesuatu sama lo menurut lo yang gue lakuin salah gak sih?" Ucapkku pelan sebelum kami beranjak ke kantin

"Hah ? yang lo lakuin apa maksud lo ?"

"Gueee, Dika minta pura – pura gue jadi pacarnya karna dia mau dijodohin"

"Jadi ? secara gak langsung sekarang lo pacaran sama Dika ?"

"Bisa dibilang gitu Dee, menurut lo ?"

"Ya gapapa Rev, gue dukung kalian, kan kalian berdua sahabat gue, soal komentar orang pasti yang lagi lo fikirin kan ?"

"Iyaa, pasti bakal jadi omongan anak – anak deh, gue kan belum pernah pacaran pasti pada aneh, apalagi tau kalo gue jadiannya sama Dika, siapa yang gaktau Dika sih, mantan wakil osis, belum lagi Sinta ? lo tau kan dia udah lama naruh perhatian sama Dika, iya kan ?"

Dea tersenyum dan menarik tanganku pelan dalam genggaman tangannya

"Kok lo malah senyum sih De ? bukan kasih gue solusi" Aku mendengus kesal

"Rev,,, lo gak perlu solusi, semua seperti yang lo bilang, biarkan mereka berargumen sesuai naskah yang mereka baca, lo lupa ? gue sama Arif bakal selalu disamping kalian apapun perkataan orang"

"Makasih ya De,, lo terbaik yang gue punya" Aku merangkul tubuh Dea kedalam pelukan hangat kami.

"Lo juga yang terbaik Rev, yang gue punya" udah yuk, kantinn" Ajak Dea seraya meraih tangannku.

       Hari-hari yang berlalu Aku dan Dika  benar – benar berperan sebagai sepasang kekasih sungguhan, tak ada kepura–puraan tersirat disana. Aku merasakan hari hari bersamannya lebih dari seorang sahabat yang biasa kulalui dengannya, ada hal lain yang tak pernah kurasa sebelumnnya.


"Rev,,,makasih ya lo udah mau tolong gue"

"Dik,, gue kan udah bilang gue lakuin semuannya Ikhlas, lo gak usah bilang makasih"

"Jujur gue seneng kita bisa kayak gini, gaktau kenapa ada perasaan lain yang gue rasain menyandang status lebih dari sahabat sama lo"

"Ciee,,Ciee mulai naksir sama gue yaaa? Hayo ngaku ?" Godaku pada Dika

"Hahhha, lo tuh cantik Rev, cowok – cowok disini banyak kali yang naksir lo, cuma lo nya aja yang terlalu cuek, dan gue cowok normal suka sama cewek cantik, wajar kan ?"

"Hahaha, 2 tahun kita temenan loh baru kali ini gue denger lo bilang gue cantik? hayoooo,,,,," Godakku lagi pada Dika dengan muka meledek

"Woyyyy,,, asik ya yang pada pacaran lupa ama temen beduaan mulu udah kaya sepatu sepasang lo" Suara nyaring Dea menggagetkan kami

"Tau lo Dik, udah punya pacar temen lo kacangin" tutur Arif melanjutkan.

"Heyyy, sampai kapanpun gue sama Dika gak akan pernah lupa sama kalian, kalian yang terbaik" Ucapkku menengahi "Inget ?"

Kami pun segera mempertemukan masing – masing tangan bersama . .

"Biar pasang mata menatap benci, Biar banyak suara mencaci dengki, Sahabat takkan pernah perduli, Mereka mengenalmu dengan satu bukti"

Kalimat penguat kami, yang masing masing kami ucapkan selalu secara bergantian. "Sahabat tak pernah pergi dan selalu disisi" kalimat terakhirku menyudahi kebersamaan kami kala itu.

Disatu kesempatan lainnya . .

"De,,,Rev,,kalian jangan langsung pulang dulu ya gue sama Dika mau ajak kalian kesatu tempat" Ajak Arif sambil membereskan bukunnya.

"Gimana De ?" gue sih ayo aja kita juga biasa mampir toko buku dulu kan"

"Ayo dong, udah lama kan semenjak mau akhir semester ini kita gak pernah hangout bareng, refreshing lah dikit sebelum UN" tutur Dea

Sampai ditempat itu . . .

"Kalian ngajak kita kesini Dik,, Rif,, ?" tanyaku pada mereka

"Iyaaa, gue sama Arif sama–sama suka pantai, kenapa ? kalian gak suka ya ?" tanya Dika balik

"Enggakkk,,, gue gak suka Dik tapi suka bangetttttt,,,lo juga pasti suka kan Rev ?" Sahut Dea dari belakangku

"Gue suka pantai, gue suka banget Dik, makasih ya Dika, Arif, kalian udah mau ngajak kita kesini" Aku tersenyum mulus

"Udah yuk, jangan kelamaan keburu sore kita main air sepuasnyaa" Ajak Arif

"Tapi Rif ? gue sama Dea kan gak bawa baju ganti ? tutur Dea"
"Lo gak perlu mikir lagi, ini kan kita yang ngajak udah pasti kita udah nyiapin semuannya" jawab Arif tenang

Tak perduli dengan seragam lengkap yang masih lekat ditubuh kami, kami menikmatinya hingga matahari turuh perlahan.

"Capek ya ?" tanya Dika sembari menyilangkan kedua kakinnya duduk disampingku.

"Lumayan, tapi seneng, apalagi sama lo dan sama mereka, makasih ya" Aku tersenyum tulus memandang Dika dan beralih pada dua sahabatku

"Dea,,,gue mau ngomong sesuatu sama lo" Ucap Arif mengentikan permainan pasir Dea

"Iyaa, mau ngomong apa Rif ?" jawab Dea lantas berdiri menghadap Arif

"Maaf sebelumnnya kalo gue salah mengatakan ini, tapi gue cuma mau jujur" Arif menarik nafas pelan "Guee. . Guee. . ngerasa ada perasaan lain lebih dari seorang sahabat belakangan ini sama lo, gue mulai gak suka kalo ada cowok lain yang menaruh perhatian lebih dari gue sama lo, cukup lama gue menafsirkannya, dan gue rasa perasaan gue sama lo sekarang ini adalah CINTA, gue sayang sama lo dea, gue gak mau ngerusak persahabatan kita, gue cuma mau jujur sama apa yang gue rasain dan mengungkapkannya" Ucap Arif panjang lebar.

"Gak ada yang salah Rif, itu hak semua orang untuk menjatuhkan perasaannya, entah dimana dan sama siapa, gue juga gak mempungkiri kalau ada perasaan lain terhadap lo, gue,,, juga sayang sama lo Rif, kita udah terlanjur nyaman dengan ini semua tanpa kita sadari lebih daripada orang yang berstatus pacaran sekalipun." Dea tersenyum tulus menatap Arif

"Jadi ??" tanya Arif seketika

"Jadi kita jalanin aja semua yang ada seperti Reva dan Dika, gue gak melihat ada kepuran-puraan di wajah mereka, gue memandang mereka tulus"

Arif segera menggegam tangan Dea menghampiriku juga Dika, tanpa mereka menjelaskan aku dan Dika tau apa yang tengah mereka rasakan.

"Cieee. . Ciee kayaknnya ada yang kesenengan banget tuh sampe tangannya gak dilepas – lepas ehemmmm" Ujar Dika meledek

Arif dan Dea yang salah tingkah segera melepaskan genggamannya dan mengalihkan pembicaraan.

"Udah yukk, udah sore banget anginnya makin dingin, Nih Rev,, lo ganti dulu sama Dea" Ucap Arif seraya meraih ranselnnya juga Dika mengambil pakaian ganti untuk kami.

Surat Kotak Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang