Bagian 2

23 4 0
                                    

Sejenak Kilas Balik

Masih tidak puas dengan jawaban mereka, kupastikan sekali lagi. "Kalian beneran ga lihat di sampan Kak Aidan ada tiga orang?" Maul menjawab dengan tenang, "Engga kok. Cuma dua. Kamu salah lihat kali Li. Teman-teman yang lain tadi sudah mengolok-olok mereka kayak lagi bulan madu. Masak kamu ga denger Li?"

Aku hanya menggeleng tapi batinku kembali bergolak 'Lalu sosok tadi itu siapa???'

Adegan selanjutnya...

Aku langsung menyadari bahwa sosok itu bukan manusia. 'Siapa hantu itu? Mengapa ia melukai kedua lelaki itu?' Aku kembali terbuyar dari pikiranku karena suara teriakan seseorang. "Yang di sampan sekarang dayung pelan-pelan ke tepi ya. Tenang saja, semuanya sudah aman terkendali" 'Aman dari mananya, dua orang hampir celaka gara-gara hantu' umpatku dalam hati. Meskipum begitu, dengan patuh semua orang mulai mendayung perlahan ke tepi, berhati-hati untuk tidak mengulangi kejadian yang sama.

Beberapa menit kemudian, semua orang sudah berkumpul di daratan, cukup jauh dari bibir danau. Temanku Rey, yang juga anggota tim P3K, melakukan CPR pada Kak Aidan dan Kak Ilham. Banyak sekali orang berkerumun mengelilingi mereka, baik pria maupun wanita. Lebih dari setengah rombongan.

Tentu saja, Kak Ilham tak kalah rupawan dengan sahabatnya itu. Ia dengan sikap cueknya, tapi super perfeksionis dan rajin diibaratkan orang-orang sebagai pangeran es, sangat cocok dengan jabatannya sebagai ketua organisasi kemahasiswaan kami. Sementara itu, Kak Aidan yang ramah, baik, dan terkesan easy going pada siapapun layaknya pangeran berkuda putih dari dongeng kerajaan menjadi wakilnya. Karisma mereka menguar ke semua orang, baik pria maupun wanita. Apalagi mereka sahabat karib, selalu bersama di manapun. Layaknya double kill dalam suatu game, banyak orang jatuh hati pada duo pangeran kampus itu. 

Para fans wanita sangat berisik dan histeris. Ada yang menangis, ada yang memanjatkan doa bersama, bahkan ada saling berbisik, mulai bergosip.  Aku pun termasuk golongan yang kedua. 'Bagaimana kalau Kak Aidan kenapa-napa? Tak akan kubiarkan hantu itu lolos karena berani melukainya. Ya Allah, tolong lindungi dia.' Aku yang khawatir tidak mampu menerobos kerumunan itu karena memang kami sampai paling akhir. Kudesak orang-orang di sekitarku untuk memberi jalan, tapi tidak ada satupun yang bergeser. Barang 5 cm saja tidak. Maul yang memahami perasaanku merangkul bahuku dan mengajakku berdoa saja untuk mereka.

Kami pun memilih duduk di dekat ransel bersama teman-teman lain dan memanjatkan doa sendiri-sendiri dalam hati. Maul terus memegang tanganku. Sementara Eliza menawarkan minum dan menenangkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Aku sangat bersyukur memiliki mereka, teman seperjuangan yang terus membersamaiku di setiap kegiatan organisasi ini. Kami duduk melingkar dan saling mengucapkan kata-kata positif agar mampu menghadapi situasi dengan lebih tenang.

"Ohoookk!" suara batuk-batuk terdengar dari kerumunan teman-teman P3K. "Aidan sudah bangun" seru seseorang. Hamdalah kami ucapkan bersama. Dengan cepat, aku pun berdiri dan menarik Maul mendekati kerumunan itu. Merangsek maju walupun sedikit rikuh, dengan Eliza mengekor di belakang kami. Untungnya orang-orang berbaik hati memberi jalan walaupun sempit dan berdesakan. Akhirnya aku berada cukup dekat untuk melihat kedua lelaki itu. Dengan sedikit berjinjit dan memohon teman di depanku untuk sedikit menunduk, aku melihat duo pangeran kampus itu tergolek tak berdaya.

Demi melihat kondisi mereka, aku menutup mulut ngeri. Bukan. Kak Aidan aman-aman saja dan hanya sedikit pucat. Tapi si pangeran es, Kak Ilham. Kepalanya dibebat kain seadanya dengan warna merah pekat yang amat kentara. Kudengar bisikan seseorang "Terkena papan dayung saat sampan mereka terbalik." Tanpa sadar aku merapalkan doa untuknya agar tetap baik-baik saja.

Selepas hilang syokku, kuperhatikan sekeliling Kak Aidan. Tanpa sadar, kutemukan kembali sosok gondrong itu, berjongkok di sampingnya agak tersembunyi di kerumunan tim medis yang sedang membuat tandu. Kupastikan lagi pandanganku. Benar memang itu dia.

Aku langsung berjalan cepat, berusaha memutar dan mengggampainya. tetap berdesakan dengan keluhan orang-orang di kiri kananku, tapi aku tak peduli dan hanya menjawab singkat, "Maaf, permisi." Tepat aku berada sejengkal darinya, sosok itu berbalik padaku dan menyeringai. Pemandangan itu tidak menakutkan, apalagi mengerikan karena aku sudah sering melihat yang lebih buruk. Wajahnya tetap tak terlihat, matanya tertutup poni awut awutan hingga setengah hidung. Ia hanya tampak layaknya manusia lemah yang penyakitan. 

WUSSS. Tiba-tiba, angin dingis berhembus cukup deras hingga menyeret dedaunan kering dan membuatku berkedip tanpa sadar. Dan secepat itu, dalam sepersekian detik aku mengedipkan mata, sosok itu menghilang. Kucari-cari lagi keberadaannya, dan memang raib begitu saja. Bahkan kutanyai lelaki yang duduk di sebelahnya. Jawaban yang kuterima serupa dengan ucapan Maul dan Eliza. Memang hanya aku yang dapat melihat sosok itu.

Rasa takut mulai merayapi hatiku. Bukan karena wajahnya. Bukan pula karena dia hantu. Tetapi karena dia memiliki niat buruk kepada orang-orang disekitarku. Tak hanya itu, hawa membunuh yang sangat kuat melingkupi dirinya, terasa sekali ketika ia menyeringai tadi. 'Apa tujuan nya sebenarnya? Mengapa dia sangat berniat membunuh orang? Siapa targetnya sebenarnya? Kak Ilham atau Kak Aidan?' berbagai pertanyaan menyerang alam bawah sadarku. Tanpa sengaja aku mengingat kembali aura membunuh yang terpancar dari hantu itu. Seketika, bulu kudukku merinding.

DEG. Tiba-tiba, aku dikejutkan dengan tepukan di bahuku.

Black NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang