Hari ini Yuki berusaha untuk lebih semangat lagi dalam menjalani kehidupannya. Dia Nampak ceria dari biasanya. Mungkin menggunakan pakaian dengan warna yang berbeda dari biasanya membuat perasaan yang rumit menjadi lebih sederhana dan menyenangkan. Saat keluar apartemennya dengan gugup Yuki menyapa para tetangga yang dia temui dan Yuki berhasil melakukannya dengan baik. Tangan Yuki melindungi matanya dari sinar matahari yang sudah menyambutnya dengan hangat. Yuki melangkah pelan menuju halte bus. Hari ini dia ingin mampir ke café tempat Kazuki bekerja untuk membeli kopi dan menikmatinya di perjalanan menuju kampus. Memikirkan itu entah mengapa wajah Yuki menjadi hangat dan sedikit memerah, padahal Yuki ingat betul kalau semalam dia tidak minum apalagi mabuk. Jantungnya berdetak lebih cepat, setelah sadar Yuki menepuk-nepuk pelan dadanya. Ada perasaan aneh yang menggumpal di dalam hatinya.
Mungkin aku terlalu bersemangat.
"Selamat datang." Sapa barista di café itu sambil tersenyum.
Aroma kopi langsung menyambut Yuki. Siinar matahari masih menemani Yuki sampai depan pintu namun masuk melalui jendela café, membuat suasana café di pagi hari begitu damai dan menentramkan. Terdengar alunan music jazz yang merdu dan Yuki terpesona melihat pegawai café yang begitu semangat menyapanya seperti sinar matahari. Tetapi sayangnya Kazuki tidak ada. Yuki melirik ke sana ke sini mencari sosok Kazuki dan nihil. Akhirnya Yuki memutuskan untuk memesan kopi expresso hangat untuk di take away. Yuki mendengar suara yang sedang mengobrol di dalam pantry café itu. Pandangan Yuki langsung terarah ke belakang barista. Berharap bisa bertemu dengan Kazuki.
"Kalau kau mengerti, kau boleh pulang sekarang." Suara laki-laki itu nampak jengkel.
Yuki masih menunggu expresso nya dengan setia sambil menikmati playlist music jazz yang menenangkan.
Pemilik café keluar dari pantry dan menyadari ada pelanggan.
"Selamat pagi.. selamat datang.." Mata pemilik cafe itu memperhatikan Yuki dan tersenyum lebar.
Yuki mengedip-ngedipkan matanya dan terlihat bingung.
"Ahhhh.. temannya Kazu. Oi Kazu.. ada temanmu." Pemilik cafe tersebut berteriak riang.
"Hiro-san, kau terlalu berisik." Ujar seseorang yang keluar dari pantry dan terkejut melihat Yuki.
"Kazuki-san." Ucap Yuki spontan.
Kazuki mengenakan seragam café yang nampak berantakan, matanya pun terlihat lelah namun masih indah untuk dipandang, terlihat noda-noda putih yang sepertinya itu adalah terigu atau semacamnya. Tangannya dibungkus sarung tangan plastik sambil membawa beberapa roti untuk di simpan di display café, rambutnya ditarik ke atas dan dia menggunakan bando untuk menjaga kebersihaan saat membuat roti. Hiroki si pemilik café terlihat senang melihat ekspresi Kazuki yang kikuk. Hiroki tidak sabar ingin menggoda Kazuki setelah melihat adegan yang jarang terjadi ini.
"Selamat.. selamat datang, Sawamura-san." Sapa Kazuki tanpa melakukan kontak mata pada Yuki.
Kazuki langsung menyimpan roti-roti itu dan fokus merapihkan posisi roti-rotinya.
"Sawamura-san, maaf jika perilaku Kazu tidak menyenangkan karena dia memang mudah kikuk."
Hiroki tertawa, diikuti suara tawa dari pegawainya yang lain.
"Jangan membicarakanku seenaknya, Hiro-san. Lagipula kami tidak berteman." Sanggah Kazuki yang masih kikuk.
Memang benar Yuki dan Kazuki tidak berteman, namun setiap Yuki mendengar hal itu dari mulut Kazuki seperti ada lebah kecil yang menyengat dada Yuki. Rasanya panas dan sakit.
"Ngomong-ngomong, namaku Shiina Hiroki, aku adalah pemilik café sekaligus bos-nya si orang bodoh itu." Hiroki memperkenalkan dirinya pada Yuki.
Yuki tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERE COMES THE SUNRISE
RomanceSinopsis: Yuki merupakan profesor muda di univeritas bergengsi dan memiliki trauma yang cukup dalam saat SMA, dia berusaha untuk move on dengan berobat ke berbagai psikiater namun nihil. Trauma nya membawa dia teringat akan seseorang yang dia sukai...