Sore ini aku sibuk memuntahkan semua isi lemariku, mencari pakaian apa yang cocok aku kenakan untuk kencan nanti malam.
Biasanya aku paling cuek soal penampilan. Tapi saat ini aku harus disibukkan oleh drama kaum hawa: Enggak punya baju! Padahal baju segitu banyak bisa buat dilelang itu.
Pilihanku jatuh kepada rok denim jeans sepanjang mata kaki, dan untuk atasannya aku memilih blouse polos berwarna putih. Yap, kurasa ini tidak berlebihan, cukuplah dikenakan untuk kencan pertama.
Iya, kalian tidak salah baca. Marvin itu pacar pertamaku. Dan di umurku yang ke 18 tahun ini adalah saat kencan pertamaku, miris sekali hidupku!
Aku melihat ke sekeliling kamarku. Mataku membulat sempurna melihat kekacauan yang terjadi cuma gara-gara memilih pakaian. Dengan segera aku merapikan kamar yang lebih mirip keadaan kapal titanic waktu karam.
Tapi belum juga aku selesai merapikan, suara ponsel yang berbunyi menghentikan aktivitasku. Aku mengambil ponselku yang menampilkan satu notifikasi.
Makhluk Over PD:
Nanti malam gue jemput, dandannya gak usah berlebihan, udah cantik kok :')Saat ini aku bisa merasakan seperti ada kupu-kupu yang menari di dalam perutku. Ahh, tolong aku semesta!
🍁🍁🍁
Aku berdiri dihadapan cermin, sambil putar kanan putar kiri, memastikan kalau penampilanku sudah sempurna. Kalau untuk wajah aku gak neko-neko, hanya bedak tipis dan olesan lipgloss sudah cukup menurutku.
Aku menuruni anak tangga dengan semangat karena Marvin sudah menunggu di depan rumahku. Ada jeda yang panjang setelah aku berhadapan dengan Marvin.
Dia memakai celana berwarna cream dengan baju kaos hitam dibalut jaket kulit. Tapi kenapa gantengya bertambah dua kali lipat. Ini mataku rabun atau gimana sih?
"Olin! Ayo berangkat."
Aku tersentak, buru-buru mengumpulkan kembali kesadaranku sebelum Marvin memergokiku yang memerhatikan penampilannya, bisa-bisa tambah PD dia nanti kalau sampai tahu.
"Ehh iya, kita langsung ke bioskop aja, Wilda sama Raka nunggunya disana!" tanpa babibu aku langsung meraih helm yang disodorkan Marvin.
Dengan sigap aku naik ke atas motor yang sudah siap melaju itu. Kami membelah jalanan ibukota, malam ini jalanan ibukota terasa berbeda.
Dinginnya angin malam membuatku memeluk tubuh yang ada didepanku ini. Mendekapnya, menenggelamkan wajahku dengan lama. Aroma citrus tercium olehku, bercampur dengan hangatnya tubuhku karena mendekapnya. Sepertinya ini akan menjadi aroma favoritku.
Tak memakan waktu lama kami akhirnya tiba. Aku mendatangi Wilda yang sedang memesan popcorn. Sedangkan Marvin bergabung dengan Raka yang tengah sibuk memainkan ponselnya.
"Kita bagusnya nonton apa yah?" aku bertanya dengan antusias.
"Ada film horor baru, kayaknya seru!" jawab Marvin sambil menunjuk poster yang ada di dinding.
Raka berhenti memainkan ponselnya, kemudian menatap Marvin tajam "Vio gak suka film horor!"
Aku bisa melihat ekpresi terkejut di wajah Marvin akibat ucapan Raka barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
To My Youth
Teen FictionCerita singkat untuk kisah yang panjang. Mungkin itu sedikit gambaran untuk cerita ini. Tentang Marvin, Raka, Wilda, dan jangan lupakan Violin amira. Catat! Itu nama lengkapku. Aku tak akan bercerita banyak. Karena bagaimana pun juga, semesta yang a...