Dipermainkan

9 1 0
                                    

Pak Basri datang membawa beberapa kotak makan.

"Nah makanan datang!" Seru Pak Basri.
"Sini Pak, Ayu yang bagiin!" Ujar Ayu sambil mengambil kresek berisi kotak makan.

Ayu membagi kotak ke Bu Sifa, Dina dan dirinya sendiri. Lalu dengan santai makan tanpa peduli pada orang lain. Pak Basri sendiri sudah mengambil bagiannya.

"Lho kok aku ga dibagi sih?" Tanya Fitri tanpa beranjak dari kursinya.
"Ehem ambil sendirilah, kan dekat aja tuh!" Timpal Dina.

"Hahh malas banget deh, yang lain dikasih, kok aku tidak?" Fitri mengeluh.
"Biar aku yang ambilkan!" Ucap Haikal seraya berdiri dari tempatnya dan menyudahi kerjaannya.

"Masa dekat gini ga bisa ambil sendiri?" Seru Pak Dimas yang duduk paling ujung. Sembari mengambil kotak.
Demikian juga 2 staf lainnya.
"Biasalah bermanja-manja!"
"Hahahha."
Demikian mereka berkelakar.

Haikal meraih 2 kotak tanpa banyak bacot, lalu memberikan ke Fitri.
"Makasih ya Haikal," ucapnya sambil tersenyum manis, seraya menyambut makanannya.

"Sama-sama," Haikal juga tersenyum.
"Ehem." Ayu mendehem.
"Kenapa lo Yu?" Tanya Dina pura-pura bego.
"Ga apapa kok, hampir keselek tadi," ujar Ayu sambil tersenyum.

Sementara Arindi masih sibuk bekerja dan tidak menghiraukan celoteh teman-teman kerja barunya itu.

Melihat Arindi tidak bergerak mengambi makanan, Haikal pun mengambilkan untuknya.  Saat Haikal mendekat, ponsel Arindi berdering.

Arindi merogoh tasnya lalu mengambil ponselnya. Saat melihat nama Pak Bagas di sana, dia meletakkan ponselnya dan membiarkannya berdering.
"Ada apalagi sekarang, untuk apa dia menelponku?" Batin Arindi sambil memandangi ponselnya.

"Bu, kenapa tidak diangkat?" Tanya Haikal?
"Tidak apapa Pak, eehh ada perlu apa Pak?" Tanya Arin saat menyadari kedatangan Haikal di sampingnya.
"Oh ini aku bawa makanan untuk kamu!" Ucap Haikal malu-malu sambil menyodorkan kotak makan.
Wajah bodohnya semakin nampak.

"Oh terima kasih Pak," ujar Arindi seraya mengambilnya.
"Sama-sama." Haikal pun berlalu.
Ponsel Arindi berdering lagi.
"Apaansih nih orang, ngapain juga nelpon, aku kan ga kerja lagi di sana!" Umpat Arindi kesal.

Haikal tertegun sebentar mendengar umpatan Arindi. Meskipun suara Arindi tidak besar tapi jelas terdengar olehnya.
Sejenak dia menoleh ke Arindi, lalu pergi mengambil makanan lagi untuk dirinya.

"Wahh Pak Basri gimana sih, beli makanan kok ga ada minumnya?" Seru Fitri kesal.
"Ehh Firti, dari pada menggerutu, mending kamu beli sendiri sana!" Seru Pak Basri tak kalah kesal.

"Pak Haikal kasihan tuh Fitri, mau minum, kasian lagi keselek!" Seru Ayu pada Haikal.
Haikal baru saja menyuap makanannya.
Dengan cepat dia menghentikan makannya, dengan gaya begonya dia berdiri.
"Kamu mau minum apa Fit?" Tanyanya.
"Aammm teh botol aja deh," jawab Fitri senyum.

"Sekalian aku fanta!" Ayu ikutan.
"Ahh aku teh kotak dong," Dina tak ketinggalan.
"Baiklah!" Ujar Haikal sambil berlalu. Namun segera berhenti dan menoleh ke Arindi yang asyik makan.

"Bu Arindi, kamu mau minum apa? sekalian aku beliin," Haikal menawari.
"Ehh ah ga usah Pak, aku bisa minum air putih," Arindi menolak. Karena air putih memang tersedia di dapur kantor.

"Ga apapa Bu, Haikal ga keberatan kok, dia emang gitu kok, senang membantu, ya kan Pak Haikal?" Ucap Ayu sambil mengerling Haikal.
"Iyya, Bu Arindi pesan aja," seru Haikal lagi.
"Tidak Pak, maksih. Aku suka minum air putih." Tolak Arindi lagi.
"Oo ya sudah aku pergi dulu."
Haikalpun berlalu.

Sepeninggal Haikal. Seisi ruangan riuh.

"Hahaha, kalau udah mengatas namakan Fitri, kaki pincang pun Pak Haikal ga bakal peduli, pokoknya apapun buatmu Fitri!" Bu Sifa angkat bicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The ugly looking for loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang