"Pertemuan kedua adalah sebuah kesalahan."
****
Aku melangkahkan kaki ku menuju perpustakaan sekolah. Mencari buku Biologi untuk ku jadikan bahan tambahan saat presentasi minggu depan. Selain itu, aku juga ingin menambah wawasanku.
Aku dan Letta membagi tugas. Aku yang mencari meja di perpus untuk kami berdua. Dan Letta berada dikantin untuk membeli minuman untuk kami berdua.
Saat didepan perpus, aku berhenti sejenak untuk mengeluarkan kartu tanda anggota yang diberikan khusus dari pihak sekolah. Id card untuk mengakses segala gedung yang ada disekolah ini.
Click!
Pintu terbuka, suasana perpustakaan yang sangat tenang dan damai. Hanya ada beberapa siswa yang berada disini untuk sedekar membaca buku ataupun mengerjakan tugas mereka.
Aku memilih kursi di samping jendela yang memang hanya ada dua kursi disana. Untukku dan Letta.
Setelah memilih kursi, aku juga memilih beberapa buku yang berderet di rak yang tinggi menjulang itu.
Aku menundukkan sedikit kepala ku agar bisa membaca judul bukunya lebih jelas. Dan mataku menangkap sosok seseorang yang tadi bersama ku.
Entahlah, aku tidak tahu namanya. Tapi aku ingat wajahnya.
Aku mengamatinya yang kurasa sedang mencari buku juga. Hingga matanya dan mataku bertemu. Matanya yang hitam kecoklatan, wajahnya yang damai dan tatapan yang begitu menghipnotis membuatku terbuai olehnya.
Aku langsung membuang muka kearah lain agar tidak menatapnya lebih dari tadi. Aku memegangi dadaku, menyadari sesuatu
"Kenapa jantungku berdetak lebih kencang?" batinku.
Tidak, tidak! Kita baru dua kali bertemu, tidak mungkin aku jatuh hati padanya. Aku saja tidak mengetahui namanya. Bagaimana bisa aku jatuh hati padanya?
Aku sedikit menjauh dari sana, agar tidak berpapasan dengannya. Aku mencari lagi buku Biologi untuk bahan presentasiku. Dan.. Sial! Buku yang ku cari berada diatas ku.
Kurasa aku harus minum peninggi badan, agar badanku lebih tinggi dari ini.
Aku meloncat agar bisa menggapainya. Namun, nihil. Itu terlalu tinggi. Aku masih tidak menyerah, aku mencobanya lagi dan lagi.
Sampai ada tangan yang mengambil buku itu dan menyerahkannya padaku.
"Terimaka-" Aku menutup mulutku kaget saat membalikkan badanku.
Bagaimana tidak? seseorang yang kuhindari malah menolongku untuk mengambil buku ini? Oh, Shit!
Dia mengerutkan alisnya bingung melihat responku.
"T..terimakasih." ucapku gugup.
Tanpa basa basi, dia segera pergi meninggalkanku yang masih membeku ditempat. Aku gugup, tapi aku juga sedikit kesal.
Dia sebenarnya baik atau jahat sih? batinku.
****
Cukup lama aku menunggu Letta datang, akhirnya dia datang juga.
"30 menit!" ucapku datar.
Letta terkekeh melihatku, "Sorry-sorry, ramai banget tadi."
"Yayaya," kataku sedikit mencibir.
"Eh, Let."
"Ya?"
"Apa kau tau anak kelas sebelah yang tinggi itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Takdir
RomanceAku tau, kita adalah dua frekuensi yang berbeda. Tapi, akan ada skenario Tuhan yang menanti kita. Skenario yang telah Tuhan siapkan untuk kita. Kau yang akan tetap menjadi ilusiku atau kita yang ditakdirkan bersama dalam sebuah perbedaan. #2 Longdis...