Kesalahanku adalah menjadikanmu sebagai alasan segala kuatku. Hingga pada akhirnya aku menyuarakan sesal yang menitik. Memaksa hati untuk mengeluarkan aksara derita. Terimakasaih karena sudah menjadi pelajaran.Kehilanganmu adalah ritual paling menyedihkan. Mata dipaksa terpejam. Bukan petang yang meminta diri untuk merebah. Tapi tak merela sebagai gumul bagi hati hampa yang mencari tuan. Yang perlu kamu tahu, mempertahankan bukanlah pilihan. Tapi keputusan.
Berdamailah!
Teruntuk bahagia yang pernah kita buat bersama. Untuk segala rumit yang sempat kita selesaikan berdua. Untuk harapan yang belum sempat menjadi nyata. Dan untuk semua masa yang tinggal masa lalu. Terima kasih. Kita sepasang masa lalu yang gagal menjadi masa depan. Kita telah memutuskan untuk saling melepas tangan. Hangat genggammu tetap membekas pada bagian yang tidak pernah mampu untuk aku lupakan.
Perlahan aku sadar. Aku tidaklah patah karena luka. Aku hanya belum siap membuka hati untuk bahagia. Tuhan mungkin sedang menutup hatimu untuk tidak mencintaiku lagi. Barangkali itulah cara Tuhan untuk menjadikanku pribadi yang lebih kuat, yang tidak bergantung kepada manusia. Berdinding sesal. Akulah upacara besar dari luka-luka yang ada di bawah kakimu itu. Kenyataan ini adalah ketidakwarasan yang melahirkan duka dari serapah harapan. Kepadamu aku membuang air mata tanpa ada sisa. Hingga utuh dalam dada yang kian merapuh. Kau separuh sinar dari rembulan yang sepenggal di kediaman duka lelakimu ini. Kuberi kau seluruh hati yang ditempuh seutuh juang nun penuh jurang.
Setelah ini, ada perluasan hati yang akan kubangun. Semoga mampu membuatku jauh lebih gembira. Untuk riwayat-riwayat hati yang sempat hidup dalam kerangkeng luka. Kubiarkan ia terlepas liar, melukis jejak ditiap langkahnya, belajar dari setiap peristiwanya, serta memperlebar tawa untuk menjemput masa depannya.
Untukku; Tekadkan juangmu, langitkan tabahmu, pahatlah egomu, cakarkan ikhlasmu, dan legitkan upayamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulih itu- Perih
RomanceAda yang ingin kutanyakan padamu malam ini; Siapa yang akan kau bahagiakan dalam hidupmu? Kau menjawab "kamu"- tapi kamu yang kau maksud; bukanlah aku. Kepada telingamu; Aku tak menyangka untuk didengar olehmu menjadi sesulit ini sekarang. Suara yan...