Langkah Awal Jiwa Raga

23 1 0
                                    


Seseorang jatuh dari ketinggian yang tak diketahui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang jatuh dari ketinggian yang tak diketahui. Langit tak berawan dan permukaan yang tak berdasar tak mampu dilihat oleh sepasang mata yang terlelap. Sebuah raga yang terus melayang jatuh tanpa ada halangan dan rintangan. Layaknya sebuah meteor yang menembus bumi. Menerpa angin tanpa ada satu pun hambatan yang diterpa. Tubuh itu terus menuju dasar yang tak terlihat.

Tenang dan gelap.

Hanya itu yang bisa menggambarkan suasana di sekitar raga yang jatuh itu. Sebab tubuh itu bukanlah tubuh dengan daging dan tulang. Itu adalah sesuatu yang berada di dalam tubuh tersebut. Sebuah jiwa.

Jiwa seorang laki-laki dengan rambut pendek yang ikal di bagian sisi depan kepala. Postur tubuh yang tingginya berkisar 174 cm dengan bahu yang sedikit bungkuk mengurangi tinggi aslinya. Bahkan tulang punggungnya saja terlihat membentuk lengkungan yang sedikit menonjol akibat tubuhnya yang tidak tegap.

Tak menemukan titik terang. Tubuh itu masih tak sadarkan diri dengan indahnya. Hingga memakan waktu yang cukup lama untuk menemukan dasar yang perlahan terlihat. Walau sebetulnya terlihat sama saja seperti disekitarnya. Gelap.

Saat tubuh itu mulai merasakan jika dirinya telah mendekati permukaan, secara tidak langsung kelopak matanya mulai bergerak. Matanya mengerut sangat pelan. Perlahan akhirnya mata itu terbuka.

Dimana ini? Batin laki-laki itu. Matanya memandang ke segala penjuru. Hanya sebuah kegelapan mengitarinya. Dirinya masih belum menyadari bahwa kehadirannya sedang menuju pada sesuatu yang tak berdasar. Sebuah angin membantu orang itu tersadarkan dari kelinglungannya.

"Eeeehhh???!!!!" teriaknya dengan suara tinggi.

Suaranya bahkan terdengar lantang karena tempatnya yang terlalu sepi. Lantas keadaan itu membuatnya kebingungan. Suasana yang terlalu gelap dan hampa tidak membantu suasana hatinya yang gelisah.

"Sialan! Tempat apa ini!? Kenapa aku bisa jatuh tinggi sekali!?"

Sekali lagi suara itu benar-benar tidak didengar oleh satu orang pun. Jarak ketinggian tubuhnya pada sesuatu yang bahkan tidak bisa dibilang tanah itu pun semakin mengecil. Daratan yang hitam. Ia tidak bisa mengontrol dirinya. Tidak ada apa pun yang bisa dijadikan sebuah pegangan. Bahkan, harapan pun tidak bisa dijanjikan. Tinggal menuju ajal.

Jarak itu semakin lama semakin mengecil. Teriak pun tak ada artinya. Tanpa bantuan dari siapapun ia menolong dirinya sendiri. Kedua tangan yang ia lingkupkan di depan wajah dan menutupi atas kepala. Mata terpejam hingga kerutan terlukis memusat di tengah wajahnya. Menaruh pasrah pada sebuah keajaiban.

Hitungan menit jiwa itu sudah mencium sebuah daratan.

"Hah??"

Kerutan itu pecah saat matanya terbuka lebar-lebar. Semakin bingung dengan keadaan yang tidak dapat ia pahami. Melirik kesana dan kemari. Tubuhnya juga tidak merasakan tebasan dari angin.

Busted Emergency Light (BEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang