04 : Salah Paham

38 3 2
                                    

"Apa yang kamu lihat belum tentu kebenaran. Apa yang kamu kira belum tentu sesuai dengan kenyataan. Orang baik tidak akan mengatakan pada semua orang bahwa ia baik. Sedangkan orang yang pura-pura baik, ia akan menunjuk dirinya sendiri lalu mengatakan pada seluruh dunia bahwa ia orang baik. Jadi jangan langsung menilai hanya menurut pemikiranmu saja."

- Sunshine



Langit semakin gelap. Padahal jam di tangan Nata menunjukkan hari masih menuju sore. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Nata berlari terburu-buru di koridor menuju ruang belajar khusus olimpiade. Ia pasti sudah ketinggalan banyak karena datang telat. Tapi saat sampai malah tidak ada orang sama sekali.

Nata berusaha menghubungi Arka, beberapa kali menelpon tidak diangkat, chat di wa juga tidak dibalas. Nata mencari keberadaan Bu Erni, guru yang membimbingnya belajar untuk olimpiade. Tapi saat sampai di ruang guru, hanya ada Mang Usep, staff kebersihan sekolah. Nata tanya pada Mang Usep tentang keberadaan Bu Erni, katanya beliau sudah pulang daritadi.

Apa jadwal belajar hari ini dibatalkan ya? Tapi kenapa Arka tidak bilang pada Nata?

Setidaknya kan walau Arka pulang duluan, ia bisa hanya sekedar memberitahu Nata jika belajar hari ini tidak jadi. Tapi salahnya juga sih karena terlalu lama di perpustakaan. Ia jadi tidak tahu informasi apa-apa. Akhirnya Nata memutuskan untuk pulang, karena sekolah pun sudah sepi.

Hujan tiba-tiba saja turun, membuat Nata membatalkan langkahnya. Nata tidak terlalu menyukai hujan. Hujan adalah suatu masalah baginya. Membuat bajunya menjadi basah. Juga karena hujan hanya membawa kebahagiaan sementara, jika sudah terlena lama-kelamaan ia akan membuat sakit. Sama saja seperti diberi harapan, lalu tiba-tiba ditinggalkan. Nata sangat membenci quotes itu.

Karena secara tidak sadar, sama saja dengan mengatai dirinya sendiri. Mudah terlena dengan semua yang Arka lakukan, walau ia tahu takkan ada hal istimewa yang terjadi di antara mereka. Mereka hanya sahabat. Ingat sahabat!

Ah! Mengingatnya malah membuat mood Nata semakin turun. Nata menengok kanan kirinya. Semua ruangan terlihat sangat gelap. Kenapa Mang Usep belum juga menyalakan lampu disetiap ruangan disekolah sih?!

Ah kalau sudah begini Nata jadi takut untuk berdiam diri disekolah. Selain hujan dan harapan, Nata lebih membenci kegelapan. Ia harus segera pulang. Tapi apa ia harus mengorbankan bajunya basah tertimpa hujan?

'Ah bodo amat! Yang penting pulang!'

Ia harus memberanikan diri daripada harus terjebak kegelapan disekolah sendiri. Hanya dengan mengandalkan tas anti air juga tas satu-satunya yang ia punya. Nata berlari menuju depan gerbang sekolah, mengangkat tasnya sebagai pelindung kepalanya dari air hujan.



*****
Setelah beres merapihkan buku paket di perpustakaan, Rei berjalan santai berniat untuk pulang. Tapi tiba-tiba saja hujan turun, membuatnya kembali harus menunda kepulangan. Rei tidak mau berurusan dengan hujan. Tidak akan pernah. Ia benci hujan. Hujan hanya membawa kenangan pahit yang ingin ia hilangkan dari ingatannya. Setiap hujan datang, Rei akan terus kembali mengingat saat-saat paling menyakitkan dalam hidupnya.

Jadi ia memilih diam, menyandarkan bahunya pada dinding kelas yang mengarah pada lapangan utama sekolah. Rei mengeluarkan earphone dari saku jaket denimnya, hendak mendengarkan lagu. Saat itu pula ia melihat perempuan yang ia tolong diperpustakaan berdiri di lorong depan ruang guru. Terlihat sangat kesal dan gelisah. Apa ia sama sepertinya? Membenci hujan?

Perempuan itu menengok kanan dan kirinya. Lalu raut ketakutan pun Rei dapatkan dari wajahnya. Bisa Rei simpulkan kalau ia takut gelap. Dari gerak-geriknya saja langsung kelihatan. Tapi tiba-tiba saja ia berlari menerobos hujan. Entah dorongan darimana, Rei ikut menghampirinya. Membuka jaket denim kesayangannya. Membiarkan seragam putih abunya basah kuyup. Rei tidak mengerti, kenapa ia melakukan hal ini tanpa berpikir panjang?



SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang