09 : Olimpiade (bagian 1)

11 2 0
                                    

"Disetiap langkah perjuanganku, ada kamu."

.
.

Arka melipat kedua tangannya di depan dada. Terlihat berulang kali mengangkat pergelangan tangannya, melihat jam.

Hari ini berbeda dari biasanya, ia tidak memakai jaket bomber putih kebanggaannya. Ia hanya memakai sweeter putih bertuliskan 'Fusionism' ditengahnya, longgar namun terlihat pas sekali dipakai olehnya.

Nata sampai tepat di depan Arka. Masih dengan napas yang ngos-ngosan. Tenggorokannya kering. Ia berusaha menelan ludah kasar.

Arka sama sekali tak bergerak, juga tak berkomentar. Ia hanya melihat Nata dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Pikiran Nata menjadi bercabang. Apa Arka kecewa padanya karena tak menepati perkataannya kemarin. Apa Arka akan memarahinya, atau justru akan mendiaminya.

Nata jadi merasa bersalah. Ia merasa harus menjelaskan yang sebenarnya pada Arka.

"Ka gue bisa jelasin, gue-,"

Nata tak jadi menyelesaikan ucapannya. Saat melihat Arka dengan cepat maju ke hadapannya. Mengarahkan kedua tangannya membuka ikatan rambut Nata.

Melerainya lurus ke depan pundak. Arka menyisir rambutnya lembut menggunakan jari-jarinya. Lalu menyelipkan jepitan bunga sakura di sisi rambut sebelah kanan. Yang ia ambil dari saku celananya. Nata tidak tahu, sejak kapan Arka punya jepitan rambut berbandul bunga sakura.

Kini tampilan Nata jauh lebih manusiawi. Terlihat lebih rapih dari sebelumnya.

"Gue lebih suka rambut lo digerai Nat. Lebih cantik." Arka menekan kedua sisi kepala Nata, membuat fokusnya hanya pada Arka.

Nata sama sekali tak pakai blash on, tapi jika kini pipinya terlihat memerah itu semua ulah Arka.
Nata memang lebih sering mengkuncir kuda rambutnya. Karena Nata termasuk orang yang hyperaktif, jadi ia selalu merasa gerah jika rambutnya di gerai.

Tapi jika Arka sudah mengatakan kalau ini hal yang ia suka, Nata tak bisa menolak untuk merubah kebiasaannya.

"Lo gak marah sama gue? Gue kan udah gak nepatin perkataan gue kemaren sama lo." Nata yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya dari Arka, kini menundukkan kepala.
Arka mengangkat dagu Nata, mengarahkannya agar kembali fokus padanya.

"Enggak. Gue tau lo udah berusaha buat gak telat. Kita juga belum berangkat kan."

Nata melepas tangan Arka di dagunya. "Tapi tetep aja, gue udah ngecewain lo ka."

Tangan Arka beralih memegang pundak Nata. "Lo ada disini sekarang aja, gue udah bersyukur Nat. Jadi gak usah mikir yang macem-macem."

"Gimana gue gak mikir macem-macem, tadi aja lo natap gue serem banget kaya yang mau makan orang."

Arka terkekeh. "Gue mau keliatan keren aja sih di depan lo. Jadi cowok tsundere kaya di film-film gitu, gimana? Cocok kan?"

"Enggak sama sekali," jawab Nata lugas. Ia kesal Arka ternyata main-main padanya.


"Tapi ka--,"

"Lo gak bakalan makan gue kaya yang lo bilang kemaren kan?" tanya Nata sedikit meringis. Ia takut jika benar Arka akan memakannya.

Spontan wajah Arka berubah dingin. "Gue gak akan narik kata-kata yang udah gue ucapin Nat. Lo tau itu."

Selangkah, dua langkah, Arka maju mendekat ke arah Nata.

"Ka lo mau ngapain?"

Nata melihat sinyal bahaya dari mata Arka. Ia harus menghindar. "Ka ini ditempat umum. Kalo orang-orang liat lo makan gue. Reputasi lo bakal turun."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang