♪
Jam menunjukkan tepat pukul 12 malam, korden jendela bergerak mengikuti alunan angin malam, kamar yang hanya disinari oleh cahaya rembulan terlihat mencekam dari biasanya. Di tambah suara tangisan lirih dari kamar tersebut.
Seorang gadis masih tetap menangis. Kalau tau ini alasan mengapa ayah menyuruhnya untuk segera pulang dari rumah temannya, ia lebih memilih untuk menginap saja.
"El kamu okey?" tanya seseorang di balik pintunya.
"I'm fine."
"Biarkan abangmu ini masuk" Tanpa menunggu jawaban dari sang adik dia masuk kedalam kamar itu.
"wah kamar ini sekarang sudah hampir mirip kandang sapi,sudah menghabiskan berapa tisu?" tanya dia dan langsung memungut semua tisu bekas itu, tanpa rasa jijik lalu ia masukan ke tempat sampah merasa tidak ada jawaban dari sang adik
Ia memandang adeknya prihatin, dia mendudukkan dirinya di samping adiknya yang tengah menangis. "Sini keluarin semuanya jangan nangung-nangung." sembari memeluk adeknya dari samping.
"bang kenapa orang tua yang berteman, anaknya yang kena imbas?gue masih terlalu muda untuk itu." gadis itu mendongak menatap saudara kandungnya.
"Mungkin alasan ayah ngejodohin kamu itu buat mempererat tali silaturahmi mereka dek, kamu tahu sekali kan gimana ayah sama om patih sudah seperti saudara kembar." sembari mengelus punggung adiknya.
"Kenapa gak lu aja?"
"Abang cowo kalo kamu lupa, lagian juga anaknya om patih lumayan, mapan iya, walaupun umurnya masih terbilang muda, kamu gak bakal kelaparan sama dia."
Kennely semakin mengeraskan tangisannya dia belum siap, umurnya masih muda, cita-citanya masih belum tergapai meski ia masih bingung dengan cita-citanya yang setiap tahun ganti.
abangnya yang mendengar adiknya semakin kencang menangis,jadi tidak tega melihat adeknya seperti ini,tapi ia tak bisa berbuat apa-apa dengan keputusan ayahnya.
merasa adiknya yang mulai terlelap di pelukannya ia segera merebahkan tubuh adiknya.menyelimutinya sampai sebatas perut. Dan kembali ke kamarnya.Di dalam kamar, pria tersebut nampak memikirkan sesuatu, ia akan menemui ayahnya besok untuk menanyakan sesuatu.
♪
pagi hari kennely terbangun merasakan sedikit pening di kepalanya, efek menangis semalaman ini, ia bersiap untuk sekolah melepaskan beban pikiran untuk sementara waktu. Ia baru ingat kalau hari ini adalah ujian sekolah sial dia belum belajar.saat sedang menggunakan sepatu ia mengalihkan pandangan ke arah handphonenya yang menampilkan panggilan vidio dari temannya.
"Kenapa jen?" tanya kennely.
"ken gue nebeng yah, si ayang gak mau jemput nih katanya bbm naik." wajah cantik milik temannya ini sudah kebanjiran dengan keringat
"lu lagi dimana? banjir banget muka lu?"
"Intinya ini semua gara gara raja,lu jemput gue di tempat biasa raja jemput gue yah ken," kennely belum sempat bicara namun panggilannya di matikan sepihak oleh jena.
ia turun kebawah dan melihat ayah dan abangnya di meja makan. Ia menyambar kotak nasi yang sudah di siapkan "Bang, yah. El berangkat dulu."
"hati-hati."
Belum sempat sampai pintu kennely membalikan badannya "Ayah, El masih marah sama ayah."
dia mengendarai mobilnya menuju tempat dimana jena berada. sesampai ia di sana melihat jena seperti gembel di pinggir jalan menertawakan temannya itu. Menurunkan kaca mobilnya lalu berucap "masuk gih."
jena duduk dengan mulut yang terus mengucapkan sumpah serapah untuk pacarnya itu.
"Gue lama yah?" tanya ken kepada jena yang sedang mengelap keringatnya.
"biasa aja,gue kesel banget sama raja, bilang kek dari kemarin kalo gak bisa jemput, lah ini bilangnya pas gue udh nyampe tempat biasa."
"putus aja udah."
"ntar gue gamon kayak lu?gak dulu."
kennely terdiam sejenak, dia berpikir dengan menuruti perkataan ayahnya apakah dia bisa move on dengan yang sudah beda alam?
"Btw kenapa kemaren om sena nyuruh lu pulang ken?" tanya jena sambil memakai bedak.
"Gue mau di jodohin."
"What?lu mau ngelangkahin bang edgar?"
"Kayaknya, dah nyampe ayo turun." Ajak kennely. Jena yang tak sadar sudah sampai langsung memasukan barang-barangnya ke dalam tas miliknya dan keluar menyusul kennely yang meninggal kan nya.
Saat mereka berdua sampai di kelas menatap kagum teman sekelasnya. ada yang sedang menulis sesuatu di kertas kecil, ada yang sedang menempelkan kertas di balik plastik botol, ada yang memasukan kedalam sepatu, dan lebih nya lagi membawa 3 buah handphone sekaligus.
"Keren si mereka, ken lu gak bikin juga?" Tanya jena sambil tertawa melihat tingkah teman teman sekelasnya itu.
"gampang ntar kalo ada yang susah."
"jovan, devalga, ginza, Febrian, jangan lupa bagi jawaban kalian." Ucap jena kepada mereka dan di balas acungan jempol mereka.
ujian hari ini berjalan lancar, mereka bersyukur pengawas hari ini sering keluar kelas jadi mereka enak buat saling contek menyontek.
Gimana gimana? puasa kalian lancar kan?
udah ada yang bolong belum?
Selamat membaca, semoga harimu indah
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHTAR
RomanceSejauh ini bahagia hanya pemanis saja, sebab luka telah mengambil peran utama. Kita adalah orang yang diizinkan bersama hanya untuk sementara, lalu perpisahan datang menjalankan tugasnya. "lu tau gak apa yang lebih menyakitkan dari perpisahan?" "en...