Let them live, let them love.
Before they were idols, they were humans too.
.
"Noona!"
Jisoo memutar bola matanya kesal. Lagi dan lagi, pria berlesung pipit itu selalu menemukan cara untuk mengganggunya.30 menit lagi ia harus tampil di panggung Inkigayo, apalagi Jaehyun yang bertugas sebagai MC, seharusnya ia sudah di atas panggung. Tapi apa yang dilakukan MC itu? Dia malah berkeliaran di balik layar.
"Noona, nanti jangan lupa menyapa aku saat di stage ya!" Ujar Jaehyun bersemangat setengah berteriak.
"Mana bisa begitu, nanti jadi skandal. Duh kau ini bikin sakit kepala saja."
Sementara yang diajak berbicara malah memanyunkan bibirnya, yang kalau Jisoo boleh bilang, terlihat imut.
"Memangnya tidak boleh ya? Kan tidak apa-apa toh jika sesama idol saling menyapa?"
Kombinasi dari alis yang bertaut serius dan bibir buah persik yang mengerucut, Jisoo nyaris tidak bisa berpikir dan mencerna apa yang baru saja Jaehyun katakan. Seandainya boleh, ingin Jisoo cubit pipinya hingga memar. Ingin diuyel-uyel, habisnya gemas!
"Ah aku tahu!" Teriak lelaki itu membuat Jisoo sedikit terperanjat kaget. "Hari ini tidak usah menyapaku di stage, tapi setelah acara selesai, temui aku ya?"
Mata bulat Jaehyun menatap Jisoo penuh harap. Kalau sudah begitu mana bisa menolak. Mau tidak mau Jisoo mengangguk mengiyakan, yang kemudian disambut dengan senyuman merekah dan pelukan singkat dari lelaki di hadapannya.
Rasanya jantung Jisoo berhenti berdetak. Bukannya apa, tapi kan di sini banyak staf televisi. Kalau ketahuan bagaimana?!
Si tampan dengan rambut coklat pelaku keributan itu justru tertawa dan berlari meninggalkan Jisoo. Sempat-sempatnya ia mengedipkan sebelah mata dan tersenyum genit. Sungguh, kalau bukan di tempat umum, mungkin Jisoo sudah menendang selangkangannya kesal!
---
"Unnie, tadi Jaehyun menitipkan ini padaku."
Lisa menyodorkan sebuah kotak berwarna krem dengan pita peach kepada Jisoo. Jisoo melotot ke arah Lisa dan mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan sebelum kemudian mengamati kotak di hadapannya.
"Apa ini?" Bisiknya.
"Tidak tahu. Buka saja sekarang, mumpung sedang sepi."
"Memang kemana manajer oppa?"
"Ke ruang sebelah. Ayo buka saja, aku sudah kunci pintunya. Hei Jennie unnie, Chaeng, ayo kemari!"
Belum sempat Jisoo memukul Lisa, gadis itu sudah keburu menghindar sambil tertawa jahil. Kotak krem juga turut ia peluk menjauhi Jisoo.
Keributan barusan rupanya cukup menarik atensi dari seluruh orang di ruangan tersebut, termasuk Irene dan Seulgi yang kebetulan berada pada ruang ganti yang sama. Padahal tidak dipanggil, tapi duo pentolan Red Velvet itu ikut mendekat dan mengamati kotak yang ada di pelukan Lisa.
"Wow, milik siapa itu?" Seulgi menyentuh pita berwarna peach di atas kotak.
"Jisoo unnie. Coba tebak dari siapa? Ah, tidak, tidak. Tidak perlu repot menebak, biar kuberitahu. Kotak ini dari...... Jaehyun!"
Sontak, Jennie tertawa girang mendengarnya.
"Awwww the valentine boy! Sungguh romantis. Cepat buka unnie, cepat!"
Irene menggelengkan kepala melihat tingkah gadis-gadis di depannya. Seperti remaja puber yang baru mendapat hadiah dari gebetan. Tapi tidak bisa disalahkan, Irene yakin kesibukan Blackpink yang sudah terkenal dengan skala internasional menyebabkan mereka jarang merasakan pengalaman cinta. Hari ini saja merupakan kesempatan yang langka bisa bertemu dengan mereka di Korea. Jika saja mereka tidak promosi lagu baru di saat bersamaan, mungkin jika ingin bertemu mereka baru bisa bertemu di luar negeri, seperti pertemuannya dengan Jennie beberapa bulan lalu yang sempat viral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar, Spice, and Everything Nice
FanfictionA jumbled mess of Kim Jisoo's fanfiction. Be it oneshots, ficlets, or drabbles. Enjoy!