Semilir angin menerpa disore hari, helai demi helaian rambut keenam pemuda berterbangan. Mereka masih senantiasa menatap lurus kedepan dimana lautan jingga terbentang luas sebagaimana mata memandang. disana keenam pemuda duduk berjejer dipesisir pantai. salah satu diantara mereka membawa sebuah kue ulang tahun yang diatasnya sudah ada sebuah lilin yang apinya sudah lebih dulu tertiup angin. Meski begitu keenam pemuda itu, masih senantiasa duduk ditempat yang sama dengan memandang kosong dalam keheningan, seolah mereka tengah menunggu seseorang yang akan datang dari arah laut sana walaupun tau sosok yang mereka tunggu tidak akan pernah hadir diantara mereka lagi. Tak lama kemudian salah satu dari mereka beranjak berdiri."Sampai kapan kita terus berada disini. Sampai malam? Atau sampai dia kembali? Itu mustahil. Jika boleh jujur Aku sudah lelah menunggu hyung" ucap pemuda bermata elang berdiri dari pasir yang semula ia duduki, ia tampak kesal. namun yang tertua tak terima, dia langsung berdiri dan mendekat pada pemuda yang tadi berbicara.
"Bagaimana pun kita harus tetap menunggunya dan bersabar! Jangan pernah berpikiran tentang kemustahilan lagi. jika memang kau sudah lelah menunggu biarkan aku sendiri yang menunggunya, kalian semua pergilah!" teriaknya sambil mengangkat kerah bajunya. Terlihat kalut, sampai tak menyadari lawan nya tengah ketakutan karena tindakan nya.
"Maaf, hiks.. maaf kan aku hyung" lirihnya terisak, menunduk setelah menyadari perkataan nya yang melukai perasaan Kakak tertuanya. pemuda berbahu lebar itu mulai melepaskan cengraman kerah baju pemuda bermata hazel. Lalu ia Mulai terduduk kembali diatas pasir.
"Hyung, lebih baiknya kita pulang. Hari semakin sore, sebentar lagi malam, dan udara disini sangat dingin, tidak baik berlama-lama disini" bujuk sang maknae pada yang tertua yang masih senantiasa menunduk.
"Kalian duluan, aku masih ingin disini" jawabnya cepat, beralih mendongak memandang bentangan lautan luas didepanya, tanpa menoleh pada yang lainya.
"Ta-tapi hyung---"
"Aku akan baik-baik saja hoseok-a sekarang kalian boleh pergi. Aku ingin menenangkan pikiranku dulu" jawabnya memotong ucapan pemuda bernama hoseok.
Mereka yang sudah menyadari situasi hati pemuda yang lebih tua dari mereka, dan mereka hanya mengangguk menyetujui nya.
"Baiklah, ini kue nya" salah satu pemuda yang sedari tadi memegang kue ulang tahun milik adik seokjin, memberikan kue tersebut pada seokjin.
"Kami akan pulang, tolong jangan sampai Pulang larut malam. Jaga dirimu, hyung" pesan salah satu dari mereka, sebelum mengintrupsi yang lainya untuk pergi menjauh.
Setelah seokjin, sudah merasa semua temanya sudah pergi. Dia beralih memandang kue yang saat ini dipeganganya, mengucapkan tiga kalimat dengan tatapan sendu.
"Selamat ulang tahun, jimin-ah. Aku sangat merindukanmu, cepatlah kembali dengan selamat"
➰ 13 October ➰
Seokjin telah pulang ia membuka pintu flat kecilnya. hari-harinya selalu dipenuhi dengan kekosongan semenjak tragedi yang menimpa adiknya terjadi. Bahkan hanya ada kesunyian diflat kecil itu, dan ketika musim dingin tidak ada lagi pelukan hangat seperti sebelumnya seokjin dan adiknya lakukan.
Seokjin memutuskan mendudukkan diri disofa depan televisi, namun entah dari mana, kenangan beberapa bulan yang lalu tiba-tiba terlihat seperti gambaran ilusi. Ia melihat sosok adiknya itu memeluk nya dengan manja saat musim dingin.
Seokjin menghela nafas berat, menyadari ia lebih sering berhalusinasi melihat pemuda bermata senyum itu didekatnya. Pemuda yang berstatus sebagai Adik angkatnya yang telah diadopsi sejak kecil oleh orang tua seokjin atas keinginan seokjin kecil memiliki adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
13 October ✔
General Fictioncerita ini, berhubungan dengan tragedi kapal feri sewol dikorea selatan yang mayoritas korban jiwanya adalah murid sekolah danwon yang akan berdarmawisata. ○○○ #27/07/2020 #03/08/2020 (End)