Preview 3

828 100 42
                                    

Sepanjang hari ini Naruto kehilangan semua konsentrasinya pada mata kuliahnya. Rasa kantuk yang serasa memborbardir ditambah kepalanya yang terasa berputar-putar seperti kincir angin sungguh membuatnya nyaris kehilangan kesadaran. Gaara benar-benar berhasil membuat kepalanya mau pecah dengan pesta sound systemnya. Dan Sasuke berhasil membuat paginya berantakan dengan teriakannya. Kenapa dua setan itu harus merasuki hidupnya? Ah, rasanya masa lajangnya benar-benar diselimuti awan hitam.

"Naru, kau tak apa? Wajahmu pucat." Tanya Kiba. Suara khawatirnya bisa Naruto dengar dengan jelas.

Naruto menggeleng.

"Aku ngantuk sekali. Ba, aku akan membolos untuk jam sore nanti. Aku nggak kuat." Ujar Naruto sambil meremas rambutnya frustasi.

"Haruskah aku mengantarmu?" tanya Kiba.

Naruto menggeleng.

"Tidak perlu, lanjutan saja kuliahmu. Aku akan pulang sekarang. Jaa ne~" ujar Naruto.

Rasanya berjalan kaki dari gedung kuliahnya di dekat gerbang utama kampus menuju Dorm Bombie Room seperti perjalanan melintasi padang pasir sahara. Ini bukan soal panas matahari yang mendidihkan otak, tapi ini soal betapa gersangnya pikiran Naruto sekarang. Kata 'kasur' seperti Oase yang memenuhi otaknya. Menyediakan sisa kesadarannya untuk terus berjalan menuju asrama.

Brumm...brumm...

Ckiet...

"Yoo~ manis. Kau mau kemana seksi?"

Dengan malas Naruto menatap ke trotoar jalan. Melihat sebuah sepeda motor besar disana yang di atasnya duduklah seorang Uchiha Sasuke dengan seringaian miliknya. Naruto memutar matanya, menghembuskan nafas dengan kesal. 

Naruto berjalan lagi dalam gerakan seperti zombie. Matanya tinggal 5 watt, ia harus segera menuju kasur.

"Hei! Yang disana, kau tak mendengarku? Kau mengacuhkan Uchiha Sasuke?! Yang benar saja." Sasuke turun dari motor harleynya. Menarik tangan Naruto dan membuat tubuh kecil itu sekonyong-konyong berbalik.

"Haloo~ ada jiwa dalam raga ini?" tanya Sasuke sambil melambaikan tangannya di depan wajah Naruto.

"Aku ngantuk." Ujar Naruto.

"Wow, waktunya tepat sekali. Aku juga sedang ingin tidur denganmu." Sasuke menarik tangan Naruto. Memaksanya menaiki motor yang hendak membawanya ke hotel. Tangan nakal Sasuke dengan sengaja memegang bokong Naruto dan meremasnya.

Plak...

Sebuah tamparan mendarat di pipi Sasuke. Keadaan terasa hening tiba-tiba, rasanya pun seperti ada gulungan rumput kering yang yang tertiup angin sebagai latar suasana hening itu, seperti Texas. Sasuke menyentuh pipi bekas tamparan Naruto. Ia melihat tak percaya pada pemuda manis yang dengan mata sapphire lebar kemerahannya tengah mendelik ke arahnya.

"...fak..." gumam Sasuke.

Naruto buru-buru membekap wajahnya. Menggeleng-geleng pelan. Ya Tuhan, nyali dari mana tiba-tiba ia bisa menampar Uchiha Sasuke. Tapi secepat angin bertiup di sekitar mereka. Naruto lantas mendorong bahu Sasuke lalu lari terbirit-birit. 

Di sisi lain, Sasuke masih diam di tempat, memegang pipinya. Seumur hidup, baru kali ini dia ditampar seseorang. Orang tuanya bahkan tak pernah memukulnya barang satu kali pun. Tapi pemuda culun itu menamparnya? Sasuke menggeram. Lihat saja, pembalasan Uchiha Sasuke segera datang Uzumaki Culun Naruto.

.

:: Dormitory Bombie Room ::

.

"Haah..haah...haah...si-si Gerandong itu ti-tidak me-meng-mengejarkhuu..hah..hah..kan?" ujar Naruto sambil menatap ke belakang. Takut-takut jika Sasuke mengejarnya dan membunuhnya di tempat.

Dormitory Boombie Room (OPEN ORDER)Where stories live. Discover now