Berawal dari keluarga yang utuh, bahagia, dan lainnya lagi tanpa ada konflik didalamnya─ ya aku sangat menyukai saat-saat itu, tidak lama kemudian seorang wanita jalang yang dengan indah, santainya merusak hubungan keluarga kami. Ayah pergi bersama wanita lain dan aku jatuh kedalam jurang, untungnya kakak dan ibu menyelamatkan aku. Tidak ada kurun waktu 1 bulan ibu meninggalkan kami mengikuti pria barunya─ sampah, mereka semua sampah. Aku bersama kakak terjatuh kedalam jurang namun tangan kakakku berhasil meraih celah batu dan kami sedang survive sekarang.
Angin laut, matahari yang menjelang sore, burung camar diatas kapal, dan pohon dibelakang ku yang berhasil menutupi sinar matahari. Perasaan saat ini sakit, gelisah, dan ingin merusak sesuatu. Aku berusaha melawan itu semua dengan menikmati angin laut, melihat burung camar, dan rileks. "Ryu?" Terdengar suara perempuan dari sebelah kanan ku. perlahan-lahan aku membuka mata dan melihatnya. "Kenapa kamu tidak pernah masuk akhir-akhir ini?" Tanyanya. Aku hanya diam lalu memejamkan mata sambil merasakan anginnya. Latifa itu namanya, ia perempuan yang dibanggakan oleh guru, ia perempuan yang disukai semua siswa laki-laki, untungnya bukan ketua osis. "Kemarin wali kelas datang ke rumah mu tapi tidak ada─"
"Berhentilah untuk peduli kepada ku," Sela kataku sambil berdiri, pupil mata Latifa mengecil, ia merasa mulai kesal dengan kata-kata ku tadi. "Aku tidak berhak mendapatkan kelayakan seperti itu, diamkan aku saja─ aku benci diberi perhatian semacam itu."
"Ryu!" Bentaknya lalu memegang kerah baju ku dengan keras. "Siapapun dia wajib mendapatkan perhatian," Gumamnya dengan geram. "Aku melakukan semua hal itu bukan untuk mendapatkan pengaruh sosial yang tinggi─" Ia mendorong ku kebelakang lalu tatapannya mengarah kebawah. "Pukul 8 malam nanti datang ke tebing mercusuar, pastikan datang!" Katanya lalu kembali ke rumah.
Untuk apa aku datang? Aku tidak pernah menganggap mereka semua teman, hanya orang biasa saja namun tetap saling mengenal. Hari semakin malam, sudah 4 hari aku tidak makan sama sekali, hanya modal mencuri kelapa muda di pinggir pantai lalu meminumnya ditempat sepi dan kini aku harus mencari buah kelapa muda lagi.
Dipinggir jalan aku melihat ada sebuah keluarga yang sedang berbagi makanan, ini sebuah keberuntungan takkan ku sia-siakan keberuntungan ini. Setelah dari taman tadi aku keluar ke pinggir jalan dan melewati mereka, saat melewatinya seorang ibu memberikan makanannya padaku, dengan ringan tangan aku menerimanya dan berterima kasih padanya, berbagai perasaan aneh dan menyakitkan saat menerima makanan dari ibu tadi itu. Bagaimana ya rasanya memiliki keluarga yang tetap utuh, menjaga keharmonisannya apalagi jika sang anak telah mencapai masa suburnya masih bisa melihat ayah ibunya tetap bersama, jika di rasa sekali lagi aku tidak bisa menahannya.
Pukul 8 lewat, entah mengapa kaki ini rasanya ingin bergerak menuju tebing mercusuar dan sekarang aku sedang melihatnya dari kejauhan, didekat pagar pembatas pantai kedua telapak tangan ku berlindung dibalik kantung jaket. Anginnya begitu kuat saat malam hari ini, suara hempasan ombak yang terdengar di telinga, dan beberapa burung camar masih saja berterbangan. Akh... aku mulai merasa bosan disini hanya melihat mereka yang sedang bermain. Sambil berbalik badan saat hadapan ku kebawah, sebuah kaki yang lebih besar berada didepan. "Mau kemana?" Tanya Jiro, teman yang memiliki tubuh besar, asik orangnya, dan pandai mencairkan suasana dikelas tetapi jika marah ya sudah semua yang ada didalam akan hancur karenanya. Aku sama sekali tidak bisa menjawabnya, bukan karena takut tapi tidak terpikirkan jika hal ini akan terjadi, dari pada berbohong lebih baik aku pergi bersamanya ke mercusuar itu.
Awal sampai disana teman-teman langsung bertanya kepada ku soal 4 hari yang tidak masuk sekolah tanpa sebuah keterangan yang jelas. Iya aku hanya menjawab sedang tidak enak saja baik rohani dan raga ini. "Makanya jika rohani mu sedang bermasalah atau tidak enak bermainlah dengan kami," Aku sama sekali tidak mengerti dengan sikap mereka yang tetap peduli padaku, padahal aku siswa yang paling diam, tidak pernah bergaul dikelas tapi saat diluar sekolah, terkadang mereka mengajak ku bermain. "Tidak baik jika kamu hanya diam sendirian saat rohani mu terganggu," Itu sama sekali tidak meringankan masalah ku, aku hanya membalasnya dengan senyuman terpaksa namun terlihat telah membaik. "Ayo kita nyalakan kembang apinya, Ryu ikutlah." Ajak Shinta. Ia teman yang sangat dekat dengan Latifa, kepribadiannya pun hampir mirip dengannya.
"Tidak," Ucap ku dengan senyuman. "Aku lihat dari sini saja." Latifa melihatku dengan senyumannya, Shinta pun tetap mengajak ku namun aku tetap menolaknya.
Sakit, dan gelisah mulai terasa dihati ku lagi dan ini sama sekali tidak tertahankan. Aku pun pergi ke mesin minuman di tengah taman. "Aku ingin beli minuman dulu."
Dibalik pohon dekat mesin minuman aku duduk bersandar lalu menangis tak kuasa menahan sakit ini. Apa yang harus ku lakukan? Bagaikan ditimpa batu yang sangat besar selama 4 hari ini, aku tidak bisa bergerak, sakit dan ingin menyerah dikehidupan ini. Kuat, aku harus kuat. Kedua tangan ku menghapus air mata dan segera kembali ke mereka. Tiba-tiba saja Latifa sedang berdiam tidak jauh dari mesin minuman, ia terlihat sedang menundukkan kepalanya. Saat aku berada didepannya kedua tangannya terangkat sejajar dengan dadanya dan ingin memeluk ku, kakinya mulai melangkah untuk memeluk dan aku menahan kepalanya dengan tangan. Tangannya turun lalu melihat ke arahku. "Aku jadi sedikit tahu soal masalah mu─"
"Jangan sok tahu," Sela kata ku sambil menurunkan tangan dari kepalanya. "Jangan seenaknya untuk tahu soal masalah ku, jangan memberi ku perhatian, dan jang─"
"Bisakah jangan sok untuk menjadi kuat!" Bentaknya. Air matanya jatuh ke tanah dan wajahnya sangat sedih. "Aku melakukan yang lebih untuk mu karena," Ia diam sementara lalu menundukkan kepalanya lagi. "Aku menyukai mu." Ucapnya dengan suara kecil.
"Jangan," Aku sama sekali tidak pantas mendapatkan hal itu lagi. "Jangan sukai aku karena teman atau cinta," Ia langsung melihat ke arahku dengan pupil yang mengecil. Berbagai hal yang kelam sudah sering terjadi di masa lalu. "Yang ku butuhkan sekarang bukan seseorang yang menyukai atau hiburan dimalam hari seperti ini, aku hanya butuh kesendirian." Aku berbalik badan lalu meninggalkan mereka semua.
Hari semakin malam, semua kendaraan yang lalu lalang mulai tidak terlihat. Aku hanya berjalan menjauh dari rumah dengan harapan semua hal yang ku rasakan ini hilang begitupun dengan diri ini.
●Kesendirian tidak dapat menuntaskan masalah diri●
KAMU SEDANG MEMBACA
Ryu's Life
Short StoryHal yang diinginkan setiap anak adalah keluarga yang lengkap, tidak lupa dengan unsur kebahagian, kenyamanan dan lainnya lagi yang tidak mengandung unsur negatif seperti perselisihan. Ryu sangat membenci mereka berdua namun setiap diselipan kata-kat...