Part 3

9 2 0
                                    

Malam ini kami makan bersama sambil sedikit saling mengobrol tentang hal lucu tanpa ada masalah yang terpikirkan sama sekali, makanan yang dibuat pun tidak begitu mewah, hanya telur dadar dan nasi saja. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu diluar. "Biar aku saja," Kataku lalu berdiri menuju pintu. "Tunggu sebentar," Gumam kataku. Aku membuka pintu dan tidak ada siapapun disini, hanya ada sebuah surat didekat kaki. Lambang diujung bawah surat pun terdapat cap dari polisi. Aku mengambilnya lalu membaca isi surat tersebut. Tangan ku langsung meremukkan kertas itu dan kakak menghampiri lalu memperbaiki surat itu. "Terserah lah aku tidak tahu harus apa lagi," Kata ku dengan emosi yang mulai meluap. "Abaikan saja ka." Sambil kembali menuju meja makan.

"Tidak," Katanya sambil menahan emosi. "Sebaiknya kita menemui ibu." Iya entah mengapa aku tidak bisa berkata untuk menolaknya, sebaiknya juga aku turut apa katanya.

Sampai dikantor polisi, semua petugas disana terlihat tidak cukup ramai, mungkin sudah pada pulang. Padahal bisa esok untuk menemui ibu, kalau sekarang jalan sudah sepi─ apalagi jalan dari rumah ke kantor polisi begitu jauh. Kami telah konfirmasi ke penjaga lobby untuk menemui ibu dengan menunjukkan surat tadi, ibu pun segera dipindahkan ke sel khusus untuk bertemu dengan kami.

Aku tidak mengerti kenapa bisa terjadi seperti ini, ibu bersama suami barunya itu terjerat kasus narkoba dirumahnya. Saat polisi datang mereka masih tampak mabuk dan bersenang-senang.

Aku melihatnya dari kejauhan saat berjalan kearah sel nya, sedang berdiri memegang jeruji besi sambil tersenyum ke arah kami. Kakak terlihat membalas senyumannya namun aku tidak. "Nurul, Ryu kalian sudah terlihat dewasa ya," Ucapnya dengan nada merintih. "Ryu, apa kabar mu?" Sejak berdiri didepannya aku sama sekali tidak menatap matanya, hanya melihat ke arah pintu keluar yang dijaga oleh seorang penjaga. "Begini, aku memanggil kalian karena ingin," Tatapannya mengarah kebawah sambil merasa bersalah. "Bersama kalian lagi, ibu ingin kembali ke kalian berdua, kamu mau kan Ryu?" Kakak tidak ditanya? Yah pasti seorang kakak perempuan pasti akan menerimanya lagi.

"Ibu ingin bersama kami lagi?" Tanya aku dengan dingin. Ia tersenyum melihat ke arahku. "Perbaiki hubungan ibu dengan ayah dulu baru ku perbolehkan kembali ke rumah," Ibu langsung memasang wajah sedihnya karena sikap ku yang dingin. "Sudahlah, aku tunggu diluar ka, hawanya tidak enak disini." Aku pergi keluar meninggalkan mereka.

Ini pasti akan berlangsung sangat lama, hukumannya 4 tahun penjara mungkin aku sudah bekerja itu.

Pukul 8 malam kami kembali ke rumah, kakak sama sekali tidak memarahi karena sikap ku tadi, ia hanya diam menatap jalan dengan kesedihan sedikit berlinang air mata. Sampai dirumah aku memasukkan kunci dan terkejut, tadi sebelum pergi aku sudah menguncinya. Dengan cepat aku membuka pintu takut ada barang yang dipaling. "Eits... tenang lah Ryu," Seorang kepala keluarga terkejut berdiri dari duduknya dikursi ruang tamu. "Darimana kalian? Seharusnya kan jam segini kal─"

"Kenapa ada ayah kembali ke rumah?" Sela dengan kata-kata ku. Selesai bertemu dengan ibu yang emosi sama sekali belum reda, kini bertemu dengan ayah dan emosi ini tetap dipuncaknya.

"Ayah ingin memberi kalian sejumlah uang dan ingin melihat kalian." Jawabnya sambil tersenyum.

"Sadari posisi mu, ayah, siapa yang menganggap anda ayah ku?" Emosi ini makin tak tertahankan, perlahan-lahan aku mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas. "Dan kami sama sekali tidak membutuhkan uang itu."

"lalu apa?" Kakak masih terlihat tidak ingin mengatakan apapun, mungkin hatinya sedang sakit sekarang. "Katakan pada ayah, akan ku berikan apa yang kalian mau."

"Kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang, itulah menurutku. Yang aku inginkan silahkan keluar dari rumah ini." Aku berbohong, kenapa aku mengucapkan hal itu? Itu bukan yang diinginkan oleh hati ini.

"Apa maksud mu Ryu!?" Bentaknya. "Ayah melakukan ini semua demi kalian!" Ia terlihat sangat marah padaku kini. "Ayah tidak menyangka kalau kamu menjadi anak durh─"

"Seorang kepala keluarga mana yang telah memecah ikatan keluarganya sendiri," Sela kataku dengan biasa saja. "Apa yang ayah telah lakukan ini tidak bisa dimaafkan sampai ayah memperbaiki hubungan dengan ibu, aku sama sekali tidak butuh duit untuk bahagia, keluarga yang aku butuhkan untuk bahagia bukan duit."

"Ayah sama sekali tidak ada niatan untuk merusak hubungan keluarga," Katanya dengan lembut. "Ayah melakukan kontrak kerja dengan dia, namun ibu mu begitu sensitif yang akhirnya ayah diusir dari rumah─ aku melakukan kontrak kerja dengannya agar kita masih bisa hidup─"

"Aku tidak peduli dengan uang, pekerjaan, dan apapun itu yang membuat keluarga ini rusak," Ah aku serasa ingin menangis. "Mau ayah menjadi nelayan atau yang lainnya itu tidak menjadi masalah!" Mata ku mulai berlinang air mata. "Aku akan membantu ayah bekerja─ pergi sajalah, pergi dari sini cepat!" Teriak aku sambil pergi ke kamar.

Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi, ayah hanya diam, kakak merasa takut karena ku dan sampai esok pagi aku hanya mengurung dikamar.

●Semarah apapun terhadap orang tua jangan sesekali bersikap cuek didepannya●

Ryu's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang