Prolog

98 5 2
                                    

"Wah... Kacchan memang hebat!" tangan seorang anak mengepal kuat dan bersemangat, melihat bakat temannya sudah muncul.

"Aku harus menjadi yang terhebat," ucap anak laki-laki yang dipanggil Kacchan, "Hei, Deku. Bagaimana jika aku mencobanya padamu." Senyum meremehkan selalu terukir di wajah sangar miliknya.

Selama ini, Katsuki selalu mengganggu Izuku-niisan. Selalu memukulnya, menyerangnya dan menghinanya. Itu adalah kebiasaan baru Katsuki sejak bakatnya muncul.

"Oi Deku, kenapa bakatmu belum muncul juga ha? Aku ingin sekali mengadu bakat kita dan melihat aku menjadi yang terkuat." Suara seraknya terdengar keras, teman-teman Katsuki hanya tertawa melihat hal itu.

Tangan Katsuki terangkat ke atas, ledakan-ledakan kecil terlihat di telapak tangannya. Ini sudah pasti, dia akan menyerang Izuku-niisan.

Tidak, ini tidak boleh terjadi. Sudah, sudah cukup! Aku tidak tahan lagi.

"Hentikan!!!!"

Kaki ku tiba-tiba berlari menghampiri mereka, menendang tanah berabu di depan Katsuki. Merentangkan tanganku di depan Izuku-niisan, aku akan melindunginya.

"Hei Katsuki? Siapa bocah perempuan ini? Mengganggu saja," tanya anak berambut putih meremehkanku. Tapi, aku tidak peduli.

Katsuki terlihat menggosok matanya yang terkena debu sebelumnya.

"Hayumi-chan?" Gumam Izuku-niisan dari belakangku.

"Jangan ganggu Izuku-niisan!"

"Dasar bodoh!" Katsuki menarik rambutku, sampai kakiku tidak menyentuh tanah. Nyeri pada kepalaku tidak dapat ku elakan. Jika berusaha melepasnya juga akan menambah rasa sakit.

"Kacchan, hentikan dia hanya anak-anak." Izuku-niisan menggerang melihatku diperlakukan kasar. Izuku-niisan mencoba menolongku, tapi dua orang teman Katsuki menghadangnya.

Aku hanya anak-anak? Benar aku sudah ceroboh melawan anak SD seperti mereka, sedangkan aku masih TK dan bakatku juga belum muncul.

"He-hentikan!!!" Teriak Izuku-niisan meronta saat di pegang oleh kedua teman Katsuki.

"Izuku-niisan!!!!!"

Rambutku mengeluarkan cahaya terang dan sedikit berdiri. Perlahan pegangan Katsuki mulai melemah, dan jatuh pingsan.

"He? Apa yang aku lakukan?"

"Hei, hei, apa yang kau lakukan bocah? Kau membunuhnya," tungkas teman Katsuki.

Izuku-niisan langsung mengandeng tanganku.

Aku menarik nafas panjang dan berkata, "Dia pantas mati."

***

Gara-gara nonton BnHA jadi kepikiran terus. Sebelum tidur selalu terbayang-bayang Bakugou😅
Daripada menghayal sendiri, mending ditulis aja😆
Biar yang baca juga ikut menghayal😅

Baka yarou (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang