part 11

65.4K 3.2K 9
                                    




"Jadi Anin ngga papa kan om? Aku harus jengukin Anin sekarang om."

Alena dengan cepat turun dari ranjang pasien, tetapi karena terlalu cepat berdiri Alena jadi merasa pusing dan langsung limbung, untung saja Bagas dengan cepat menangkapnya.

"Hati-hati Alena kamu baru aja sadar dari pingsan. Mendingan kamu istirahat dulu,  jenguk aninya nanti saja.  Sekarang juga anin lagi ditemenin sama oma, opanya dan saya disuruh jaga kamu disini, "ujar Bagas.

Alena hanya mengangguk dan membaringkan tubuhnya kembali diranjang pasien dengan dibantu oleh Bagas. Bagas duduk dipinggir ranjang pasien Alena dan menatap Alena yang saat ini juga sama-sama sedang menatapnya. Bagas selalu tidak bisa mengontrol dirinya saat melihat bibir pink Alena dia rasanya ingin terus menyicipi bibir manis itu, bibir itu sudah membuatnya candu.

Bagas yang terlarut terbawa suasana langsung mendekati wajah Alena berniat ingin menciumnya, Alena gugup saat Bagas mendekat, tubuhnya langsung kaku seperti terkunci tidak bisa digerakkan. Tak lama kemudian bibir Bagas sudah menempel dibibir pink Alena, Alena akhirnya lemas setelah merasakan ciuman Bagas. Hatinya ingin menolak ciuman Bagas tapi tubuhnya seakan memintanya untuk melanjutkan, Bagas yang melihat Alena tidak berusaha menolaknya mengira bahwa Alena memperolehkan, langsung saja Bagas melumat bibir pink itu, Alena diam saja tapi lama kelamaan ia mulai terlarut dalam ciuman itu ia ikut menikmati ciuman itu dan membalasnya walaupun masih terlihat kaku. Mereka saling memanggut, mereka sama-sama memejamkan mata menikmati ciuman tersebut.

"Astagah! papah! Kayaknya kita harus mempercepat pernikahan mereka kalau tidak mamah yakin kita akan punya cucu lagi sebelum mereka sah," ujar suara tersebut ternyata orangtuanya Bagas. Soraya dan sandi yang berniat mengunjungi calon menantunya untuk melihat kondisinya tapi malah dilihatkan pemandangan yang sangat panas, anaknya sedang berciuman dengan calon menantunya. keduanya masih menikmati ciumannya itu tidak terganggu dengan suara Soraya tadi.

"Bagas, Alena! berhenti sekarang juga atau menikah detik ini juga!" Soraya meninggikan suaranya dengan nada mengancam. Kedua orang yang tadi masih menikmati ciumannya
langsung tersentak dan melepaskan panggutanya setelah mendengar suara yang menginterupsinya.

Mereka sama-sama menunduk saat dipandang dengan tatapan tajam oleh Soraya dan sandi, Alena yang tadi berbaring langsung duduk diranjang dan menundukkan kepalanya karena malu.

Soraya dan Sandi yang melihat mereka hanya menunduk dengan wajah memerah dikedua pipinya lantas tidak bisa menahan tawanya, mereka merasa lucu melihat pasangan yang tadi sedang hot-hotnya malah terciduk. Soraya juga merasa bersalah sudah mengganggu pasangan tersebut tapi mau bagaimana lagi mereka belum sah jadi tidak baik bukan melakukan hal seperti itu.

"Bagas kamu tahan dong gas tinggal 2 minggu lagi juga, papah tahu kamu udah duda belasan tahun tapi apa kamu nggak bisa tahan sebentar saja sampai kalian sah,"ujar sandi seraya berusaha menahan tawanya.

Bagas yang mendengar ucapan seperti itu hanya semakin menunduk malu.

"Alena kamu kalau udah jadi istrinya bagas harus siap ya, saat Bagas akan menerkamu kayaknya Bagas bakal bikin kamu capek setiap hari hahah."Soraya tertawa, Alena sangat malu mendengar ucapan Soraya ia sangat ingin menghilang rasanya dari sini kalau bisa.

"Udah ah mah jangan digodain mulu kasihan mereka tuh udah malu banget."Sandi menengahi supaya istrinya tidak menggoda mereka lagi.

Sandi merasa kasihan melihat mereka karena dirinya juga pernah diposisi itu saat masih muda dulu dan  rasanya amat malu.

"Iya papah, oh ya Alena gimana keadaan kamu udah mendingan?"tanya Soraya sambil berjalan mendekati Alena yang duduk diranjang. Ia mengelus kepala Alena yang berjilbab pelan, Alena yang tadi menunduk mendongak melihat soraya rasanya dia masih teramat malu tapi tidak sopan kan jika sedang ditanya tidak melihat orang yang bertanya.

"Alhamdulillah mah udah mendingan, tadi sempat pusing sedikit waktu berdiri cepat terus aku disuruh istirahat saja dulu sama om Bagas,"jawab Alena.

"Ohh disuruh istirahat, istirahat yang gimana yah?"tanya Soraya sambil tersenyum menggoda pada mereka berdua lagi-lagi mereka hanya terdiam dan malu.

"Ya udah papah sama mamah pulang dulu ya semoga kamu cepat sembuh Alena , tadi Anin juga sudah tertidur. Kamu istirahat saja dulu yah tapi beneran harus istirahat jangan kaya tadi,"ujar Sandi.

Alena hanya mengangguk dan tersenyum canggung kapada Soraya dan Sandi.

"Kami pamit ya Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Lalu Soraya dan sandi meninggalkan ruangan Alena.

"Ya sudah kamu istirahatlah lagi Alena. Saya minta maaf Alena karena mengulangi kesalahan yang sudah berkali-kali, tapi saya mohon Alena kamu jangan batalkan pernikahan kita kalau kamu marah sama saya lampiaskan saja tapi tolong jangan batalkan pernikahan ini,"ujar Bagas sambil menunduk, Alena tersenyum mendengar perkataan Bagas.

"Aku ngga akan batalin rencana pernikahan kita om, karena ini  keinginan anin—"

"Dan ini juga keinginan hatiku om untuk menikah denganmu,"lanjut Alena didalam hati.

Bagas tersenyum kecil mendengar jawaban Alena bukan jawaban ini yang ingin ia dengar tapi mungkin butuh proses semuanya tidaklah mudah.

Tapi aku ingin ada pernikahan ini dari hatiku Alena bukan karena anin, aku tidak tahu perasaan apa ini tapi aku merasa nyaman berada di dekatmu, aku merasa ingin melindungimu sepanjang hidupku, batin Bagas.



Bersambung.

Bunda untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang