"Bunda!" Anin senang melihat Alena menjenguknya.
Anin tersenyum sambil merentangkan tangannya meminta dipeluk, Alena langsung berlari kecil menghampiri Anin yang dari tadi sudah duduk diranjang pasien dan langsung memeluknya.
"Gimana kamu udah mendingan apa ada yang sakit bilang sama aku?"tanya Alena merasa khawatir.
"Aku udah mendingan bun, besok juga udah dibolehin pulang kayaknya. Bunda gimana udah mendingan juga, kenapa bunda sampai pingsan sih? Ini pasti gara- gara aku ya."
"Hey dengerin aku, aku sakit bukan karena kamu jadi jangan nyalahin diri kamu sendiri ya aku sedih dengernya."Alena berkata lirih sambil meneteskan air matanya.
Alena merasa dirinya terlalu cengeng jika menyangkut Anin, Anin yang melihat air mata di wajah Alena langsung menyekanya.
"Bunda jangan nangis aku jadi pengin ikut nangis hiks...hiks,"ujar Anin lirih malah ikut terisak, Alena tersenyum melihatnya, sahabatnya ini sifatnya masih seperti anak kecil saja walaupun usianya akan menginjak masa dewasa. Alena yang gemas melihatnya langsung mencium pipi tembam Anin.
"Sekarang istirahat lagi ya biar cepat sembuh biar aku nungguin kamu disofa itu." Alena sambil menunjuk sofa yang ada diruangan ini.
"Ayah kemana?"tanya Anin sembari membaringkan tubuhnya diranjang pasien.
"Om Bagas lagi makan, dari tadi pagi dia belum sempat makan, sibuk ngurusin kamu sama aku makanya aku suruh makan tadi,"jawab Alena sambil menyelimuti Anin.
Anin mengangguk lalu mencoba memejamkan matanya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Gimana keadaan Anin nggak terjadi ada apa-apa kan?"tanya Bagas setelah kembali dari kantin rumah sakit.
"Ngga papa om sudah makin membaik kata dokternya. Om, kalau om mau pulang, pulang aja ngga apa-apa biar aku yang jagain Anin di sini," jawab Alena yang sedang duduk disofa, Bagas menghampiri Alena dan duduk disebelahnya.
"Kita jagain Anin sama-sama ya, masa saya tega ninggalin kamu yang baru sembuh." Alena menoleh melihat Bagas yang tersenyum manis.
Alena berusaha menetralkan jantungnya yang berdetak kencang, lalu mengangguk sambil tersenyum manis.
"Kamu tidur disofa aja biar om yang tidur di lantai pakai tikar,"ujar bagas.
Alena yang mendengar ucapan Bagas merasa kasihan. Melihatnya tidur di lantai yang dingin itu apalagi tikarnya terlihat sangat tipis pasti dinginnya lantai bisa menembus sampai ke tubuhnya.
Bagas menggelar karpet itu bahkan untuk ukuranya tidak mencukupi seluruh tubuhnya dan tidak ada bantal pula. Bagas berbaring meringkuk supaya badannya bisa dia atas tikar semua.
"Om tidur di sofa aja ngga apa-apa." Alena berkata seperti itu karena merasa kasihan
"Tapi itu untuk tidur kamu Alena om ngga apa-apa disini."
"Om tidur sini bareng aku, lagian sofa ini besar dan panjang nanti kita bisa tidur saling memunggungi supaya tidak bersentuhan." Alena memberikan solusinya. Sebenernya dia sendiri juga agak ragu apakah solusi ini tepat atau salah.
Bagas tampak bimbang, mana mungkin tidur berdua tidak bersentuhan Bagas takut akan khilaf jika berdua. Tapi jika ia tidur dilantai yang dingin ini, yang ada besok mungkin dia akan bergantian dengan anaknya sakit. Bagas melihat ranjang anaknya yang hanya muat diisi satu orang saja, lagipula kalau bisa dia tidak akan tega mengganggu anaknya yang sedang istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Ayah
Romance[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...