Piluku

179 103 20
                                    

Dikala hujan malam itu

Dalam heningku menangis

Meraung dengan keras

Menjerit tak bersuara

Aku benar-benar terluka

Aku tak tahu harus bagaimana

Aku tak tau harus mengadu pada siapa

Aku bagaikan orang yang paling menderita di dunia ini

Aku seakan-akan menjadi orang paling lemah

Aku seakan menjadi orang paling memilukan di alam semesta

Tetesan air hujan seakan mendukung aku yang terluka

Seakan mendukung untuk aku menangis

Mereka tak tahu bahkan tak pernah tahu

Mereka tak pernah paham akan masalah yang selalu ku pendam

Masalah itu selalu menjadi beban bagiku mereka tak tahu itu

Kadang tangisan itu tak pernah

sedikitpun mengundang empati

Bukannya aku mau untuk dikasihani

Tapi mengapa tangisan itu bahkan malah dijadikan bahan perbincangan

Mengapa tak ada seorang pun yang menganggapku berarti

Bahkan mereka malah menuduhku orang yang sok suci

Tuhan mengapa mereka menganggap air mata ini palsu

Bahkan mereka tak pernah paham akan masalahku

Tuhan aku ingin sejenak saja mereka percaya

Sekali saja mereka tak menganggap air mata ini hanya dusta

Aku tahu mereka tak pernah merasakannya

Rasa pilu yang selalu tinggal dalam benakku

Dalam hatiku yang selalu saja menjadi beban

Hidupku terasa sulit untuk dijalani

Warna-warni yang dulu menghiasi

Kini hanya tersisa warna abu-abu

Yang menghiasi hidupku

Tapi akan teramat sulit jika hanya berdiam diri

Tanpa melakukan hal yang berarti

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Untaian KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang