Terlihat seorang pria sedang menatap serius pada kertas karton berwarna putih yang berada di atas meja. Kertas karton putih itu sudah tergambar sebuah bangunan.
Sudah sepekan pria itu mengerjakan gambar itu namun expresi pria itu masih menunjukkan ketidak puasan. Pria itu mengusap dagunya sambil memikirkan apa yang harus di ubah dari gambar itu.
"Permisi sir." terdengar suara seorang wanita menginterupsi pria itu. Pria itu pun langsung menoleh kearah sumber suara.
“Ada apa.?” pria itu bersuara dengan nada suara tidak suka. Sambil menatap kearah wanita itu sebentar lalu kembali menatap kertas karton di atas meja. Sepertinya kertas karton itu lebih menarik dari pada wanita cantik dan seksi yang berdiri di depan pintu ruangannya itu.
"Nyonya... Ah maksud saya ibu anda menelepon." wanita itu menjawab dengan kesal karen sikap pria yang menjadi bossnya itu. Bossnya itu terkenal dengan sebutan 'pria alim' Karena sikapnya yang tidak mudah tergoda dan memiliki kepribadian yang tertutup.
"Sambungkan..." pria itu menjawab ucapan si wanita tanpa menoleh kearah wanita itu. Dan satu lagi sifat pria itu cold dan kaku.
"Baik Sir." Wanita itu bersuara sambil menundukkan kepalanya. Sebelum benar- benar keluar dari ruangan pria itu si wanit melirik sekilas kearah si pria.
Tak butuh waktu lama setelah wanita itu keluar. Telpon di ruangan pria itu berdering.
Pria itu sudah membuka mulutnya ingin menyapa orang yang ada di seberang sana namun belum sempat suara itu keluar. Pria itu harus menelan lagi suaranya karena orang di seberang sana sudah lebih dulu bersuara.
"Laka Raviandra Wijaya... Kemana kamu membuang hp mu... Sayang.?" suara lembut dari seorang wanita terdengar begitu kesal.
"Maaf... Aku lupa dimana aku meletakan ponsel ku.” pria yang bernama Laka itu menjawab ucapan ibunya sambil melirik kepenjuru meja. Pria itu mencari ponselnya.
"Mami yakin kalo kepalamu tidak menempel jadi satu kamu juga akan melupakannya."
"Tega sekali wanita ini mengatakan itu pada anaknya sendiri." Laka berucap dalam hati dengan nelangsa.
"Apa kamu bisa pulang lebih awal hari ini... Sayang.?" suara di seberang sana sudah berubah menjadi lebih ramah
"Sepertinya aku harus mengucapkan Maaf... Lagi pada mu nyonya Wijaya." Laka menghentikan ucapannya
"Maaf mom... Laka masih banyak kerjaan yang harus di urus dan juga Adrian belum pulang." Laka menjawab dengan nada suara menyesal.
"Padahal hari ini kakakmu pulang." suara di seberang sana terdengar kecewa.
"Laka benar- benar minta maaf mami." Laka semakin merasa bersalah saat tau bahwa kakaknya ada di rumah.
"Mami cuma pengen kita kumpul... Tapi kenapa susah sekali." Silvani kembali bersuara membuat Laka semakin tertekan
KAMU SEDANG MEMBACA
Like Husband Like son. Seasons-2
Short StoryWarning 21+ Sequel Like Husband Like Son. Kendrick Arya Wijaya. Cucu pertama keluarga Alnord, Dia tampan dan Dingin menjadi prewaris dari Karajan bisnis kakek buyutnya membuat Ken harus mengubur mimpinya yang ingin menjadi seorang polisi. Karena tu...