Selasa Pagi....
Gadis berambut sebahu itu masih duduk santai di halte bus. Mengayunkan kedua kakinya dengan tempo lambat. Alarm jam ditangannya menunjukkan pukul tujuh. Itu tak membuatnya terusik. Ia dengan santai melihat sekeliling.
Arista menjejali mulutnya dengan permen loli. "Palingan perempuannya aku lagi!" Dia bicara sendiri.
Jika laki-laki bisa bolos kenapa perempuan ga bisa? Perbedaannya adalah keberanian. Inilah perbedaan Arista dengan perempuan disekolahnya. Dia terlalu berani melakukan pelanggaran. Karena menurutnya itu perlu baginya.
Beberapa menit berlalu. Ia bergegas menuju sekolah. Walaupun dia tahu bel sebentar lagi, gadis itu berjalan santai Menyampirkan tasnya dibahu kanan. Kebiasaan memang.
"Kesiangan lagi? Atau memang sengaja?" Ucapan seperti itu sudah biasa baginya. Begitu sampai di gerbang sekolah. Tatapan tak bersahabat dari Ketua Osis sekolah Arista memang sangat menyeramkan.
"Apa lagi!" Decak Arista
Faisal Herdian Azziz. Laki-laki seusia dengan Arista itu menjabat sebagai Ketua Osis juga. Meski berbeda kelas Arista sudah tau sifat Faisal. Laki-laki itu banyak dipuja siswi sekolah. Penampilan tampannya bisa dibandingkan dengan Artis Kpop.
Tingginya tentu membuat Arista kesal. Dia meras pendek sekali jika berhadapan dengan Faisal.
"Masih gangguan telinga?" Arista mengalihkan wajahnya malas.
Pertanyaan Faisal ia acuhkan kembali berjalan
Satu-satunya laki-laki yang berani hanya musuhnya. Faisal. Si Ketua Osis pengatur. Meskipun Arista bersahabat dengan Reisan. Itu tak membuat nyali Faisal menciut. Meskipun Reisan kakak kelasnya.
"Lagian kamu hobi banget kesiangan! Ingat kamu perempuan Arista!" Cecarnya. Faisal tak berhenti mengomel bagaikan guru BK yang ceramahnya berlapis-lapis dengan berbagai pasal.
Arista melanjutkan langkahnya. Dia berbalik menatap Faisal. Namun, ia tak peduli kembali melangkahkan kakinya.
"ARISTA CLAUDYA RAHMA!" Dengar! Dia sudah berteriak batin Arista lagi.
Arista menoleh, "Apa?" Jawab Arista datar. Mau tak mau dia berbalik menuju Faisal.
Raut wajahnya memandang Faisal dengan risih. Faisal geram? Sudah pasti karena tanggapan Arista.
Arista membuang permen lolinya, "Faisal, jangan cari masalah sama aku! Kalo kamu mau aku dapat hukuman masukkan saja namaku di buku pelanggaran! Ribet banget,"Dia pergi setelah mengatakaan itu.
"Lihat saja nanti! Kapan dia dewasa sih!" Ucap Faisal geram. Kapan dia kapok dengan hukuman, batin Faisal.
*****
Dilorong dia terburu-buru. Dina melihatnya tertawa.
Dina teman sebangkunya Arista. Ia tak mengalihkan pandangan pada temannya itu."Ya baiklah kita sedang berada diarena lomba lari maraton apakah dia akan sampai dengan cepat?" Mendadak Dina menjadi komentator olahraga yang berisik.
Murid disekelilingnya menatap Arista dari kejauhan. Isyarat Dina untuk menyambut Arista rupanya menjadi hal menyenangkan bagi para murid yang menonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISTA (NEXT)
Teen FictionFirst Story Cerita ini hanya fiksi jika ada kesamaan tokoh,nama tempat atau yang lainnya semata-mata hanya kebetulan **** "Arista! Jangan buat dirimu tersakiti! Aku ada disini!" Faisal "Kamu selalu terlambat! Faisal!" Arista menangis keras "Tidak un...