Bab 10 - Kepikiran (New version)

10.3K 1.7K 37
                                    

Entah sudah berapa kali Juna mendapat tatapan heran dari para pegawainya di coffee shop. Siapa yang tidak bingung jika melihat bos mereka duduk sendirian di dekat jendela lalu sesekali tersenyum atau tertawa kecil padahal tidak ada hal lucu yang terjadi.

Razi dan Haikal saling bertukar pandang dari samping meja kasir. "Tegur, jangan?" tanya Haikal meminta pendapat Razi.

"Biarin ajalah. Mana tahu lagi melamun jorok," jawab Razi.

"Heh, itu sih kebiasaan lu!" hardik Haikal yang kemudian berlalu meninggalkan Razi yang tertawa di belakangnya.

Haikal berdiri di hadapan Juna. Sebelum ia menarik kursi, Haikal terlebih dulu melihat ke arah jendela yang tengah dipandang Juna. Tidak ada sesuatu yang terlihat menarik untuk dipandang kecuali beberapa motor dan mobil yang terparkir. Lalu kenapa dari tadi Juna betah sekali memandanginya hingga senyum-senyum sendiri?

Haikal kemudian menarik kursi di hadapan Juna dan mendudukinya. "Juna," panggilnya pelan, tapi cukup mampu untuk memusatkan perhatian Juna padanya.

"Eh? Ada apa, Kal?" tanya Juna yang sedikit kaget melihat Haikal tahu-tahu duduk di hadapannya.

"Harusnya gue yang tanya," sahut Haikal. "Ada apa sih dari tadi lu senyum-senyum sendiri?" tanyanya balik.

Juna mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Nggak ada apa-apa. Ya, gue senang aja setelah pasang plang jadi lebih banyak yang notice tempat ini dan yang datang ke sini tambah banyak juga."

Haikal manggut-manggut mendengarkan. "Ngomong-ngomong soal yang datang ke sini, cewek yang kemarin lu bawa, tuh, sebenarnya siapa sih?" tanyanya kemudian.

"Cewek mana?" tanya Juna balik.

"Ah, jangan pura-pura lupa, deh. Yang waktu itu sempat ribut sama lu."

Juna membulatkan mulutnya mendengar keterangan Haikal. Diana ternyata maksudnya. "Emang kenapa sama cewek itu?" tanya Juna lagi.

"Ya, gue heran aja. Waktu itu, kan, kalian ribut, terus kok dia mau aja lu bawa ke sini lagi. Kalian ada hubungan apaan sebenarnya?"

Juna tersenyum simpul. "Sekarang, sih, belum ada hubungan apa-apa," jawabnya.

Haikal menyipitkan matanya menyelidik mimik wajah Juna. "Nih, dari tadi lu senyum-senyum kayak gini, nih, apa jangan-jangan karena lu lagi mikirin tuh cewek, ya?" tembaknya langsung membuat Juna terperanjat selama sekian detik sebelum kemudian pria itu menyemburkan tawanya.

"Udah, ah, gue balik ke ruangan dulu," ujar Juna seraya berlalu meninggalkan Haikal tanpa menjawab pertanyaannya.

Haikal memutar tubuhnya mengikuti arah Juna pergi. Di kepalanya masih menempel kata-kata Juna tadi. Sekarang belum ada hubungan apa-apa, berarti Juna berharap suatu hari nanti mereka punya hubungan, begitu? Menghela napas singkat, Haikal mengangkat kedua bahunya bersamaan lalu ikut pergi untuk melanjutkan pekerjaannya. Terserah Juna sajalah, bukan urusannya.

***

"Oke, mulai kapan?"

Juna tersentak mendengar jawaban Diana. Ya, Juna senang, sih, kalau perempuan di hadapannya ini menerima tawarannya, tapi Juna nggak menyangka kalau dia seberani ini. Padahal tadinya Juna pikir ia akan mendapat penolakan lagi dan karena itu Juna sudah menyiapkan beberapa rayuan di kepalanya agar Diana mau mempertimbangkannya. Namun, semua itu buyar begitu saja saat Diana langsung memberikan persetujuannya.

"Besok gimana?" tanya Juna balik.

Diana tersenyum tipis mendengarnya. "Segitu nggak sabarnya mau kencan sama saya?" godanya.

Untung saja Juna sedang tidak makan atau minum. Sebab kalau iya, Juna pasti sudah tersedak begitu mendengar pertanyaan Diana. Ya ampun, ini cewek berani banget! batinnya berseru. "Ya udah, sebisanya kamu aja kapan," ujar Juna pada akhirnya.

Diana berpikir sejenak sebelum kemudian memberikan jawabannya, "Mulai minggu depan aja. Minggu ini saya sibuk."

"Oke, lalu soal bayarannya gimana?" tanya Juna lagi.

Diana memajukan sedikit posisi duduknya, mencondongkan wajahnya mendekati Juna yang refleks menahan napas karena tindakan tiba-tiba yang Diana lakukan itu. "Kamu cukup bayar saya pakai ... cinta?"

Ya Tuhan, ini perempuan! Juna tak bisa mendorong mulutnya untuk buka suara seolah bibirnya telah terkunci dari luar. Ia hanya bisa menatap manik mata gadis di hadapannya yang membuat jiwa macan dalam dirinya mendadak jinak seperti kucing rumahan.

Melihat reaksi Juna, Diana tertawa pelan dan kembali menyandarkan punggungnya disandaran kursi. "Ya, jelas bayar pakai uang lah, ya kali pakai cinta. Saya nggak kenyang," ujar Diana yang setidaknya membuat ketegangan Juna menurun.

"Iya, berapa?"

"Soal nominal belakangan. Nanti setelah kamu lihat kinerja saya kamu tentukan sendiri angkanya baru kemudian diskusikan sama saya," jawab Diana santai. "Kalau nggak ada yang mau dibicarakan lagi, saya balik duluan ya. Permisi," lanjutnya kemudian meninggalkan Juna yang masih bergeming di tempatnya.

Juna menepuk kedua pipinya saat ia tersadar lagi-lagi bibirnya menyunggingkan senyum tatkala memikirkan Diana. Untung saja setidaknya saat ini Juna sudah berada di dalam ruangannya sendirian, kalau tidak bisa-bisa ia ditegur oleh Haikal lagi.

Juna menautkan kesepuluh jemari tangannya dan menumpukan sikunya di atas meja. Sial, kenapa Juna tak bisa mengeluarkan gadis itu dari dalam kepalanya? Masa iya sih Juna sudah jatuh cinta sama Diana? Juna menggelengkan kepalanya pelan. Nggaklah, masa iya jatuh cinta secepat itu? Paling Juna hanya penasaran karena Diana berbeda dari perempuan lain. Iya, pasti begitu! Juna mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Kira-kira, Diana lagi apa ya sekarang? Dia bilang minggu ini lagi sibuk, memangnya gadis itu punya kesibukan apa lagi selain mengajar?

Juna mengacak rambutnya kasar. Tuh, kan! Kepikiran lagi, kepikiran lagi! "Stop-lah, Jun!" hardiknya pada dirinya sendiri.

***

To be continue

==============================

Hello gaisss, ini adalah versi terbaru dari Diversity yang insyaAllah akan terbit di tahun 2025. Nantikan kisah Juna dan Diana ya! Siap-siap untuk bisa memeluk mereka dalam bentuk fisik

Untuk info lainnya, follow aja akun sosmed aku di bawah ini yaa. Aku akan update di sana. Thank youu

 Thank youu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


DIVERSITY [PROSES CETAK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang