Malam ini masih sama seperti malam-malam kemarin! Masih menunggumu dan merindukanmu, Semua memori itu masih tersusun rapi di ingatanku, Satu persatu kejadian masih kuingat, Dan yang paling aku ingat adalah ketika kau pergi meninggalkanku.
***
“Sasha!” Suara itu terdengar memekik, gadis yang di panggil Sasha kini menengok ke sumber suara.
“Rian.”
Rian tersenyum lalu berlari kecil kearah Sasha,
“kamu sedang apa?” tanyanya setelah sampai di hadapan gadis bermata coklat.
“Aku sedang menunggumu kembali.” Aku Sasha.
Kini senyum Rian mengembang,
“Aku tadi dipanggil mama, dan--,” Ia mengambil sesuatu dari saku celananya,
“ini buat kamu.” Ucapnya, lalu memberikan sebatang permen lolipop berwarna-warni. Merekapun saling tersenyum satu sama lain.
Rian... Aku masih mengingat jelas kejadian itu, Kejadian empat tahun lalu. kau tahu aku masih menyimpan gagang permen berwarna putih itu di laci kamarku, untuk kenangan kita.
Dan aku masih mengingat pertama kali kita bertemu.Pagi ini langit begitu cerah, matahari bersinar begitu terang hingga aku harus meletakan tangan di dahi dan perlahan mendongakkan mata ke atas, awannya tebal dan kurasa jika aku bisa menyentuhnya akanku katakan seputih salju dan selembut kapas, sayangnya tangan mungilku tidak bisa menjangkau awan-awan yang menggantung itu.
“Aw!” Aku memekik.
Tanpa aku sadari, aku berjalan tanpa melihat jalanan, aku terjatuh dan tas sekolahku terlepas dari tangan kananku.
“Kamu nggak apa-apa?” tiba-tiba suara itu muncul disertai uluran tangan, kulihat wajahnya, dia laki-laki berseragam merah-putih, sama sepertiku.
Aku menyambut uluran tangan itu,
“Aku nggak apa-apa, em makasih.” Ucapku lalu menyunggingkan senyum terbaik.
Dia pun tersenyum ke arahku. Dari yang kulihat senyumnya begitu tulus.
“Kamu pulang sendirian? Tidak di jemput?” Tanyanya. Aku tersenyum garing,
“Kata mama, aku udah gede udah nggak di jemput lagi.” Aku menirukan ucapan mama satu tahun yang lalu.
“Rian.” Seorang wanita menghampiri anak laki-laki yang dihadapanku,
“Lagi ngapain, ayo pulang.” Ujarnya, lalu meliriku dengan bibir yang membentuk senyum.
“Ini temennya Rian, mau ikut pulang juga?” Tanyanya padaku, sementara Rian hanya diam dan tersenyum.
Ya, sekarang aku tahu namanya, dia adalah Rian. Tapi aku bingung karena aku belum pernah bertemu dengannya selama bersekolah di sini.
“Kata mama, Sasha nggak boleh ikut ama orang yang nggak Sasha kenal. Takut di culik.” Ucapku polos.
Sasha tertawa pelan, kedua tanganya bertopang dagu diatas meja dekat jendela, ia melihat diluar jendela. Lampu-lampu jalan menyala. Kendaraan melaju, pejalan kaki berseliweran. Dan suara samar-samar masuk dari celah-celah lubang yang ada di apartemen.
“Rian, masih ingat waktu itu?” Sasha bergumam pelan sambil bibirnya melengkungkan senyum tipis.
“Kenapa yah di Indonesia nggak ada musim gugur, gada musim dingin, gada musim semi. Cuma ada musim hujan dan kemarau.” Gumam Sasha, mereka sedang duduk di kursi besi panjang berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember us
Short StoryDari Sasha yang mengenang Rian-nya * Gambar : Pinterest ** Aplikasi : Text on photo *** 2016-2020 **** 13+