Lelaki itu mengendarai motor gedenya dengan sangat mengebut. Pikirannya sedang sangat kacau hari ini. Dia teringat pertengkarannya tadi dengan ayahnya, Arendra.
“Ayah kira aku masih bisa percaya pada Ayah?! Ibu lah orang yang seharusnya Ayah jaga. Ibu sakit keras. Dan Ayah tetap bekerja. Sebelum dia meninggal… ibu menelpon ayah. Tapi, Ayah tidak datang tepat waktu untuk melihatnya. Ibu… mati karena mu!” marah Gara pada ayahnya.
Dari balik helm, terlihat Gara yang meneteskan air mata mengingat pertengkarannya tadi dengan ayahnya. Dan pikirannya buyar saat melihat seorang gadis yang hendak menyeberang, berteriak kaget melihat motornya yang melaju kencang. Untunglah gadis itu langsung bergerak mundur. Gara sendiri langsung membanting setir motornya, dan tentu saja itu membuatnya terjatuh. Motornya sampai terlempar beberapa meter ke depan.
Gadis itu berlari menghampiri Gara dengan panik dan bertanya keadaannya. Gara kesal dan pergi ke pinggir jalan untuk melihat lukanya. Gadis itu mendekatinya lagi dan bertanya keadaannya.
“Apa kau tidak lihat motor yang melaju, huh? Jika aku tidak menghindar, kau sudah mati, tahu?!”
“Kau kira ini arena balap? Kau yang ngebut dan jadinya tidak bisa nge-rem tepat waktu. Kau juga salah.”
Tetapi, Gara tetap saja marah-marah. Gadis itu jadi kesal dan memarahi Gara juga. Tetapi, dia jadi panik saat melihat tangan Gara yang terluka.
"Eh sini lihat tanganmu sepertinya terluka!"
"Apaan sih, gak."
"Cepat berikan tanganmu atau aku akan memaksamu dengan kekerasan"
"Hih.. Yaudah, cepetan!"
Gadis itu segera mengeluarkan sapu tangannya dan menggunakan sapu tangan itu untuk membalut lukanya.
“Setahuku, orang yang naik motor pakai sarung tangan untuk keamanan. Kenapa kau tidak pakai?”
“Jangan mengajariku. Kau bukan Ibuku!” jawab Gara ketus.
Dan Gadis itu terus menuntut Gara untuk menjawab pertanyaannya. Gara kesal dan akhirnya menjawab dia lupa. Dan gadis itu menyebutnya ceroboh. Gara malas berdebat, dia segera bangkit dan dengan langkah tertatih, pergi ke motornya.
“Untung motor ku baik-baik saja,” ujar Gara.
“Lalu, kau mau apa emangnya? Aku akui kalau aku salah. Tapi, kau juga salah! Kau mau kemana hingga mengemudi ngebut seperti itu? Apa ayah dan ibumu tahu kau mengemudi seperti ini? Apa mereka tidak memperingati mu kalau itu berbahaya?”
“Berhenti mengomel. Kau bertingkah seperti wanita tua! Mari kita berpisah saja sekarang.”
Gara pun langsung naik ke motor dan pergi meninggalkan gadis itu yang masih kesal karena di bilang seperti wanita tua.
--
Gara ternyata pergi ke Sekolah dan langsung masuk ke ruang ganti basket. Dia hari ini ada pertandingan basket dan teman se-team-nya langsung bertanya apa Gara bisa ikut main? Mereka dapat kabar kalau dia tadi kecelakaan. Gara dengan cuek menjawab bisa.
Salah seorang temannya (chris) melihat sapu tangan yang membalut tangan Gara, dan menjadi penasaran itu milik siapa.
" Kau pake sapu tangan siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
°Pink Sin°
Novela JuvenilSagara Aureus merupakan pewaris jutawan/milyader yang memiliki sikap dingin dan kejam dibalik ketampanannya. Dirinya mengatakan bahwa ia tidak memiliki perasaan pada Yenala, gadis yang jatuh cinta padanya. Namun, suatu hari hatinya goyah.