Lari!
Lari kemanapun kau mau!
Cepat melarikan diri!
Lari sejauh mungkin hingga tak ada seorangpun yang mengetahui bahwa kau masih hidup atau tidak.
Mereka mengincar jantung dan hatinya.
Maka dari itu tak ada waktu untuk tetap tinggal.
Ia harus lari dan bersembunyi ketempat yang benar-benar tidak akan terlihat sekalipun.
Air mata terus berlinang membasahi kedua pipinya. Angin malam menerpa wajah sembabnya sebab larinya semakin ia percepat.
Tanpa tujuan yang berarti, wanita berambut panjang hitam pekat itu melangkahkan kakinya cepat, berlari meninggalkan kota kecil memasuki hutan yang lebat.
Semua orang mengincarnya.
Mereka akan membunuhnya.
Tanpa adanya alasan yang harus ia ketahui.
Berapa lama lagi ia harus terus melarikan diri?
Dia ingin hidup normal sama seperti wanita-wanita dewasa lainnya. Memiliki kekasih, bekerja, dan menikah. Wanita itu ingin merasakan bagaimana hidup normal.
Namun semenjak usianya berpijak pada usia tepat dua puluh tahun, masa remajanya sungguh suram sebab tak memiliki pendidikan dan teman. Ia hidup menyendiri yang terus diserang rasa ketakutan.
Dimana lagi selanjutnya ia akan bersembunyi?
Hamparan hutan lebat didepannya adalah jawaban dari pertanyaan diatas. Tak ada seorangpun yang bisa menemukannya di dalam hutan itu. Sekalipun ditemukan, mungkin hanya jasadnya saja yang sudah membusuk.
Isak tangisnya terdengar nyaring. Berkali-kali ia menoleh kebelakang berharap tak ada mahkluk apapun yang mengikutinya memasuki hutan.
Wanita itu beranggapan bahwa tidak ada lagi tempat yang aman di dunia ini. Tidak ada sedikitpun tempat untuk sekedar menghembuskan nafas lega.
Ia sungguh merutuki hidupnya yang berantakan sejak masa dewasanya sudah didepan mata. Hidupnya terancam sejak ia mendapat kiriman sebuah peti kecil dengan bentuk yang unik dan antik. Saat kiriman itu sampai ditangannya, tak ada satupun petunjuk siapa pengirim dari benda misterius itu.
Pada awalnya, peti itu sempat membuatnya ketakutan hingga berhari-hari ia tak membukanya, membiarkan peti itu terus berada ditong sampah. Namun pada akhirnya ia diserang rasa penasaran dan mulai mencari tahu apa yang ada di dalam peti itu. Seakan terus merasa terhantui bila ia tak membuka peti misterius itu. Ia membuka peti itu dengan sungguh kewaspadaan tinggi dan tepat saat peti itu terbuka, ternyata—
Ada selembar kertas usang yang dipermukaannya terdapat coretan yang ditulis dengan indah dan juga ada sebuah kalung perak dengan permata berwarna hijau menyala.
Kalung yang teramat indah membuat matanya berbinar saat pertama kali melihatnya.
Di sebuah kertas itu berisikan seorang wanita yang mencoba untuk memperingatinya.
Soeun Leana.
Segaris namanya yang menjadi awal kata pada kertas usang. Dan setelahnya, wanita itu—Soeun Leana—mengetahui siapa pengirim dari peti kecil berbentuk unik. Dimana tertulis sang pengirim adalah 'Ini aku, ibumu'
Soeun menggeleng. Menyekah air matanya dengan kasar, ia masih terus berlari juga mengingat-ingat kembali kejadian itu.
Ibu? Soeun sama sekali tidak memiliki orang tua. Ia hidup dalam kesendirian tanpa seorangpun disisinya. Kata ibu, Soeun tak pernah mengerti dan tak pernah merasakan kehadiran seorang ibu.
Tidak pernah.
Tidak sama sekali.
Dalam surat itu juga si pengirim yang bernama ibu itu menuliskan juga memperingatinya bahwa tepat saat usianya genap dua puluh tahun, semua orang akan mengincarnya. Melenyapkannya, dan mengambil jantung juga hatinya.
Soeun tidak percaya, sebab waktu itu usianya masih delapan belas tahun. Dan sekarang, tepat seminggu yang lalu ia sudah berusia genap dua puluh tahun. Selama seminggu itu pula ia terus mendapat mimpi buruk.
Sebuah mimpi yang teramat buruk dimana ia melihat dirinya yang dipenggal oleh sosok tinggi mengerikan seperti monster disuatu alam yang sangat gelap. Dan juga ia bermimpi buruk mendengar suara tangis wanita yang menangisinya sambil menyebut namanya. Sangat kencang membuat telinga Soeun rasanya akan pecah walau hanya di alam mimpi.
Wanita yang mengaku sebagai ibunya itu menuliskan bahwa ia harus secepatnya pergi mencari tempat sembunyi agar tak ada seorangpun yang menemukannya. Wanita itu menulis seakan memaksanya untuk mempercayai setiap kata yang tertera di secarik kertas berwarna kuning seperti dedaunan mati itu. Menyuruhnya untuk memakai kalung permata hijau sebelum ia benar-benar pergi.
Untuk apa semua itu?
Soeun tidak tahu. Yang jelas ia harus pergi sejauh yang dia bisa.
CRAK!
Soeun memekik nyaring. Ia terkejut hingga membuatnya terpental jauh dan terjatuh. Ringisan yang terdengar memilukan keluar dari bibir cerah Soeun.
Apa itu tadi?
Soeun mendonggak bersamaan kedua matanya yang membola hebat saat menangkap sosok tinggi bertanduk dengan tubuhnya yang berwarna hitam terbakar. Kuku-kukunya sangat tajam, bola matanya berwarna merah menyala membuat tangis Soeun pecah.
Itu monster. Monster yang sama wujudnya saat di alam mimpi. Tidak! Itu bukan monster, itu iblis.
Iblis mengerikan yang selalu menghiasi mimpi buruknya.
Iblis itu tertawa. Tawanya yang terdengar terdiri dari beberapa suara menggemah di dalam kegelapan hutan.
"Soeun Leana!"
Wanita itu semakin terbelalak. Bagaimana bisa makhluk didepan sana mengetahui namanya?
Tidak Soeun, bukan waktunya untuk menangis. Kau harus bangkit dan melarikan diri sebelum makhluk itu berbuat hal buruk kepadamu. Soeun berusaha bangkit, hingga tiba-tiba napasnya tercengat.
Sesuatu yang tidak terlihat mencekik lehernya. Soeun bisa melihat iblis itu menjulurkan tangan besarnya tepat kearahnya. Sihir iblis itu mencekik lehernya.
Soeun terbatuk. Ia berusaha merabah lehernya yang semakin terasa mencekik.
"T-tolong—tolong aku!"
Perlahan-lahan tubuhnya terangkat dengan sendirinya. Melayang dengan rasa mencekik di leher yang semakin menjadi-jadi.
"Si-siapapun... tolong ak—aku"
BRUG!
Tubuh Soeun terjatuh menghantam dataran rerumputan hutan, sangat keras membuat seluruh tulangnya serasa retak dan patah. Ia sudah terbebas dari sihir sang iblis, bersamaan itu pula, ada seorang pria yang datang menghantam kepala bertanduk itu dengan sebilah pedang biru yang mengeluarkan cahaya terang.
Soeun kembali terbatuk.
Kesadarannya menipis seiring hembusan napasnya.
Soeun mencoba untuk tetap tersadar. Ia bisa melihat dengan sayup-sayup sosok itu kini tengah melawan sang iblis. Terus melayangkan pedang panjangnya dan menghindari serangan yang diberikan oleh iblis.
Siapa itu?
Dia sudah menolongnya. Sosok pria itu sudah melepaskannya dari genggaman iblis.
Hingga didetik berikutnya, semuanya gelap tak menyiratkan cahaya barang setitikpun.
Soeun merasa ia akan segera mati.
Tepat saat kedua matanya akan terkatup begitu lemah, ia pasti sudah mati.
Selamat tinggal!
—⚔️—
TBC
—⚔️—Iseng up keburu ilang di draft.
Udah bener-bener trauma saya😂